RS Kabupaten Kekurangan Spesialis
Setiap Berobat ke Banjarmasin, Pasien Kanker ini Harus Siap Rp 150 Ribu untuk Transport dan Makan
Mengenakan pakaian sedikit kusam, warga Kota Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) ini menunggu namanya dipanggil petugas.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Aisyah duduk termangu di sebuah kursi panjang RSUD Ulin Banjarmasin, Rabu (6/11) siang.
Mengenakan pakaian sedikit kusam, warga Kota Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) ini menunggu namanya dipanggil petugas.
“Saya divonis menderita kanker payudara. Saya sangat berharap bisa terlepas dari penyakit itu,” ujarnya kepada BPost.
Aisyah mengaku pasien rujukan dari rumah sakit di HSS.
“Karena keterbatasan peralatan dan tenaga kesehatan, terutama dokter spesialis onkologi, sehingga tak ada jalan lain saya harus dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin,” ujarnya.
• Nasehat Ashanty ke Krisdayanti Saat Isu Selingkuh dari Raul Lemos, Istri Anang Hermansyah Tulis Ini
• Tiba-tiba! Ayu Ting Ting Bagikan Undangan Pernikahan Disebut Sosok Ini, Robby Purba Pun Kaget
• Daftar Formasi Khusus Pelamar SMK/SMA pada Pendaftaran CPNS 2019 di Kemenkumham via sscasn.bkn.go.id
Aisyah menceritakan penyakitnya itu diketahui empat bulan lalu.
“Awalnya ada sebuah benjolan. Benjolannya itu tidak menimbulkan rasa sakit. Jadi saya pikir tidak apa-apa," ujarnya.
Penasaran dengan benjolan itu, Aisyah kemudian berinisiatif memeriksakannya ke rumah sakit di HSS.
“Hasilnya sangat mengejutkan saya. Benjolan itu ternyata tumor atau kanker ganas,” ujarnya.
Selanjutnya, Aisyah rutin ke RSUD Ulin.
“Benjolan di payudara berhasil diangkat. Dan ini tinggal satu tahapan lagi yaitu saya harus rutin menjalani kemoterapi," jelasnya.
Selain pengobatan, dia harus menjalani jarak yang jauh dari rumahnya ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Dia pun harus menyiapkan biaya transport dan makan.
"Sedangkan untuk biaya operasi dan pengobatan, alhamdulilah gratis, tarena sudah dijamin Jamkesda. Jadi tinggal transport dan makan yang dicarikan," ujarnya.
Masalahnya, Aisyah harus bergantung dari penghasilan suami yang hanya buruh bangunan.
“Saya harus mengantongi uang Rp 150 ribu setiap berobat ke Banjarmasin,” ujarnya.
Uang itu, lanjut Aisyah, tidak selalu ada sehingga dia kerap berutang kepada keluarga.
"Harapan sih, bila bisa tidak perlu ke Banjarmasin. Cukup di daerah aja, baik kemoterapi maupun dokter spesialis onkologi. Mudah-mudahan dalam waktu tidak lama lagi rumah sakit di daerah kami sudah ada dokter spesialis onkolagi,” ujarnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/bpost-edisi-cetak-jumat-8112019.jpg)