Berita Kabupaten Banjar
Dua Napi Lapas Narkotika Karangintan Punya Keterampilan Mahir, Setelah Bebas Rintis Usaha ini
Begitu cekatan jemari Zainal memeras biji kedelai yang telah dihaluskan, lalu mengemasnya dengan alat sederhana.
Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Begitu cekatan jemari Zainal memeras biji kedelai yang telah dihaluskan, lalu mengemasnya dengan alat sederhana.
Hanya belasan detik, tersaji susu kedelai yang menarik.
Itulah aktivitas harian penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Khusus Narkotika, Martapura,
Narapidana yang divonis penjara selama lima tahun empat bulan tersebut adalah salah satu warga Lapas setempat yang kini sibuk memproduksi susu kedelai.
Usaha ekonomi produktif itu mulai ia tekuni sejak sebulan lalu.
Keterampilan tersebut didapat setelah sebelumnya selama dua pekan menjalani pelatihan yang difasilitasi pihak Lapas setempat.
"Saya senang menjalankan usaha ini. Setelah nanti bebas, saya akan membuka usaha susu kedelai," ucap Zainal, beberapa hari lalu.
Baca: Pria Tampan Ini Tuliskan Janjinya Bersama Pretty Asmara Sebelum Kabar Pretty Meninggal Dunia
Baca: Vicky Prasetyo Benarkan Kabar Pretty Asmara Meninggal Dunia, Sebelumnya Menderita Gangguan Lambung
Baca: Roy Kiyoshi Pernah Ramalkan Kecelakaan Pesawat Lion Air JT610 Tahun Lalu, ini Katanya Penyebabnya
Ayah dua anak ini mengaku bersyukur karena berkesempatan mengikuti pelatihan pembuatan susu kedelai tersebut.
Kini dirinya memiliki keterampilan ekonomi produktif yang bisa diberdayakan untuk menopang kehidupan rumah tangganya kelak.
Apalagi dirinya masih memiliki tanggungan hidup yang tak ringan.
"Kedua anak saya masih kecil-kecil, usia tujuh dan empat tahun, Keduanya masih memerlukan biaya besar untuk pendidikannya dan lainnya," ucap Zainal.
Namun ia optimistis mampu menapaki tangga kehidupan yang membentang luas di hadapan.
Ia yakin usaha susu kedelai yang nanti ia kembangkan bakal sukses dan digemari banyak orang.
"Susu kedelai yang kami produksi di sini murni tanpa pengawet dan ditangani secara higienis. Ini lah keistimewaannya," sebutnya.
Selain susu kedelai, masih ada sejumlah keterampilan yang dikembangkan bagi penghuni
Di antaranya kerajinan tangan berupa miniatur rumah Banjar berbahan rotan, mebel kursi lipat.
Lalu, pembuatan sandal sepatu sasirangan, guci berbahan rak telur dan nasi bekas serta jemuran
Ada juga pembudidayaan kangkung cabut.
Setidaknya ada empat kegiatan yang saat ini aktif dikembangkan yakni susu kedelai, kerajinan tangan, jemuran stainless, dan budidaya kangkung cabut.
Pihak Lapas Narkotika Kelas IIA Karangingan akan lebih fokus pada pengembangan produk kuliner.
Pertimbangannya karena lebih mudah dilakoni napi, modal tak terlalu besar dan pasarnya lebih prospektif.
Kalangan napi umumnya juga lebih antusias belajar ilmu kuliner.
Produk kerajinan tangan berupa rumah Banjar pun juga cukup prospektif meski pasarnya bersifat eksklusif atau tertentu.
Sekitar tiga tahun lalu pernah memasok sebanyak 100 unit ke Pemkab Banjar untuk cenderamata.
Selain itu juga secara rutin tiap bulan memasok 5-6 unit ke pusat pertokoan cenderamata di Martapura.
Dari 70 napi yang menekuninya, ada sepuluh orang yang telah mahir membikinnya di antaranya Madan (44) dan Riyat (28).
Perlu waktu seminggu membikinnya karena tiap hari mereka cuma dapat waktu dua jam.
"Kalau jemuran dua hari selesai. Nanti setelah bebas saya akan buka usaha jemuran aluminium karena lebih mudah dan pasarnya lebih cerah," ucap Madan.
Ayah dua anak warga Jalan Soetoyo S, Banjarmasin ini, menyakini usaha produksi jemuran aluminium mampu diandalkan untuk menopang kebutuhan hidup rumah tangganya kelak.
Saat ini dirinya tiap hari mengasah kemampuanya itu sembari menunggu masa kebebasannya yang masih sekitar satu tahun tiga bulan lagi.
Akibat terjerumus sabu, ia divonis penjara selama lima tahun tiga bulan.
Ia mengaku sangat menyesal telah berhubungan dengan barang perusak saraf
Itu sebabnya selama menjalani masa hukuman di Lapas Narkotika Karangintan, dirinya menghabiskan waktu untuk berkarya memproduksi jemuran pakaian dan membikin kerajinan tangan lainnya.
Sementara itu, produksi susu kedelai, jadi atensi khusus pihak Lapas karena dinilai cukup prospektif pangsa pasarnya.
Apalagi tiap orang yang mencicipi umumnya langsung antusias.
Bahkan menurut Kepala Subseksi Bidang Kerja Lapas Narkotika Kelas IIA Karanginan, Muhammad Riyani, telah ada orang dari luar Lapas yang memesan minta diantari susu kedelai kemasan tersebut tiap pagi untuk dijual kembali.
Namun permintaan tersebut saat ini belum bisa disanggupi karena volume produksi masih terbatas.
Tiap hari cuma memproduksi sekitar 80 gelas kemasan 220-400 mililiter dari bahan baku kedelai sebanyak dua kilogram.
Kedelai yang digunakan adalah kedelai pilihan.
Pemasaran susu kedelai tersebut saat ini masih di lingkungan Lapas.
Konsumennya adalah para penghuni setempat serta para keluarga atau pembezuk narapidana.
Harganya normal yakni Rp 2.500 untuk kemasan kecil volume 220 mililiter dan Rp 5.000 untuk kemasan besar volume 400 mililiter.
Pendapatan dari penjualan susu kedelai itu dibagi dua yakni setengah untuk napi yang memproduksi (enam orang, termasuk Zainal) dan setengah bagian lagi untuk Lapas.
"Bagian yang untuk kami, uangnya digunakan lagi untuk membeli bahan baku dan gelas serta plastik kemasannya," sebut Riyani.
Melihat tingginya animo konsumen, pihaknya berencana meningkatkan produksi untuk selanjutnya dipasarkan ke luar Lapas seperti di pertokoan atau minimarket.
Namun sebelumnya lebih dulu akan mengurus dan membikin brand (merek) sehingga tampilan kemasannya lebih menarik dan memenuhi standar produksi.
(banjarmasinpost.co.id/roy)