B FOCUS

Barito Putera Siap Bentuk Tim Putri, Djumadi Masrun : Perempuan Banua Tabu dan Malu-malu

Ketua Harian PSSI Kalsel, Djumadri Masrun mengungkapkan, kendala untuk menjaring para pesepak bola wanita di Banua adalah faktor busana.

Editor: Elpianur Achmad
capture /banjamasinpost.co.id
B-Focus Kamis (28 Februari 2019) 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Akhir pekan lalu, PSSI merilis 30 nama anggota Timnas Putri Indonesia yang akan berjuang pada babak kualifikasi Olimpiade 2020. Tak ada yang dari Banua, bahkan dari Kalimantan hanya satu orang asal Samarinda, Kalimantan Timur.

Apakah sama sekali tidak ada pemain bola wanita berbakat di Kalsel? Atau sosoknya tak terpantau lantaran tidak ada kompetisi reguler di daerah ini?

Ketua Harian PSSI Kalsel, Djumadri Masrun mengungkapkan, kendala untuk menjaring para pesepak bola wanita di Banua adalah faktor busana.

"Kita tahu di Kalsel mayoritas penduduknya muslim. Bagi perempuan muslimah sangat aneh bermain bola karena busananya yang terbuka," ujar Djumadri kepada BPost, Selasa (26/2) sore.

Meski beberapa waktu lalu Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) menyatakan perempuan muslim boleh mengenakan hijab (tutup kepala, Red) saat bermain sepak bola, namun menurut Djumadri hal itu dianggap tidak atau belum lumrah.

Baca: Hasil akhir Real Madrid vs Barcelona di Leg Kedua Copa Del Rey, Skor Akhir 0-3, Dua Gol Luiz Suarez!

Baca: Hasil akhir Crystal Palace vs Manchester United di Liga Inggris, Skor Akhir 1-3, Romelu Lukaku!

Baca: Komentar Jacksen F Tiago Usai Hasil Akhir Barito Putera vs Semen Padang di Ujicoba Tim Liga 1 2019

Kondisi berbeda berlaku pada futsal. Cukup banyak remaja muslimah yang menggeluti. Bahkan ada kompetisi resmi yang digelar secara teratur. Pemain putrinya enjoy dan antusias bermain mengenakan kaus dan celana panjang serta hijab.

"Futsal kan mainnya di lapangan tertutup, sementara sepak bola di lapangan terbuka. Itu yang membuat perempuan Banua merasa masih tabu dan malu-malu," ujar Djumadri lagi.

Selain Timnas Putri Indonesia, PSSI berencana menggelar kompetisi Liga 1 Wanita mulai tahun ini. Artinya, klub peserta Liga 1 harus membentuk tim perempuan, termasuk Barito Putera. Mungkin namanya nanti Barito Puteri.

Sebelumnya, PSSI punya turnamen bertajuk Piala Pertiwi. Pesertanya tim bentukan Asprov PSSI. Terakhir diselenggarakan pada 2017 lalu. Dan jauh sebelum sebelumnya lagi,  Liga Utama Wanita (Galanita) eksis berpuluh-puluh tahun lalu namun kemudian meredup memasuki milenium baru. Sepak bola putri mengalami nasib buruk setelah reformasi. Federasi tak lagi menggelar kompetisi secara rutin.

Terkait itu, Djumadri mengatakan pihaknya pernah mengirimkan tim sepak bola putri di ajang tersebut. Para pemain yang diambil dari mahasiswi JPOK FISIP ULM Banjarbaru.

"Karena keterbatasan pemain, kami memakai pemain putri JPOK. Tapi sekarang kan kompetisinya bubar, jadi tidak ada lagi pemainnya," tutur dia.

Djumadri mengakui, PSSI Kalsel pernah secara rutin menggelar sosialisasi sepak bola wanita di Banua, namun minim peminat.

"Setelah sosialisasi, mereka kami kumpulkan. Hasilnya hanya ada beberapa yang berminat dan jauh dari harapan," keluh Djumadri.

Karena rendahnya minat menjadi pemain bola putri, Djumadri pesimistis menggelar turnamen.

"Bagaimana mau bikin turnamen kalau peserta dan pemainnya saja tidak ada yang mau," ucap tokoh olahraga Banua itu.

Baca: Hasil Akhir Liverpool vs Watford di Liga Inggris, Skor Akhir 5-0, Umpan Salah & Eksekusi Mane

Baca: Hasil akhir Chelsea vs Tottenham Hotspurs di Liga Inggris, Skor akhir 2-0, Gol Pedro Rodriguez

Baca: Hasil Liga Inggris Pekan 28 - Huddersfield Menang Dramatis, Everton Pesta Gol Tanpa Balas

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved