Sejarah Kue Tradisional Banjar
Sejarah Kue Tradisional Banjar, Konon Dibikin untuk Kepentingan Upacara, Sesajen untuk Makhluk Gaib
Sejarah Kue Tradisional Banjar, Konon Dibikin untuk Kepentingan Upacara, Sesajen untuk Makhluk Gaib
Penulis: Syaiful Anwar | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Wadai (kue) Banjar tidak sekedar penganan atau makan cemilan buat di pagi atau sore hari.
Berdasarkan sejarahnya, wadai itu dibikin buat kepentingan upacara.
Wadai dijadikan sesajen untuk makhluk gaib dengan harapan agar tidak mengganggu kehidupan manusia dan alam.
Tentu kepercayaan ini terjadi ketika masyarakat Banjar masih menganut animisme.
Beberapa ciri kuatnya kepercayaan itu masih tampak pada unsur dan fisik wadai Banjar sampai saat ini.
• Sosok Pacar Tiara Idol Sebenarnya Disinggung Brisia Jodie, Bukan Dul Jaelani atau Azriel Hermansyah!
• Bukan untuk Hubungan Badan, Kondom Sekarang Ludes Setelah Masker yang Langka, Cegah Virus Corona?
• Pesan Lina Diungkit Putri Delina, Sule Beri Respons Begini di Postingan Adik Rizky Febian Itu
Bahan wadai Banjar pada umumnya terbuat dari santan, gula merah, telur, dan ketan.
Bahan ini konon sangat disukai makhluk gaib.
Wadai Banjar juga kebanyakan berwarna merah, putih, hijau, dan kuning.
Warna-warna yang punya arti khusus dalam tradisi budaya Banjar.
Hal ini bisa kita lihat dari 41 macam wadai Banjar yang dikenal selama ini.
Syamsiar Seman (1936-2013) dalam bukunya “Wadai Banjar 41 Macam: Wadai Tradisional Ulahan Urang Banua” (2009) menyebutkan ke-41 macam wadai itu, yaitu: Apam Habang, Apam Putih, Bubur Habang, Bubur Putih, Bubur Baayak, Babungku, Babalungan Hayam, Bingka, Cingkaruk Habang,, Cingkaruk Putih, Cincin, Cucur Habang, Cucur Putih, Cucur Kuning, Dodol Habang, Dodol Putih, Gagatas Habang, Gagatas Putih, Hintalu Karuang, Kakicak Habang, Kakicak Putih, Kakicak Gumbili, Kakulih Habang, Kakulih Putih, Kalalapun, Lakatan Putih Bahinti, Lakatan Kuning Bahintalu, Lamang, Lupis, Pupudak Baras, Pupudak Sagu, Papari, Putu Mayang, Roti Baras Habang, Roti Baras Putih, Roti Sagu, Surabi, Tapai Baras, Tapai Gumbili, Ular-Ular Dan Wajik.
Sementara itu Budayawan Kalsel, Mukhlis Maman mengungkapkan, angka 41 dalam penamaan itu memiliki beragam versi penjelasan.
”Ada yang memahami angka 41 itu sakral, sama sakralnya dengan hari ke-41 dalam tradisi keseharian urang Banjar. Ada pula yang menafsir jumlah wadai yang lazim dihadirkan dalam beragam perayaan urang Banjar memang punya 41 jenis,” paparnya.
Apa pun tafsir angka 41 dalam penamaan itu, wadai hadir dalam keseharian urang Banjar.
(Banjarmasin post.co.id/Syaiful Anwar)
