Selebrita
Beda Dari Syahrini, Mantan Kekasih Luna Maya Reino Barack Tak Suka Update Instagram, Kenali Sifatnya
Beda Dari Syahrini, Mantan Kekasih Luna Maya Reino Barack Tak Suka Update Instagram, Kenali Sifatnya
Penulis: Noor Masrida | Editor: Restudia
BANJARMASINPOST.CO.ID - Berbeda dari Syahrini, mantan pacar Luna maya, Reino Barack adalah sosok yang tak suka mengupdate foto atau video di akun sosial Instagramnya.
Sejak November 2018 lalu, Syahrini santer dikabarkan dekat dengan Reino Barack setelah sang pengusaha putus dari Luna Maya.
Tak mengiyakan atau membantah pemberitaan tersebut, Syahrini dan Reino Barack justru diam seribu bahasa.
Diamnya Reino dan Syahrini membuat publik berspekulasi tentang hubungan keduanya.
Baca: Bukan Adegan Sinetron Cinta Suci SCTV, Lihat Perlakuan Irish Bella Pada Ammar Zoni di Lokasi Syuting
Baca: Reaksi Kriss Hatta Usai Lihat Indra Tarigan Adu Jotos dengan Billy Syahputra Karena Hilda Vitria
Baca: Pengakuan Ayu Ting Ting Tagih Tanggung Jawab Ivan Gunawan Kala Hamil Bilqis Khumaira Razak
Baca: Demi Nikahi Ahok Alias BTP, Bripda Puput Nastiti Devi Tak Lagi Jadi Polwan, Ini Sikap Keluarganya
Satu-satunya yang menjadi petunjuk netizen yaitu akun Instagram mereka.
Jika kamu adalah salah satu yang senang melihat-lihat postingan Instagram Incess, bukan hal yang aneh jika penyanyi itu membagikan foto atau story Instagramnya hampir setiap hari.
Namun bertolak belakang dari Syahrini, Reino Barack justru sangat jarang memposting foto atau video di akun Instagramnya.
Bahkan hal itu sudah terjadi saat Reino Barack masih bersama Luna Maya.
Lalu adakah di antara pembaca yang juga seperti Reino Barack; tak suka mengumbar hubungan di sosial media?
 
Jika memang demikian, sepertinya alasan-alasan berikut merupakan pertimbangan kamu tak suka membagikan kehidupan pribadi di sosial media:
Berdasarkan artikel Inc-asean.com yang tayang pada 13 Mei 2019 ternyata orang-orang yang menyimpan kehidupan percintaannya jauh dari sosial media memiliki sejumlah alasan seperti:
 
1. Pamer Kemesraan Hanya Kurang Pede
Ketika para pasangan terus-menerus memposting lelucon, pamer kisah cinta mereka satu sama lain, atau berbagi foto mereka melakukan kegiatan yang menyenangkan dan kegiatan romantis, bisa jadi itu adalah tantangan untuk meyakinkan semua orang bahwa mereka benar-benar bahagia dan puas dalam hubungan.
Meyakinkan orang lain di media sosial bahwa mereka bahagia, hanyalah cara untuk menipu diri mereka dengan berpikir bahwa mereka bahagia.
Ahli seks Nikki Goldstein mengatakan kepada Mail Online: "Seringkali orang yang memposting paling banyak yang mencari validasi untuk hubungan dari orang lain di media sosial.
 
2. Orang yang memposting foto hubungan lebih sering cenderung menjadi psikopat dan narsis
Sebuah survei terhadap 800 pria berusia antara 18-40 menemukan bahwa "narsisme dan psikopati memprediksi jumlah selfie yang diposting, sedangkan narsisme dan obyektifikasi diri memprediksikan foto-foto hasil editan yang diposting" di jejaring media sosial.
Studi lain menemukan bahwa memposting, tag(tanda), dan komentar di Facebook sering dikaitkan dengan narsisme pada pria dan wanita.
Singkatnya, semakin sering kamu memposting atau terlibat di media sosial, semakin besar kemungkinan kamu menjadi narsis atau, lebih buruk lagi menjadi seorang psikopat.
3. Pasangan yang terlalu banyak memposting foto di sosial media cenderung merasa lemah
Setelah mensurvei lebih dari 100 pasangan, peneliti dari Northwestern University menemukan bahwa mereka yang lebih sering memposting di media sosial tentang pasangan mereka sebenarnya merasa tidak aman dalam hubungan mereka.
4. Pasangan menjadi lebih baik ketika mereka membuat argumen offline
Pernahkah kamu berada di hadapan pasangan yang kemudian membuat canggung?
Sekarang bayangkan jika pertengkaran kamu dan pasangan diputar di seluruh dunia dan dilihat lewat Facebook, Twitter, Instagram, atau YouTube?
Alih-alih merekam dan mengunggah video yang penuh dengan umpatan kata-kata kotor, misalnya, argumen harus didiskusikan secara pribadi di antara pasangan.
Tidak perlu menayangkan cacianmu ke semua teman, keluarga, rekan kerja, atau bahkan klienmu.
5. Mereka yang memposting hubungan di sosial media lebih sering mengandalkan hubungan sebagai tolak ukur kebahagiaan
Peneliti dari Albright College menyebut hal ini sebagai Relationship Contingent Self-Esteem (RCSE).
RCSE digambarkan sebagai "bentuk harga diri yang tidak sehat yang tergantung pada seberapa baik hubungan."
Orang-orang ini cenderung menggunakan media sosial untuk membual tentang hubungan mereka, membuat orang lain iri, atau bahkan memata-matai pasangan mereka.
"Hasil ini menunjukkan bahwa mereka yang tinggi di RCSE merasa perlu untuk menunjukkan kepada orang lain, pasangan mereka dan mungkin diri mereka sendiri bahwa hubungan tersebut baik-baik saja," kata asisten asisten profesor psikologi Gwendolyn Seidman, Ph.D.
6. Mereka tidak perlu pengakuan lewat hubungan yang dipamerkan
Sebenarnya, pasangan yang benar-benar bahagia tidak perlu validasi dari media sosial untuk membuktikan betapa bahagianya mereka.
Mereka tidak perlu pamer, membuat orang lain cemburu, atau mengawasi pasangan mereka.
7. Orang yang menjauhi Facebook lebih bahagia
Lembaga Penelitian Kebahagiaan Denmark ingin tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang menjauhi Facebook selama seminggu.
Jadi, mereka melakukan percobaan yang melibatkan 1.095 orang.
"Setelah satu minggu tanpa Facebook, kelompok pengobatan melaporkan tingkat kepuasan hidup yang secara signifikan lebih tinggi," kata para peneliti.
Sebelum percobaan, para relawan diminta untuk menilai hidup mereka pada skala 1-10, dengan 10 menjadi yang paling bahagia. Grup "no Facebook" meningkat dari rata-rata 7,75 / 10 menjadi 8,12 / 10, sedangkan grup yang terus menggunakan Facebook sebenarnya menurun dari 7,67 / 10 menjadi 7,56 / 10.
(Banjarmasinpost.co.id/Noor Masrida)


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
											 
											 
											 
											