Spirit Ramadan
Pengalaman Pernah Lebaran di Makkah
Saya juga ikut tradisi begarakan sahur bersama teman-teman di kampung dengan menggunakan peralatan dapur seadanya pada pukul 03.00-04.00 Wita.
Editor: Royan Naimi
BANJARMASINPOST.CO.ID - Suasana Ramadan sekarang jauh berbeda dibandingkan zaman saya tahun 1970-an. Banyak kenangan indah yang tak terlupakan.
Saya bersama teman-teman seusia, selama bulan puasa lebih banyak berkutat di masjid di Balangan.
Tak hanya melaksanakan salat lima waktu, tarawih dan mendengarkan kuliah subuh, juga tadarus Al-qur'an bersama teman-teman di masjid.
Saya juga ikut tradisi begarakan sahur bersama teman-teman di kampung dengan menggunakan peralatan dapur seadanya pada pukul 03.00-04.00 Wita.
• Simak Cara Membayar Fidyah Utang Puasa Ramadhan 1441 H, Niatnya dalam Bahasa Arab dan Indonesia
Kebiasaan tadarus Al-qur'an sejak anak-anak tersebut terus dilestarikan hingga sekarang. Di tengah kesibukan pekerjaan, saya menyempatkan diri mengaji hingga bulan Ramadan ini.
Saya juga pernah ada niat melaksanakan puasa, tarawih dan lebaran di tanah suci Makkah. Alhamdulillah, keinginan itu dikabulkan Allah SWT. Pada 2018 saya berpuasa selama satu minggu dan berlebaran di Makkah.
Suasana puasa dan lebaran di Makkah jauh berbeda. Tarawihnya cukup lama, hingga tengah malam.
Salatnya pun menyentuh ke relung hati lebih dalam. Perbedaan lainnya, usai melaksanakan salat Idulfitri atau Ied, Kota Makkah terasa sepi.
Lainnya halnya di Banua kita. Usai salat Ied, masyarakat melakukan silaturrahmi ke jiran tetangga dan keluarga sekaligus meminta maaf.
Namun, Ramadan tahun ini, dengan mewabahnya virus Corona, kita tidak bisa melaksanakan tarawih, tadarusan Al-qur'an, buka puasa bersama dan kuliah subuh di masjid.