Petani Keramba Menjerit

Menghindari Pencemaran Sungai, Bangkai Ikan yang Mati Langsung Dikubur

Camat Aranio, Taufikurrahman, mengatakan mata pencarian hampir seluruh warganya adalah petambak ikan.

Editor: Eka Dinayanti
BPost Cetak
BPost edisi cetak Selasa (23/7/2019) 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Camat Aranio, Taufikurrahman, mengatakan mata pencarian hampir seluruh warganya adalah petambak ikan.

Mereka tersebar di sekitar 12 desa.

Kebanyakan di Desa Aranio, Tiwingan Lama, Tiwingan Baru dan Kalaan.

"Pada musim kemarau ini kondisi air di Waduk Riam Kanan mengalami penurunan. Ini berpengaruh terutama terhadap petani ikan yang kurang rajin membersihkan lingkungan keramba," kata dia.

Fenomena matinya ikan juga terjadi pada 2018.

Saat itu penanggung jawab Instalasi Pembesaran Ikan Awang Bangkal, Darsono, mengatakan hampir lima sampai tujuh ton ikan yang mereka besarkan mati kekurangan oksigen.

Baca: Ada Goyangan Mulan Jameela? Ini Video Lengkap Aksi Istri Ahmad Dhani di Panggung Dangdut New Monata

Baca: Ikan Milik Petani Keramba Jaring Apung Banyak yang Mati, Berdampak pada Kenaikan Harga Nila

Baca: Mengapa Tubuh Nunung Tetap Gemuk Meski Konsumsi Narkoba, Sabu Bisa Bikin Kurus Mitos atau Fakta?

Baca: Pernah Dijodohkan Ifan Seventeen, Juliana Moechtar Kecelakaan, Istri Herman Seventeen Bantah Mabuk

Ikan mati dikubur Darsono dan rekan-rekan pekerja supaya tidak menimbulkan pencemaran.

Ini mengacu pada kejadian serupa pada 2012.

Saat itu, banyak nila keramba di Desa Mali-Mali dan Sungai Arfat Kecamatan Karangintan mati.

Oleh petambak, ikan dilarutkan ke sungai.

Akibatnya ikan-ikan busuk mengalir melewati beberapa desa di kecamatan lainnya.

Ikan busuk akhirnya menumpuk di hilir sungai yakni di Desa Pingaran Hilir Kecamatan Asambul dan Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura Timur.

Menurutnya, kondisi air yang surut dan kurangnya arus membuat sejumlah ikan tidak bisa bertahan.

Hanya patin dan nila yang saat itu lebih mampu bertahan.

Namun kini justru nila yang alami kematian.

Darsono telah memasang pompa air agar ikan yang tersisa di kerambanya bisa diselamatkan.

Ini menghadapi surutnya air.

"Menghadapi kemarau, pembudidaya harus punya strategi dalam memelihara. Misalnya jumlah tebar yang dikurangi dari 20 ribu jadi 10 ribu dan jenis ikan yang dipelihara harus lebih tahan saat debit air turun," kata dia.

Kepala Dinas Perikanan Banjar M Riza Dauly mengatakan kondisi saat ini lebih dikarenakan cuaca panas.

"Daya tahan ikan menurun. Pada intinya kondisi cuaca. Imbauan dikasih vitamin, probiotik untuk daya tahan tubuh. Menebar bibit juga jangan banyak-banyak, nanti ikan kurang oksigen," kata dia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved