Berita Tapin
Semakin Pedas dan Terkenal hingga Dikembangkan di Luar Tapin, Junaidi Bangga Bertani Cabai Hiyung
Komoditas cabai rawit Hiyung di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) semakin pedas dan terkenal.
Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Komoditas cabai rawit Hiyung di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) semakin pedas dan terkenal.
Tak heran, komoditas itu pun dikembangkan di luar Kabupaten Tapin.
Itu karena Desa Hiyung selalu menjadi tempat kunjungan belajar bertani.
Junaidi, adalah satu petani cabai rawit di Desa Hiyung, yang sukses sebagai penyuluh dan kerap diminta sebagai narasumber.
• Suami Lina Teddy Sebut Sudah Kabur Jika Ingin Kuasai Harta Mantan Sule, Rizky Febian Singgung Aset
• Banggar DPRD Kalsel Usul Kenaikan Tunjangan Transportasi dan Perumahan Wakil Rakyat, Segini Nilainya
• Tes Kejiwaan Dijalani Ruben Onsu Terkait Betrand Peto, Suami Sarwendah Lakukan Demi Hal Ini
Pegawai ASN pada Kantor Kecamatan Tapin Tengah itu mengaku kerap memberikan penyuluhan tentang komoditas cabai rawit Hiyung di luar daerah Kabupaten Tapin.
Terkini, Junaidi mengaku cabai rawit Hiyung sudah dikembangkan di daerah tetangga, yaitu Kabupaten Barito Kuala (Batola).
"Saya tidak merasa tersaingi. Justru semakin bangga karena komoditas cabai rawit Hiyung Dikembangkan di luar daerah Kabupaten Tapin," katanya ditemui reporter Banjarmasinpost.co.id, Sabtu (11/1/2020).
Junaidi mengaku awal Maret 2020 akan memulai masa tanam cabai rawit Hiyung.
Produksi cabai rawit Hiyung, jelasnya masih surplus di Desa Hiyung. Itu karena hingga awal tahun, masih tetap panen cabai rawit Hiyung.
"Produksi cabai rawit Hiyung dari daerah tetangga, justru membuat harga cabai rawit Hiyung dipasarkan menjadi normal, harganya tidak jatuh " katanya.
Junaidi mengaku 85 persen, warga Desa Hiyung saat ini adalah petani cabai. Selebihnya bertani padi.
"Ada 115 hektar yang ditanami cabai. Kini harga cabai diatas normal yaitu Rp 23 ribu perkilogram cabai basah di petani," katanya.
Junaidi sendiri mengikuti kegiatan bertani cabai sejak 2010 hingga kini.
Justru dari usaha bertani cabai itulah, ungkapnya perekonomian warga di Desa Hiyung meningkat hingga 75 persen.
"Semakin banyak yang mengusahakan bertani cabai rawit Hiyung, maka semakin ramai saja yang berkunjung dan bertamu di Desa Hiyung.
Justru rezeki semakin banyak karena tengkulak cabai berdatangan," katanya.
(Banjarmasinpost.co.id/ tar)
