Ekonomi dan Bisnis
Inflasi Di Kalsel Meningkat 4,11 Persen dari Target 3,5 Persen, Ternyata Ini Pemicunya
Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami kenaikan inflasi sebesar 4,11 persen year on year.
Penulis: Mariana | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami kenaikan inflasi sebesar 4,11 persen year on year.
Angka tersebut tidak sesuai dengan target dari KPw Bank Indonesia Kalimantan Selatan (Kalsel) 3,5 +/- 1 persen.
Hal tersebut diungkapkan Deputi Direktur Bank Indonesia Kalsel, Dadi Esa Cipta dalam kegiatan Refreshment Kebanksentralan Jurnalis Kalsel di Yogyakarta, pada 1-2 Nopember 2019.
"Multiinflasi dari Januari-Oktober naik sebesar 3,22 persen year to date (ytd). Yang mana biasanya perbulan hanya kisaran 0,16 persen month to month (mtm)," jelasnya kepada Banjarmasinpost.co.id.
Di Kota Banjarmasin, inflasi meningkat 4,30 yoy, dengan multiinflasi Januari-Oktober mencapai 3,38 persen ytd dari yang biasanya hanya 0,12 mtm.
Baca: Suami Istri di NTT Tetap Berjualan Sayur dan Tolak Fasilitas Mewah Anak yang Telah Jadi Bupati TTU
Baca: Kementerian Pariwisata Puji Inovasi Pariwisata Kalsel
Baca: Listrik Padam, Acara Workshop BPBD Pun Sempat Gelap-Gelapan
Baca: Saat Pemain Ini Jadi Starter, Persib Cuma Sekali Kalah dan Sapu Bersih Laga Kandang, Ini Sosoknya
Dadi menuturkan, pemicu inflasi yakni lonjakan harga sembako dan tiket pesawat terlebih menjelang akhir tahun dan hari-hari besar permintaan konsumen tinggi.
Di komiditas pangan, dikatakannya salah satu pemicu inflasi yaitu daging ayam ras dari segi stok dan distribusi. Karena itu BI merangkul instansi lain dan pemerintah daerah dalam wadah Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi Daerah (TPPID).
"BI bukan anti kenaikan harga, namun bagaimana mencari harga yang stabil dan yang menguntungkan masyarakat sesuai kebutuhannya. Dan inflasi tertinggi masih dialami Banjarmasin dan Tanjung," urainya.
Demi meneken inflasi dan membantu pertumbuhan ekonomi daerah, BI Kalsel telah menjalankan program pemberdayaan sektor riil atau pertanian dan UMKM melalui pola kluster.
Manajer Fungsi Pengembangan UMKM, Aryo Wibowo mengatakan, dengan adanya fasilitas itu dapat membantu meningkatkan pasokan, memperbaiki jalur distribusi serta mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif. Kendari demikian, program juga dilakukan pada komoditas yang berorientasi ekspor atau komoditas unggulan wilayah.
Salah satu upaya pembangunan usaha dengan pola klaster yang dilakukan oleh Bank Indonesia adalah membuka Agro Edu Park di sejumlah wilayah diantaranya Rumah Pangan Lestari di Landasan Ulin, Kalimantan Selatan.
Baca: Sule Nikah Lagi Susul Sang Mantan Lina yang Punya Suami Baru? Reaksi Mengejutkan dari Rizky Febian
Baca: Cewek Penusuk Gadis Cantik Asal Muara Uya Diamankan, Motifnya Ternyata Pelaku Dibakar Api Cemburu
Baca: Bantuan Mulai Mengalir ke Penghuni Rumah Reyot Sabariah, Dinsos Banjarmasin Tawarkan Dua Solusi
Agro Edu Park adalah suatu tempat yang menjadi sarana untuk mensosialisasikan bagaimana cara bertani seperti memelihara bibit atau menjaga tanaman dengan baik.
Untuk lima komoditas pangan yang berhasil menahan inflasi yakni telur ayam ras, semangka, cabai merah, ikan layang, dan minyak goreng. (Banjarmasinpost.co.id/Mariana)