Kisah Inspiratif

Zuriah Kerajaan Banjar Konsentrasi Cari Makam Demang Lehman

Beberapa zuriah pembesar Kerajaan Banjar bermufakat untuk melacak keberadaan makam pendahulu mereka.

Editor: Eka Dinayanti
banjarmasinpost.co.id/roy
Komunitas Peduli Makam Al Khairat. 

Editor: Eka Dinayanti

BANJARMASINPOST.CO.ID - Dari sekian banyak kerajaan di Nusantara, Kesultanan Banjar merupakan salah satunya.

Terakhir Kerajaan Banjar dipimpin oleh Sultan Hidayatullah bin Sultan Abdurrahman (1857-1904).

Cukup banyak pembesar kerajaan ini yang gugur dalam perang dan tertipu muslihat Belanda.

Sebagian di antaranya dicatat dengan tinta emas sebagai pahlawan nasional.

Sebagian lagi hilang hingga tak ditemukan pusaranya.

Itu setelah penjajah Belanda mengasingkan mereka.

Pengasingan tak cuma di Pulau Jawa, tapi juga di sejumlah pulau lainnya.

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Segera Normal Kembali, Ini Penjelasan Sheikh Abdul Rahman Al-Sudais

Jenazah Guru Zuhdi Diterbangkan ke Banjarmasin Hari Ini, Tamliha: Mari Bersama Doakan Beliau

Bintang Turaya Muncul, Benarkah Pertanda Corona akan Berakhir? Ini Penjelasan Astronom

Bahkan, konon ada yang diasingkan hingga ke luar negeri.

Beberapa zuriah pembesar Kerajaan Banjar bermufakat untuk melacak keberadaan makam pendahulu mereka.

Guna memudahkan misi tersebut pada 3 Mei 2011 mereka membentuk komunitas yang diberi nama Peduli Makam Al Khairat.

Pendiri komunitas ini, Abdul Kadir Bukhari, mengembuskan napas terakhirnya beberapa hari lalu pada usia 83 tahun.

Kini komunitas dipimpin oleh Uhibbul Huda.

Pegawai Pemkab Banjar ini, dari pihak kakek, juriat Pangeran Abdul Kadir.

“Kalau dari pihak nenek, saya juriat dari Tumenggung Gamar, panglima perang Pangeran Hidayatullah bin Sultan Muda Abdurrahman,” papar Uhiibul, kemarin.

Pangeran Abdul Kadir yang bergelar Kiai Raksa Negara merupakan salah satu pengawal Sultan Hidayatullah bin Sultan Muda Abdurrahman.

Pada zaman dahulu pengawal sultan merupakan jabatan tinggi, membawahi panglima.

Tak mudah melacak keberadaan makam para pembesar Kerajaan Banjar.

Pasalnya, juriatnya pun umumnya tak mengetahui, bahkan tentang silsilah dari generasi ke generasi.

Hingga kini tercatat ada 31 makam pembesar Kerajaan Banjar yang telah ditemukan.

Penemuan terkini yakni makam Ratu Jaipah di Desa Pematangdanau, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar.

Penemunya yakni Rusmansyah dari zuriah dari Pangeran Nata Alam. Ratu Jaipah (istri Raden Ahmad) anak dari Syarif Muhammad Syarifuddin Jaffar atau Raden Jamal.

Ratu Jaipah wafat 7 Muharram 1827 Masehi.

Makam ditemukan 4 Januari 2020 dan langsung dibikinkan kubah oleh juriatnya menggunakan dana swadaya murni keluarga.

Kemudian makam Datu Komporjaya atau Syech Umar di lokasi yang sama (bersebelahan).

Lalu, makam Pangeran Nata Alam di Kaliukan di Kecamatan Astambul yang ditemukan pada Februari 2020 lalu.

Komunitas Peduli Makam Al Khaiat yang bersekretariat di kediaman Uhibbul Huda di Jalan Janaka, Banjarbaru, tak cuma melacak pembesar Kerajaan Banjar.

“Kami bersifat terbuka. Siapa pun yang minta bantuan kami respons,” sebut Uhibbul.

Contohnya beberapa pekan lalu ada pihak juriat Kesultanan Pangeran Syarif Alwi Al Qadrie dari Pontianak, Kalimantan Barat, yang minta bantuan melacak makam karena dikabarkan berada di wilayah Kabupaten Banjar.

Pangeran Syarif Alwi Al Qadrie adalah putra dari Sultan Syarif Abdurrahman Al Qadrie dan Ratu Sekar Sari binti Sulthan Tahmidillah.

“Riwayat hidup beliau ke Banjar bersama sang ibu,” papar Uhibbul.

Makam Pangeran Syarif dan Ratu Sekar Sari ditemukan Komunitas Peduli Makam Al Khairat pada 18 April 2020, Sabtu siang pekan lalu, di kawasan Jalan Pangeran Hidayatullah, Martapura.

Keberadaan kedua makam ibu-anak itu teletak dalam satu lokasi puluhan makam tua lainnya yang belum teridentifikasi.

Tuanya usia makam-makam di kawasan itu terlihat dari bentuk dan kondisi kayu nisannya.

Secara umum ada dua jenis yakni kayu nisan berbentuk membulat dan pipih.

Ada ukiran indah di beberapa kayu nisan tersebut.

“Besar kecilnya serta bentuk ukiran, itu semacam penanda jabatan kerajaan. Kalau yang bentuknya membulat itu makam laki-laki, sedangkan yang pipih makam perempuan,” beber Uhibbul.

Makam pembesar Kerajaan Banjar yang lebih dulu ditemukan di lokasi tersebut yakni makam Pangeran Husin Mangkubumi Nata, Pangeran Sungging Anom, Pangeran Hamim, dan Pangeran Muhammad.

Beberapa tahun silam, Komunitas Peduli Makam Al Khairat juga telah menemukan Pangeran Singosari di Desa Bahungin, Kelua, Tanjung (Tabalong).

Ini adalah datu dari Sultan Khairul Saleh (mantan Bupati Banjar periode 2010-2015).

Makam pembesar Kerajaan Banjar lainya juga ada yang ditemukan di luar daerah. Di antaranya makam Pangean Tamjidillah 2 di Kota Bogor, Jawa Barat.

Berikutnya pihaknya akan melacak makam Demang Lehman di Martapura dan Temenggung Antaluddin di Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Demang Lehman adalah penglima perang Kesultanan Banjar, sedangkan Antaluddin adalah punggawa Kesultanan Banjar.

“Hal ini hendaknya menjadi perhatian pemerintah daerah untuk menginvetarisasi situs-situs ini. Pasalnya, keberadaan makam-makam pembesar Kesultanan Banjar tentu akan melengkapi sejarah dan itu menopang sektor wisata,” ucap Uhibbul.

Pihaknya berharap para wakil rakyat membantu membikin aturan berupa peraturan daerah atau lainnya yang dapat melindungi keberadaan makam-makam pembesar/kerabat Kesultanan Banjar.

Ini penting agar makam-makam tersebut tak hilang. (edisi cetak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved