BPost Cetak
Lebih Enak Jadi Istri Menteri
I Gusti Ayu Bintang Darmawati yang akrab disapa Bintang Puspayoga selaku Menteri PPPA menjadi sosok yang paling bertanggung jawab di Hari Ibu
Wawancara Ekslusif Bintang Puspayoga Menteri PPPA
BANJARMASINPOST.CO.ID - Tanggal 22 Desember di Indonesia diperingati sebagai Hari Ibu sejak 1938. Itu berdasarkan hasil Kongres Perempuan Indonesia III pada 22-27 Juli 1938 di Bandung.
Tahun ini puncak perayaan digelar di Kota Tua Semarang, Jawa Tengah. I Gusti Ayu Bintang Darmawati yang akrab disapa Bintang Puspayoga selaku Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas peringatan Hari Ibu ke-91.
Sabtu (21/12), di sela-sela kesibukan, Bintang meluangkan waktu untuk melakukan wawancara khusus dengan wartawan Tribun Network di hotel tempat ia menginap.
Sekitar 1 jam, istri dari Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) di Kabinet Kerja itu berbicara banyak hal. Berikut petikannya :
Bagaimana kisahnya Anda terpilih menjadi Menteri PPPA? Soalnya Anda tidak dipanggil ke Istana sebelum dilantik seperti menteri lainnya.
H-2 (sebelum pelantikan) saya dapat telepon. Waktu itu saya di kantor lagi kerja. Saya kan PNS. Tapi waktu ditelepon itu cuma disuruh siap-siap. Belum pasti juga jadi menteri.
• Henny Kenang Peresmian Terminal Syamsudin Noor, Jadi MC dengan Persiapan Singkat
• Merasa Mampu, 900 Penerima Bantuan Mundur
• Tidak Lagi Pimpin KPK, Agus Akan Kawal Uji Materi UU KPK
Siapa yang menelpon saat itu?
Ada lah orangnya, tidak perlu disebutkan.
Lalu, kapan Anda mendapat kepastian menjadi menteri?
H-1 saya disuruh datang ke Jakarta. Tapi waktu itu masih menunggu juga. Belum dipastikan
Berarti Anda memang tidak pernah di-interview oleh Presiden Jokowi sebelum dilantik?
Ada dong. Sebelum diumumkan saya di-interview dulu.
Apa yang disampaikan oleh Presiden Jokowi saat itu?
Tentunya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi di Kementerian PPPA.
Saat diumumkan menjadi Menteri PPPA, Anda membayangkan tugas di kementerian ini seperti apa?
Sebenarnya sudah ada bayangan juga, karena kita kan juga nonton TV. Lalu 5 tahun mendampingi suami yang menjadi menteri KUKM.
Saya seiring diundang oleh Kementerian PPPA saat peringatan Hari Ibu. Jadi secara umum sudah ada bayangan apa yang akan menjadi tanggung jawab saya di kementerian ini.
Selain 5 tahun menjadi istri menteri, apa modal lain Anda?
Saya kan sudah punya pengalaman 9 tahun menjadi Ketua PKK Kota Denpasar. Lalu 5 tahun jadi Wakil Ketua PKK Provinsi Bali.
5 Tahun juga bergabung di PKK pusat. Dalam 10 program pokok PKK itu ada rumusan tentang perempuan dan anak. Mungkin kalau bicara tentang pemberdayaan, lalu apa yang harus dilakukan terhadap anak, saya punya pengalaman 18 tahun dalam diri saya.
Tadi Anda bicara tentang pengalaman menjadi istri menteri. Sekarang Anda malah jadi menteri. Bagaimana rasanya?
Kalau jadi menteri saya nggak pernah terbayang sama sekali. Saya menjalani hidup ini seperti air mengalir. Tapi kalau ditanyakan enak mana jadi istri menteri dibanding jadi menteri, jelas lebih enak jadi istri menteri. Bebannya tidak terlalu berat. Kalau ada kekurangan orang akan maklum.
Beberapa waktu lalu seorang Komisioner Komnas Perempuan menyatakan Kementerian PPPA lebih fokus mengadvokasi masalah anak. Sementara, masalah perlindungan perempuan kurang maksimal. Bagaimana Anda menanggapinya?
Saya selalu terbuka dengan segala masukan dan kritikan. Apalagi dari Komnas Perempuan mitra utama kami dalam penanganan kasus-kasus kekerasaan terhadap perempuan. Saya sudah bertemu dengan teman-teman Komnas Perempuan. Tadi pagi kami juga sudah bikin MoU dengan mereka. Tidak hanya dengan Komnas Perempuan, saya sudah banyak menerima NGO lain yang bergerak di bidang perempuan.
• Komplain Nikita Mirzani Terkait Betrand Peto Diungkap Ruben Onsu, Putra Sarwendah Itu Bikin Begini
• Heboh, Sosok Bercadar Lahirkan Bayi di Kamar Mandi Sekolah, Rahasiakan Pria yang Menghamili
• Ajaib, Terjun ke jurang sedalam 20 meter di Pacitan, Penumpang Minibus Ini Selamat
Pesan Anda untuk perempuan Indonesia?
Dari pengalaman saya di lapangan, di daerah perkotaan mungkin sudah banyak perempuan yang mengejar mimpi-mimpinya. Tapi di daerah pelosok, kalau kita tanya para perempuan itu: ”ibu ingin apa?” Jawabnya, mereka ingin suaminya sukses, ingin anak sekolahnya tinggi.
Mereka tidak pernah punya mimpi untuk dirinya sendiri. Justru saya melihat jika kita punya keinginan untuk diri sendiri, di sana akan muncul inovasi, semangat juang untuk meraih mimpi. Kita bisa menggali potensi untuk diri kita. (dodi esvandi)
