Berita Batola
Temu Lapang Dukungan Litbang Serasi 2019 Pastikan Rawa Jadi Tumpuan Produksi Pangan di Masadepan
Temu Lapang Dukungan Litbang dalam Program #SERASI 2019 di Kalimantan Selatan bertempat di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit Batola
Penulis: Nia Kurniawan | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BATOLA - Temu Lapang Dukungan Litbang dalam Program #SERASI 2019 di Kalimantan Selatan bertempat di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Senin (14/10/2010).
Acara ini dihadiri Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dr. Ir. Fadjry Djufri,MS, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Kalsel, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Prov. Kalsel, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Prov. Kalsel, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Barito Kuala beserta para pejabat lainnya.
Diikuti 200 peserta yang mewakili petani, penyuluh, peneliti, pemerintah daerah, para pengambil keputusan, dan masyarakat umum lainnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Dr. Ir. Fadjry Djufri, mengatakan temu lapang dilaksanakan dalam rangka mengkomunikasikan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian Badan Litbang Pertanian dalam upaya mendukung Program Utama Strategis Kementerian Pertanian dalam Program #SERASI (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) untuk menjadikan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia pada 2045, kemandirian pangan, diversifikasi pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, kesejahteraan petani, serta menghadapi perubahan iklim.
Baca: Warga Desa Libarusungka Balangan Tempuh Belasan Kilometer untuk Berobat, Tak Ada Tenaga Medis
Baca: Lagi, Tunggakan BPJS Kesehatan Jadi Sorotan DPRD Kalsel, Capai Rp 80 Miliar Lebih
Baca: Anggaran Pilkada Banjarbaru 2020 Tak Sesuai Usulan, KPU Banjarbaru Atur Ulang Keperluan
Baca: Dua Truk Berisi Ratusan Karung Daun Kratom Bakal Lolos, BNN Kalteng Sebut Belum Ada Dasar Hukumnya
Temu Lapang memperlihatkan Demonstration Farming (Demfarm) yang menggelar berbagai inovasi teknologi pengelolaan lahan rawa meliputi budidaya padi, budidaya tanaman hortikultura, budidaya itik, dan budidaya ikan, serta aplikasi pupuk hayati dan pestisida nabati.
Program SERASI adalah program pengelolaan lahan rawa pasang surut/lebak melalui optimalisasi pemanfaatan lahan rawa, peningkatan peran Petani dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani, penumbuhan dan pengembangan Kelompok Tani untuk melaksanakan Usaha Tani, dan pengembangan kawasan.
Luas pengembangan direncanakan 500 Ribu Hektar (Sumsel 250.000 Ha; Kalsel 250.000 Ha). Sasarannya adalah menaikan produktivitas dan Indeks Pertanaman, serta pengembangan usaha (korporasi petani)
Program #SERASI menjadi salah satu tumpuan dalam produksi pangan di masa depan, sehingga harus dilakukan secara terpadu dan menyentuh semua aspek (teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan) yang berbasis riset dengan kearifan lokal (local whisdom) sebagai salah satu sumber inovasi. Pemerintah Daerah diharapkan bisa menjadi integrator untuk menggerakkan petani dan penyuluh pertanian. Grand design yang disusun harus lintas stakeholder, melibatkan Balitbangtan, Ditjen teknis dan PEMDA.
Dukungan dan kegiatan Balitbangtan di dalam Program #SERASI adalah berupa (1) Demfarm, (2) Superimposed, (3) Pendampingan petani/kelompok tani, dan (4) Bimbingan Teknis (Bimtek). Kegiatan-kegiatan tersebut bersifat partisipatif, yakni melibatkan pihak-pihak terkait (Petani/PPL/Dinas Kab/Kota/Provinsi).
Demfarm dalam Program #SERASI dilaksanakan oleh peneliti bersama petani dan penyuluh pada suatu hamparan atau kawasan yang menerapkan dan atau memperagakan berbagai teknologi (komponen/paket) usahatani (rekomendasi dan atau hasil penelitian) yang unggul dan telah teruji untuk dilihat, dicoba, dan dicontoh oleh petani sasaran (end user).
Kawasan Demfarm yang dilaksanakan di Provinsi Kalsel dan Sumsel dapat dijadikan Kawasan Pertanian Sejahtera (Sapira) dan terdiri dari dua kcluster, yaitu ckluster lengkap (dua lokasi) dan tidak lengkap (tujuh lokasi). KCluster lengkap meliputi berbagai teknologi budidaya berbagai komoditas (padi, hortikultura, itik, dan ikan), alsintan, kelembagaan, dan bimbingan teknik. Sedangkan kcluster tidak lengkap hanya teknologi budidaya padi.
Kepala balai besar sumberdaya lahan pertanian Dr. Husnain mengatakan Kawasan Demfarm melibatkan komponen fisik berupa penataan air dan lahan, teknologi, kelembagaan, manajemen riset dan koordinasi dalam suatu kawasan, serta dilaksanakan untuk mempercepat proses diseminasi.
Dampak dari kegiatan ini adalah peningkatan hasil dan sekaligus kesejahteraan petani.
Potensi dan peluang pengembangan lahan rawa sangat penting dan perspektif dalam mendukung terwujudnya Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045.
Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Ir. Hendri Sosiawan, CESA menambahkan Lahan rawa maha sangat luas meliputi sekitar 33,70 juta hektar yang tersebar di 18 propinsi dan sekitar 300 kabupaten/kota, terdiri dari lahan rawa lebak dan pasang surut.
Produktivitas lahan rawa saat ini hanya sekitar 2,6-3,9 ton/ha dengan indeks pertanaman (IP) hanya 0.66. Padahal potensi hasilnya mencapai 4,0-7,0 ton/ha, bahkan dengan penerapan teknologi, dapat ditingkatkan hasilnya bisa mencapai 8.0 ton/ha dengan IP 1,50-2,25. Ini berarti bahwa jika dimanfaatkan secara optimal, kontribusi lahan rawa terhadap produksi pangan nasional dapat ditingkatkan berlipat ganda.
