Mitos di Masyarakat Banjar
Diturunkan Sejak Kakek Nenek, Mitos Kepuhunan Ini Harus Dipenuhi Walau Sekedar Disentuh
Biasanya kapuhunan ini terkait dengan makanan dan minuman. Misal kita menginginkan suatu makanan atau minuman tapi tak terpenuhi.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Banyak mitos di masyarakat Banjar, Kalsel terkait kehidupan sehari-hari. Mitos ini 'lestari' secara turun temurun yang 'diwariskan' para orangtua dan kakek nenek.
Salah satu mitos tersebut adalah kapuhunan. Belum jelas apakah bahasa ini berasal dari bahasa Melayu, Banjar atau Dayak, pastinya itulah istilah yang sering didengar selama ini.
Biasanya kapuhunan ini terkait dengan makanan dan minuman. Misal kita menginginkan suatu makanan atau minuman tapi tak terpenuhi.
Bisa juga saat ditawari makanan atau minuman oleh keluarga atau orang lain, kita mengabaikannya atau tidak mengindahkan.
• Diduga Ikut Berantas Pungli di Pantai Batakan Tanahlaut, Ketua Grup Facebook Ini Tewas Ditusuk
• Begini Kemeriahan Atraksi 5000 Kuntau Kolosal di Tabalong, Mengangkat Batang Tarandam
• BREAKING NEWAS : Diduga Overdosis, Pria Misterius Meninggal di RS Idhaman Banjarbaru
• Artis Tampan yang Tak Diundang di Nikahan Citra Kirana & Rezky Aditya, Andi Arsyil Ungkap Hal Ini
Akibatnya, seseorang yang tak kesampaian untuk makan atau minum atau tidak mengindahkan tawaran, bisa mendapat musibah.
Yuliyana, warga Landasan Ulin, Banjarbaru, mengatakan, mendiang ibu dan nenek dulu selalu bilang kalau ada niat ingin makan atau minum, segerakan saja.
"Pesan mereka, jangan turun atau meninggalkan rumah bila keinginan belum dilaksanakan atau ditawari makan tapi tak dimakan, nanti bisa kapuhunan," ungkapnya.
Begitu pun jika kita bertamu ke rumah orang lain, kebetulan di rumah itu sedang makan dan kita ditawari namun menolak, biasanya kita disuruh mencicipi agar tidak kapuhunan.
"Misal perut kita masih kenyang. Maka sebaiknya kita bajapai (menyentuh) makanan tersebut atau cicipi sedikit saja untuk menghindari kapuhunan," terang Yuliyana.

Siti Maryam, warga yang paham dengan kebiasaan di masyarakat, mengatakan, kapuhunan memang biasanya identik karena tak terpenuhi, menunda atau mengabaikan tawaran makanan-minuman.
"Kalau memang ingin, sebaiknya dimakan atau diminum. Jika kita tak berselera, baranglah mencicipi sedikit atau bejapai," paparnya.
• Satu Tahun Dipimpin Dirut Ari Askhara, Inilah 8 masalah di Garuda Indonesia
• BREAKING NEWS : Diduga Ikut Berantas Pungli di Batakan Tanahlaut, Ketua Grup Facebook Tewas Ditusuk
• Merosot di Akhir Pekan, Harga Emas Hari Ini Merangkak Naik
Jika terjadi kapuhunan, misal tertimpa musibah kecil, contoh tak sengaja saat berjalan terantuk batu dan jatuh, maka segerakan makan atau minum yang sesuai dikehendaki sebelumnya.
"Misal awalnya ingin minum kopi, tapi karena buru-buru ada keperluan maka tak jadi ngopi. Nah, kalau ada tanda kapuhunan maka segerakan ke warung untuk minum kopi," pesan Maryam.
Begitulah tentang mitos kapuhunan. Selain itu adalagi kapidaraan yang juga menjadi kepercayaan di masyarakat. Bagaimana itu? Simak hal itu dalam tulisan berikutnya. (banjarmasinpost.co.id/salmah)
Bunyikan Klakson di Tempat Angker, Dipercaya Cara Meminta Izin pada Penunggu Makhluk Gaib |
![]() |
---|
Agar Tak Diganggu Makhluk Halus di Tempat Tak Dikenal, Saat Buang Air Kecil Harus Bilang Begini |
![]() |
---|
Hindarkan Anak dari Sawan, Masyarakat Banjar Percaya Pakaikan Gelang Ini |
![]() |
---|
Dipercaya Pertanda Tidak Baik, Orang Tua Banjar Melarang Anak Keluar Rumah saat Sanja Kuning |
![]() |
---|
Mitos Kepidaraan Sering Menimpa Bayi atau Anak Kecil, Akibat Ulah Usil Makhluk Halus |
![]() |
---|