Kriminalitas Internasional
215 Hari Selama 2019 Telah Terjadi 250 Penembakan di AS, Terakhir di Texas Menewaskan 20 Orang
Penembakan yang terjadi pada Sabtu pagi waktu setempat itu (3/8/2019) menewaskan 20 orang, dan dilakukan oleh seorang pemuda sambil membawa senapan se
BANJARMASINPOST.CO.ID, EL PASO - Penembakan massal Texas, tepatnya di Walmart El Paso, menorehkan catatan miris. Yakni menjadi penembakan ke-250 sepanjang 2019 ini
Penembakan yang terjadi pada Sabtu pagi waktu setempat itu (3/8/2019) menewaskan 20 orang, dan dilakukan oleh seorang pemuda sambil membawa senapan serbu AK-47.
Menurut data dari Gun Violence Archive, penembakan massal Texas merupakan insiden ke-250 sepanjang 215 hari. Artinya ada 1,16 penembakan setiap harinya.
Dilansir USA Today, organisasi yang menyediakan akses terkait kekerasan bersenjata itu mengelompokkan penembakan massal jika korban yang tertembak atau tewas lebih dari empat, tidak termasuk pelaku.
Sejauh ini, Gun Violence Archive menyebut ada 522 orang yang tewas dalam penembakan massal dengan 2.040 lainnya terluka sepanjang tahun ini.
Baca: 2 Peserta Surabaya Marathon 2019 Meninggal Dunia, Korban Sempat Mengeluh Tiba-tiba Ngantuk
Baca: Listrik PLN Byar Pet di Jawa, Lampu Merah Mati, Lalu Lintas di Jakarta yang Macet Makin Kacau
Baca: Karena Chemistry Seorang Teman, The Rock Diajak Bermain di Film Deadpool
Insiden itu juga terjadi satu pekan setelah penembakan lain yang terjadi saat perhelatan festival bawang putih di California, di mana tiga orang dinyatakan tewas.
Dalam penembakan di Walmart El Paso, pelaku yang bernama Patrick Crusius datang ketika pusat perbelanjaan itu tengah penuh dengan 3.000 pengunjung.
Dia menyerahkan diri kepada polisi setelah melakukan aksinya, dan menulis manifesto di mana dia menyebut aksinya merupakan respons atas "invasi Hispanik" di Texas.
Sumber dari kepolisian mengungkapkan bahwa Crusius disebut sebagai "pemuda bermasalah" dan penyendiri, serta pernah bersekolah pada 2017 hingga 2019 ini.
Dalam konferensi pers Sabtu sore, Kepala Polisi El Paso Greg Allen menyebut soal manifesto itu, dan berujar dokumen itu mungkin ada "hubungan" dengan penembakan tanpa bersedia menjabarkannya.
