Ekonomi dan Bisnis
Wabah Virus Corona Bikin Karet Turun 10 Sen Per Kilogram, Hj Suparmi : Tidak Berpengaruh Signifikan
Wabah virus Corona atau Novel Coronavirus (nCov) di Cina berdampak kepada ekspor karet Kalsel
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Wabah virus Corona atau Novel Coronavirus (nCov) di Cina berdampak kepada ekspor karet Kalsel.
Dimana semenjak isu virus corona merebak harga karet dunia turun sekitar 10 sen Amerika per kilogramnya. Dan ini diakui Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Kalselteng.
"Harga karet sekarang 1,38 Dolar Amerika, sebelumnya 1,48 Dolar Amerika," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Kalselteng, Hasan Yuniar
Dia mengemukakan bahwa itu karena Cina salah satu negara pengimpor karet terbesar di dunia.
"Di Kalsel, Cina menjadi pengimpor karet terbesar ketiga, setelah Jepang dan Amerika. 20 persen karet kita diekspor ke sana," urainya.
• Baru Pertama Dirilis, Inilah Penampakan Foto Virus Corona Wuhan Covid19, Bikin Mata Dunia Terbelalak
• VIRAL di Medsos, Mobil Terjun ke Tengah Sawah, Anehnya Tanaman Padi Tak Rusak, Netizen Sebut Mistis
• Tamparan Keras Sule ke Teddy Saat Ungkit Harta Kekayaan Lina Jubaedah, Ayah Rizky Febian Ucap Ini
• Rencana Pernikahan Didi Riyadi Dengan Ayu Ting Ting Terungkap, Ini Kisah Cinta Teman Ruben Onsu
Karena itu pengusaha karet di Kalsel berencana menahan ekspor karet ke Cina sementara waktu.
"Menunda dulu. bulan ini kita upayakan untuk menahan ekspor ke sana. Karena menyebarnya virus corona membuat pembayaran yang dilakukan importir mengalami penundaan," sebutnya.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel Suparmi tak menampik jika penyebaran virus corona berdampak kepada ekspor karet di Banua. Dan china negara tujuan.
Tapi begini, menurut Suparmi, Pengaruh virus corona ini tidak signifikan terhadap harga karet Banua. Indikasinya bisa dilihat dari harga karet di Kalsel yang masih tinggi dibanding dari daerah lain.
"Harga karet Kalsel tidak terlalu merosot karena masih tembus Rp16 ribu untuk K3 (kadar karet kering) 100 persen. Kalau provinsi lain sudah anjlok ke Rp 13 ribu," ucapnya.
Bagimana cara untuk menjaga harga tetap stabil tinggi? Suparmi menyampaikan bahwa mengajak para petani untuk bergabung atau membentuk Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB).
"Jangan ke tengkulak. Karena keberadaan UPPB berpotensi menaikkan kualitas dan harga jual karet yang mengacu K3. Saat ini baru ada 113 UPPB di Kalsel. Kami menargetkan selama lima tahun ke depan ada 650 UPPB yang terbentuk," tambahnya.
• Kesepakatan Aurel Hermansyah & Atta Halilintar Soal Hari Pernikahan, Kata Anak Ashanty & Krisdayanti
• VIDEO Penampakan Terbaru Wisata Siringlaut Kotabaru Kalsel, Mau Dikembangkan Lagi?
• MENGEJUTKAN! China Umumkan 6.723 Pasien Virus Corona Sembuh, 7 Orang dari RS yang Dibangun 10 Hari
Suparmi menjelaskan, lewat UPPB petani dapat menjual harga karet lebih tinggi dibandingkan menjual langsung ke tengkulak.
"Jadi kalau kita sering menerima keluhan harga karet murah itu adalah harga karet yang dijual petani langsung ke tengkulak," jelasnya. (banjamasinpost.co.id/nurholis huda)
Ada Promo Cokelat Spesial Valentine, Buruan ke Toko Alfamart |
![]() |
---|
Tabungan Emas Kian Diminati, Terekam 400 Ribu Nasabah di Pegadaian Kalselteng |
![]() |
---|
Optimisme Perbaikan Perekonomian Kalimantan Selatan pada 2021 Terus Berlanjut |
![]() |
---|
Pengurus REI Kalsel Bertekad Saling Menguatkan untuk Maju dan Berkembang |
![]() |
---|
Banjir Kalsel di Gambut Kabupaten Banjar Mulai Surut, Perajin Tapai In Kembali Berproduksi |
![]() |
---|