B Focus Banua Anam

31 SMP di HSU Menerapkan Absensi Sidik Jari, tapi Masih Ada Kendala ini

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saat ini tidak lagi ada yang menerapkan absensi manual bagi guru-gurunya.

Editor: Eka Dinayanti
BPost Cetak
B Focus edisi cetak Rabu (10/4/2019) 

BANJARMASINPOST.CO.ID, AMUNTAI - Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) saat ini tidak lagi ada yang menerapkan absensi manual bagi guru-gurunya.

Ini karena semua SMP, yang jumlahnya sebanyak 31 sekolah, telah menerapkan absensi sistem sidik jari atau finger print untuk tenaga pengajarnya.

Metode finger print ini diterapkan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten HSU secara efektif sejak Januari 2019 tadi.

Tujuannya tak lain agar terjadi peningkatan kinerja dan disiplin para tenaga pendidik yang ada.

Kepala SMPN 1 Amuntai Utara, Irwan Rozanie, yang wawancarai, Selasa (9/4), membenarkan sekolahnya juga saat sudah memakai absensi sidik jari.

"Sejak awal semester genap kemarin, tepatnya mulai tanggal 7 Januari 2019, kami memakai absen jari," katanya.

Dalam penerapannya, semua tenaga pengajar harus melakukan absensi sidik jari sebanyak dua kali dalam sehari.

Pertama dilakukan saat pagi hari sebagai bukti masuk kerja dan yang kedua siang hari setelah pulang.

Sedangkan untuk pelaporan ke dinas pendidikan, walaupun belum terkoneksi secara online namun harus dilaporkan secara rutin dengan bukti pendukung.

Baca: 10 Tahun Alami Hal Mistis, Istri Kedua Clift Sangra Nana Mahliana Kerap Didatangi Ratu Horor Suzanna

Baca: Kondisi Eks Suami Mulan Jameela Kini, Istri Ahmad Dhani dan Harry Nugraha Ternyata Masih Lakukan Ini

Baca: Good Bye Elly Sugigi, Ternyata Irfan Sbaztian Sudah Selingkuh dengan Irma Darmawangsa 2 Tahun

Baca: Penyebab Kriss Hatta Ditahan Terkait Billy Syahputra dan Hilda Vitria, Nikita Mirzani Tebar Ancaman

Baca: Perlakuan Fans Syahrini dan Reino Barack ke Lia Ladysta, Sempat Ditanya Soal Tim Luna Maya

"Pelaporannya masih manual berdasarkan data alat finger," katanya.

Di mana untuk bukti sebagai lampiran dalam laporan harus menyertakan data print langsung dan file dari alat finger yang digunakan.

Dengan penggunaan absensi sidik jari ini, diakuinya memang ada dampak positif yang didapatkan.

Terutama terhadap tingkat kehadiran dan disiplin dari guru-guru karena adanya keakuratan data dan juga keakuratan waktu.

Lalu apakah ada kendala yang dihadapi? Irwan Rozanie mengakui, memang masih ada kendala, terutama penyetingan pengaturan di alat finger.

Pengaturan sendiri diserahkan sepenuhnya ke sekolah dan sekolah cuma mengandalkan operator.

Sehingga terkadang ditemukan hal yang tidak pas

"Khusus di SMPN 1 Amuntai Utara untuk bulan Maret tadi banyak yang tidak terbaca di alat finger. Misalnya finger masuk tidak atau finger pulang tidak terdata padahal yang bersangkutan telah melakukan rekam finger masuk atau pulang," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved