Wabah Virus Corona

FAKTA Video Plandemic Judy Mikovits Soal Virus Corona yang Buat Geger Ahli Terkait Covid-19

FAKTA Video Plandemic Judy Mikovits Soal Virus Corona yang Buat Geger Ahli Terkait Covid-19

Editor: Rendy Nicko
Stocktrek Images/Getty Images
Berikut fakta Video Plandemic Judy Mikovits Soal Virus Corona yang Buat Geger Ahli Terkait Covid-19 

Editor : Rendy Nicko
BANJARMASINPOST.CO.ID - Pekan lalu, video dokumenter berjudul "Plandemic" viral di media sosial, Facebook dan Twitter, sebelum akhirnya diblokir. Video itu menyebarkan teori konspirasi dan informasi yang salah mengenai Virus Corona baru penyebab Covid-19.

Video Plandemic dengan durasi sekitar 25 menit tersebut menampilkan sebuah wawancara dengan seorang ahli biokimia, Judy Mikovits, seputar virus corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.

Sebelum berbicara mengenai Virus Corona atau Covid-19, Judy Mikovits diketahui pernah menerbitkan penulisan makalah pada tahun 2009 tentang penyebab sindrom kelelahan kronis, yang pada akhirnya ditarik dari jurnal Science karena kredibilitas hasil penelitiannya diragukan.

Youtube Down Jadi Trending Topic di Twitter, Prediksi Penyebabnya Diungkap Sosok Ini

Cara Aktivasi Kuota Gratis Telkomsel, Indosat, XL - Axis 30 GB, Promo Internet Murah 45 GB Ada

Kumpulan Ucapan Selamat Idul Fitri 1441 H Lengkap Kata Mutiara Bahasa Indonesia, Inggris dan Jawa

Jadwal Imsakiyah 16 Mei 2020 dan Azan Subuh Hari Ini Ramadhan 1441 H di Jakarta dan Banjarmasin

Ada beberapa klaim yang salah dan tidak terbukti dalam video "Plandemic", di antaranya masker dapat mengaktifkan virus, serta pantai memiliki kekuatan penyembuhan dan menjadi vaksin untuk melawan Covid-19.

Dalam wawancara tersebut, Mikovits juga menyerang sejumlah tokoh diantaranya Kepala Gugus Tugas Covid-19 Amerika Serikat sekaligus Ketua Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular AS (NIAID) Dr. Anthony Fauci, yang disebutnya berperan dalam menekan pekerjaan dan karirnya.

Terlepas dari upaya mendiskreditkan Fauci, Mikovits membuat sejumlah pernyataan yang secara langsung dapat meningkatkan risiko orang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19, SARS-CoV-2.

Berikut sejumlah fakta terkait klaim yang dsaimpaikan Mikovits dalam video "Plandemic", seperti dilansir dari Live Science (Jumat (15/5/2020):

1. Klaim: Masker mengaktifkan virus

Dalam video, Mikovits menyatakan, "Memakai masker benar-benar mengaktifkan virus Anda sendiri. Anda menjadi sakit karena ekspresi virus Corona yang Anda aktifkan kembali. Dan jika itu SARS-CoV-2, maka Anda mendapat masalah besar."

Fakta:  "Klaim itu tidak masuk akal", kata Marsha Wills-Karp, ketua kesehatan lingkungan dan teknik di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

Menurut Wills-Karp, Mikovits tidak tahu apa pun tentang kekebalan. Selain itu, penggunaan masker tak ada kaitannnya dengan menghidupkan virus.

Jika sebuah virus berbahaya sudah ada dan menempel di hidung, maka menggunakan masker atau tidak tetap tidak ada pengaruhnya. Virus yang sudah terlanjur terhirup hanya bisa dilawan dengan kekebalan tubuh.

Bila sistem imun kuat, maka virus itu bisa jadi tidak berbahaya. Sebaliknya jika imun lemah, mau menggunakan masker atau tidak tentunya virus yang terhirup itu akan tetap berbahaya.

Ilustrasi virus corona yang merebak di Indonesia.
Ilustrasi virus corona yang merebak di Indonesia. (SHUTTERSTOCK)

2. Klaim: Italia sangat terpukul virus corona karena vaksin flu mereka ditumbuhkan dalam sel-sel anjing.

"Italia memiliki populasi dengan banyak yang berusia sangat tua. Mereka sangat rentan dengan gangguan peradangan. Pada awal 2019, Italia mendapatkan bentuk baru vaksin influenza yang belum diuji, yang terdiri dari empat jenis influenza berbeda, termasuk diantaranya H1N1 yang memiliki sifat patogen tinggi. Vaksin itu ditumbuhkan dalam garis sel, garis sel anjing. Anjing memiliki banyak virus corona, "

Fakta: Virus corona tidak ada hubungannya dengan vaksin influenza.

Memang benar bahwa beberapa tahun lalu, Italia menemukan vaksin flu yang terdiri dari empat jenis flu yang berbeda, dan vaksin ditumbhkan di sel-sel anjing. Namun, itu semua tidak ada kaitannya dengan virus corona di Italia.

Berikut Cara Turun Kelas Fasilitas Kesehatan Saat Ramai Kenaikan Iuran BPJS

Terlebih, kata Bertram Jacobs, seorang profesor virologi di Arizona State University, sudah ada analisis genetik yang jelas menunjukkan bahwa jenis virus corona di Italia sama dengan yang berasal dari China. Virus corona di Italia juga telah terbukti berhubungan erat dengan virus corona yang ada pada kelelawar.

Menurut dia, klaim Mikovitz mencerminkan gerakan anti-vaksin. Selama pandemi AIDS, pernah ada kosnpirasi yang muncul bahwa HIV berasal dari vaksinasi polio yang terkontaminasi di Afrika.

"Itu komentar tidak masuk akal. Saya yakin, itu bagian cerita yang dibuat dari gerakan anti-vaksin," katanya.

3. Klaim: Vaksin tidak berfungsi dan malah akan membunuh orang

Mikovits mengatakan kepada pewawancara, "Tidak ada vaksin saat ini yang berhasil sesuai jadwal untuk virus RNA."

Meskipun mengklaim tidak anti-vaksin, Mikovits sekali lagi mendorong tindakan anti-vaksin dengan mengatakan bahwa vaksin virus corona baru akan "membunuh jutaan orang."

Fakta: Itu klaim konyol, kata Benjamin tenOever, seorang ahli mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Mount Sinai Icahn School of Medicine.

Menurut dia, beberapa kisah sukses besar terkait vaksinasi justru vaksin terhadap virus RNA, termasuk polio, campak, dan demam kuning.

Untuk diketahui, virus RNA merupakan virus yang materi genetiknya RNA, asam nukleat.

Jacobs berkata bahwa vaksin demam kuning terus dipelajari hingga sekarang karena itu adalah vaksin yang sangat baik. Satu suntikan vaksin demam kuning saja memberi perlindungan seumur hidup.

Youtube Down Jadi Trending Topic di Twitter, Prediksi Penyebabnya Diungkap Sosok Ini

Demikian juga terkait klaim bahwa vaksin telah membunuh jutaan orang. Hal itu tidak ada dasarnya dan tidak terbukti. Sejak digunakan di dunia Barat sekitar 200 tahun yang lalu, vaksin telah menyelamatkan jutaan nyawa.

Lagipula, para ahli akan memastikan bahwa keamanan vaksin corona tetap dijaga meski waktu pembuatannya lebih singkat. Caranya dengan melakukan pengujian bertahap dari hewan hingga manusia sesuai standar.

Vaksin baru juga dapat dikembangkan dari vaksin lama yang telah terjamin keamanannya, sehingga proses penelitian menjadi lebih cepat. Salah satu jenis vaksin yang melewati proses ini adalah vaksin buatan tim Universitas Oxford yang telah memulai uji coba pada manusia karena didasarkan pada struktur vaksin untuk sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).

Ilustrasi laboratorium virus corona
Ilustrasi laboratorium virus corona (SHUTTERSTOCK)

4. Klaim: Mikroba yang ada pantai menyembuhkan Covid-19

"Mengapa kamu menutup pantai? Kamu punya "sekuens" di tanah, di pasir. Kamu punya mikroba penyembuhan di lautan di air asin," kata Mikovits.

Fakta: Wills-Karp mengaku tidak paham apa yang sebenarnya dimaksud oleh Mikovits dalam klaim ini.

Dia menduga bahwa Mikovits mungkin sedang mencoba menghubungkan teori konspirasinya dengan ilmu sains yang sah, seperti hipotesis higienis yang menyebutkan bahwa paparan bakteri baik membantu melatih sistem kekebalan tubuh untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap ancaman, serta mencegah gangguan autoimun dan alergi.

Menurut Wills-Karp, memang ada mikroba baik yang menyehatkan bagi manusia, bahkan dapat mendukung sistem kekebalan tubuh melawan virus. Akan tetapi, itu tidak ditemukan pada pasir ataupun ombak laut.

Wills-Karp mengatakan, untuk tetap sehat selama melakukan karantina, seseorang perlu mengurangi konsumsi gula dan alkohol, serta banyak makan sayuran segar.

"Itu adalah cara untuk memelihara mikroba baik di dalam usus. Aku tidak berpikir ada yang akan mengklaim bahwa berenang di laut akan membantumu melakukan itu (meningkatkan mikroba baik)," katanya.

Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul Cek Fakta, Klaim Video Plandemic Judy Mikovitz tentang Virus Corona Covid-19

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved