Berita Regional

Mahasiswa Unila Meninggal Saat Diksar Mapala, Diduga Dipukuli Senior dan Disiram Air Saat Pingsan

Dua hari sebelum meninggal, Aga sempat pingsan saaat ikut diksar yang dilaksanakan selama empat hari. Oleh panitia, Aga disiram air agar sadar.

Editor: Elpianur Achmad
(KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA)
Petugas kepolisian melakuan identifikasi jenazah Aga Trias Tahta, mahasiswa Fisip Unila yang meninggal saat mengikuti diksar UKM pecinta alam Cakrawala. Kepolisian menemukan luka lebam di tubuh jenazah. (Foto: Humas Polda Lampung) 


Muhammad Aldi Darmawan (18) dan Fans Salsa Romando (19) peserta diksar UKM Cakrawala FISIP Unila terbaring lemah di RS Bhayangkara, Senin (30/9/2019) malam. Selain menyebabkan satu orang meninggal dunia, diksar UKM pecinta alam itu juga menyebabkan dua peserta lain harus dirawat di rumah sakit.(KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA)

Nita (23), kakak Aldi mengatakan dia dihubungi pemilik kos yang mengabarkan kondisi adiknya tidak sehat.

Saat disambangi, Nita keget melihat tubuh adeknya lecet dan bagian pipi lebam hingga sulit bicara. Kepada kakaknya, Aaldi bercerita ia mendapatkan perlakuan kasar saat ikut diksar. Hal senada juga diceritakan Jumiati (43), ibu Frans.

Frans sempat pingsan saat dibawa ke RS Bintang Amin sekitar pukul 12.00 WIB. Kepadanya, Frans menceritakan selama diksar berlangsung, dia mendapat perlakuan kasar dari senior UKM Cakrawala.

“Katanya, dia (Frans) dipukul, disabet. Selama lima hari juga hanya makan nasi putih. Jadi, perutnya sakit,” kata Jumiati.

Baca: Karangan Bunga Ashanty untuk Krisdayanti yang Jadi Anggota DPR, Anang Hermansyah Beri Pesan Khusus

Perdiansyah mewakili panitia pelaksana mengatakan pelaksanaan diksar sudah dilakukan sesuai SOP, termasuk saat melakukan penanganan medis. Ia menjelaskan, Aga sempat pingsan dua kali pada Kamis (26/9/2019) dan Minggu (29/9/2019). Perdiansyah menyebut Aga kelelahan.

“Saat jatuh yang pertama sudah ada upaya penanganan medis dari panitia. Kemudian, saat persiapan pelantikan pada Minggu pagi, korban jatuh lagi dan oleh panitia dievakuasi ke pemukiman warga. Setelah itu dibawa ke rumah sakit,” kata Perdianysah, Senin (30/9/2019). 

Sementara itu, pengurus UKM Cakrawala, Shyntia Claudia mengatakan, pelaksanaan diksar tersebut sudah sesuai standar yang telah ditentukan sebelumnya. Diksar tersebut mencakup pelatihan mental dan fisik.

“Kegiatan fisik seperti push up. Kegiatan ini sudah sesuai standar diksar pecinta alam lainnya, tujuannya agar bisa menghadapi dan beradaptasi terhadap kondisi alam,” katanya.

Ada lebam di tubuh Aga

Kapolres Pesawaran AKBP Popon AS mengatakan petugas menunggu hasil visum e repertum karena keluarga menolak otopsi.

“Kita kan inginnya otopsi. Tapi pihak keluarga menolak untuk diotopsi,” katanya.

Aga adalah anak pasangan Denny Muhtadin (53) dan Rosdiana (52). Menurut Popon dari hasil identifikasi sementara, diketahui ada luka lebam di tubuh jenazah. Ada dua jenis lebam, yaitu lebam mayat dan lebam yang diduga hasil kekerasan.

“Itu masih dugaan, kami masih menunggu hasil visum. Kami akan mendalami kasus ini,” katanya.

Sementara itu, orangtua almarhum Aga mengaku sudah mengikhlaskan kematian anaknya itu. Denny, ayah Aga mengatakan menolak jasad anaknya diotopsi. Namun pihak keluarga tetap menuntut agar kasus ini diusut tuntas.

Baca: Pura-Pura Buang Air, Doni Gasak Handphone dan Uang di Rumah Warga Binuang Tapin

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved