Wabah Virus Corona
Temuan Jamu Antivirus Corona Buat WHO Ketar-ketir, Sembuhkan Covid-19 Dalam 10 Hari
Temuan Jamu Antivirus Corona Buat WHO Ketar-ketir, Sembuhkan Covid-19 Dalam 10 Hari
Editor: Rendy Nicko
BANJARMASINPOST.CO.ID - Mendadak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khiawatir dengan temuan jamu antivirus corona atau Covid-19 dari Madagaskar yang dikirim ke Tanzania.
Kekhawatiran WHO itu lantaran jamu Antivirus Corona tersebut diklaim dapat mengobati Covid-19 dalam 10 hari.
Diketahui minuman Jamu Antivirus Corona tersebut dinamai Covid Organics, diproduksi dari artemisia, sebuah tanaman yang berkhasiat dan terbukti dalam pengobatan Malaria serta campuran ramuan herbal lainnya.
• Promo Paket Internet Gratis Telkomsel 30 GB Masih Ada, Cara Aktivasi Kuota Gratis 2 GB
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina mengklaim bahwa minuman tersebut telah berhasil menyembuhkan dua orang pasien Covid-19 dalam waktu 10 hari.
Usai mengirimnya ke Tanzania, Rajoelina berharap dapat mendistribusikan Covid Organics ke seluruh Afrika Barat dan sekitarnya.
Meski begitu, tetap saja temuan Covid Organics itu membuat WHO khawatir.
Pasalnya sampai saat ini, tidak ada studi ilmiah yang dipublikasikan tentang jamu antivirus corona yang menunjukan manfaat dan efek sampinnya.
"Kami memperingatkan dan menyarankan negara-negara agar tidak mengonsumsi produk yang belum diuji untuk melihat kemanjurannya," kata Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti dalam jumpa pers pada Kamis (7/5/2020).

Moeti mengatakan pada 2000, para pemerintah Afrika telah berkomitmen untuk mengharuskan "terapi tradisional" melalui uji klinis, sama dengan uji pengobatan lainnya.
"Saya memahami kebutuhannya, dorongan menemukan sesuatu yang dapat membantu," kata Moeti.
"Tapi kami sangat ingin mendorong proses ilmiah ini di mana para pemerintah sendiri yang membuat komitmen."
Diketahui untuk menguji kefektifan suatu obat tak bisa langsung begitu saja dilakukan kepada pasien manusia.
Suatu produk dapat dikatakan menjadi obat jika telah melewati beberapa tahapan dimulai dari mengindentifikasi zat aktif yang terkandung, menemukan cara kerjanya, melakukan uji praklinis sampai uji klinis.
Menurut Mayo Clinic, untuk menilai efektivitas dan keamanan produk, perlu dilakukan uji praklinis, yaitu uji coba pad ahewan dan uji klinis.
Tahap akhir yang dilakukan kepada pasien manusia.