Berita Regional
Penyamaran OPM Terungkap, Pangdam Cenderawasih Minta Dedengkot KKB Papua Egianus Kogoya Menyerah
Seperti diketahui, aksi teror KKB Papua selama setahun terakhir memang banyak menimbulkan korban dari warga sipil maupun aparat
Menurut Aidi, dugaan itu muncul karena setiap kelompok tersebut akan melakukan pemberontakan atau pasca peristiwa, lalu para tokoh atau beberapa pejabat akan membuat pernyataan kepada publik yang intinya mendukung KKB Papua.
Menurut Aidi, sejak 1997 sampai 2018 tidak ada parat TNI yang ditempatkan di wilayah Nduga.
Hal itu terjadi karena keterbatasan infrastruktur.
“Kami hanya punya punya Pos Koramil dan Polsek di ibukota kabupaten, tapi di pedalaman tidak ada, sehingga mereka (kelompok separatis) tumbuh subur dan leluasa menanamkan pengaruhnya kepada masyarakat setempat di sana,” kata Aidi.
Nasib 458 Bekas Anggota KKB Papua setelah Kembali ke NKRI, Jadi Petugas Satpol PP hingga Perawat (Instagram Puspentni)
Menurut Aidi, meski kelompok separatis menguasai medan, TNI tidak akan mundur.
Aidi mengatakan, selain untuk mengakkan hukum, keberadaan TNI untuk memastikan proyak pembangunan infrastruktur tetap berlanjut.
“Kemarin ada anggota kami tertembak, itu risiko prajurit. Jadi itu tidak akan menyurutkan tekat kami untuk melanjutkan pembangunan yang ada di sana," kata Aidi.
Di samping itu, TNI juga membongkar dugaan sumber senjata yang dipakai oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Ini Beberapa Dugaan Sumber Senjata Kelompok Separatis Papua', Aidi menyebut sumber senjata dan amunisi yang dimiliki KKB Papua berasal dari berbagai sumber.
Menurut Aidi, beberapa bulan lalu berhasil ditangkap warga Polandia di Wamena yang sedang bertransaksi amunisi dengan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Barang bukti yang berhasil diamakan saat itu berupa ratusan amusi.
Baca: Egianus Kogoya Disebut-sebut Otak Pembantaian Pekerja di Nduga Papua, Ini Jejak Rekamnya
Namun, diduga sudah banyak yang lolos, sebelum ditangkap.
"Kemungkinan sudah lolos ribuan butir yang lain sebelum tertangkap," kata Aidi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/7/2019).
Selain itu, garis perbatasan negara yang sangat luas dan garis pantai Papua yang demikian panjang dan tidak mungkin bisa dijaga selama 24 jam, dinilai memungkinkan menjadi peluang pasokan amunisi dari luar.