Wabah Virus Corona
Cerita Sedih Dokter di Wuhan, Dipukuli hingga Pakaian Pelindung Dirobek oleh Penderita Virus Corona
Cerita Sedih Dokter di Wuhan, Dipukuli hingga Pakaian Pelindungnya Dirobek oleh Penderita Virus Corona.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Cerita Sedih Dokter di Wuhan, Dipukuli hingga Pakaian Pelindungnya Dirobek oleh Penderita Virus Corona.
Dokter dan perawat di Wuhan hingga kini mempertaruhkan hidup mereka untuk menangani pasien terjangkit virus corona.
Melansir dari South China Morning Post, seorang dokter di rumah sakit Wuhan mengatakan dia tidak berada di rumah selama dua minggu.
Bahkan selama shift tengah malam baru-baru ini, dia memiliki 150 pasien yang mengantri di klinik rawat jalan.
• VIRAL Pedangdut Cantik Lepas Bra Saat Goyang di Panggung, Si Candoleng-doleng Nekat karena Disawer
• Janda Cantik Histeris Lalu Beristighfar Sebelum Ditemukan Tewas, Wali Kota Risma Bikin Haru Suasana
• Penyebar Ujaran Kebencian Terhadap Wali Kota Surabaya Risma Ditangkap di Jawa Barat
• VIRAL Ayah Ini Menangis Lihat Anaknya di Ruang Karantina Virus Corona, Ingin Memeluk Tapi Tak Bisa
“Semua pasien gelisah. Di antara mereka menjadi putus asa setelah menunggu berjam-jam dalam cuaca dingin,” kata dokter yang tidak ingin disebutkan namanya itu.
Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. (AFP/HECTOR RETAMAL)
Bakan di antara pasien itu ada yang ingin memukul para dokter karena mengantri terlalu lama.
"Saya mendengar satu di antara orang dalam antrian mengatakan dia telah menunggu begitu lama hingga dia ingin menikam kami."
"Saya khawatir. Membunuh beberapa dari kita (para dokter dan perawat) tidak akan mengurangi antrian, kan?” ungkapnya.
Menurutnya para dokter memahami kekhawatiran akan kekerasan yang akan dialami.
Pada hari Rabu (29/1/2020) waktu setempat, dua dokter di suatu Rumah Sakit Wuhan dipukuli.
Sang dokter dipukul oleh anggota keluarga pasien pengidap pneumonia yang disebabkan oleh virus corona.
Bahkan dalam laporan Beijing Youth Daily satu di antara pakaian pelindung dokter dirobek di zona yang terinfeksi coronavirus.
“Emosi semakin tinggi karena rumah sakit telah berada dalam kapasitas maksimal sejak awal Januari."
"Banyak yang tidak dapat menemukan tempat tidur."
"Tapi apa yang bisa kita lakukan?” Kata dokter, yang meminta namanya tidak dipublikasikan karena ia tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah tersebut.
ILUSTRASI (Seorang perawat memegang tangan pasien di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan untuk menenangkannya) (Xinhua/Xiong Qi)
Cerita dokter tersebut mengatakan mereka bekerja tanpa henti.
“Dokter dan perawat bekerja tanpa henti, bahkan shift tengah malam benar-benar penuh."
"Kami dikelilingi oleh pasien yang batuk di sepanjang malam,” ungkapnya.
Bantuan tenaga medis dari Beijing
Beijing telah mengerahkan lebih dari 6.000 tenaga medis untuk membantu para dokter dan perawat yang kelelahan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
Tentara China, angkatan laut dan angkatan udara juga telah mengirim dokter untuk memperkuat tiga rumah sakit utama yang merawat pasien corona.
500.000 staf medis di Hubei sudah membatalkan liburan Tahun Baru Imlek mereka.
Hal itu karena dari 60 persen virus corona yang terkonfirmasi, 95 persen kematiannya terjadi di Hubai.
Sebabnya beberapa rumah sakit di Wuhan mencapai titik puncak kedatangan para pasien.
Seorang dokter tentara mengatakan tersedia beberapa cadangan, tetapi rumah sakit masih kekurangan staf.
“Terlalu banyak pasien yang perlu dirawat, terlalu banyak tes yang harus dilakukan, semua orang sibuk."
"Tetapi dengan tim kami di sana, setidaknya kawan-kawan Wuhan dapat tidur satu atau dua jam lagi,” kata sang dokter yang enggan menyebutkan nama.
(Tribunnews.com/Maliana)