Lifestyle
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Tentang Baby Smoker di Indonesia, Ini Fakta dan Penjelasannya
Mengambil tema Don’t let tobacco take your breath away di Hari Tanpa Tembakau Sedunia, FIM Banjarmasin live via instagram @fimbanjarmasin bahas rokok
Penulis: Salmah | Editor: Syaiful Akhyar
Editor: Syaiful Akhyar
BANJARMASINPOST.CO.ID- Mengambil tema Don’t let tobacco take your breath away di hari Tanpa Tembakau Sedunia, FIM Banjarmasin live via instagram @fimbanjarmasin bahas rokok dan segala dampaknya.
Sebagai pembicara Alfian Nur Ns, Perawat Kesehatan Komunitas Staf Departemen Keperawatan Kesehatan Komunitas PS Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran ULM.
Bertindak sebagai moderator, Sri Annisa yang juga bagian dari Duta Generasi Berencana (GenRe) Kalimantan Selatan.
Menurut laporan Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA), Asean Region menunjukkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbanyak di Asean, jumlah remaja perokok di Indonesia juga terus bertambah setiap tahunnya.
Dalam pembahasan, disayangkan banyaknya perokok anak yang dinilai akan menjadi bencana dalam bonus demografi.
• Korban Terakhir Longsor Tambang Emas di Kabupaten Kotabaru Ditemukan
• Lebih Dua Ribu Orang Mendaftar Masuk Uniska Banjarmasin, Tes Online atau Manual Tunggu Keputusan
• Liga 1 2020 Dimulai September 2020 jadi Usulan di Rapat PSSI, Manajer Arema FC Bilang Ini
• Oknum ASN di Basarnas Terjerat Narkoba, Polisi: Tersangka Mengaku Kecanduan
Apalagi generasi muda Indonesia dalam proses menuju Indonesia emas, dengan dampak negatif rokok kita semua khawatir tidak bisa memaksimalkan bonus demografi sebagai peluang dan malah menjadi boomerang.
Pria yang pernah menerima NKCU Distinguished Internatonal Student Scholarship ini juga menekankan pada bahasan tentang Indonesia yang dijuluki Baby Smoker.
Setidaknya ada terdapat 239 ribu anak Indonesia yang berusia di bawah 10 tahun sudah menjadi perokok aktif.
Baby smokers adalah target bisnis rokok di Indonesia atau dunia, yang berusaha menggait para perokok baru agar bisa menjadi target perokok selanjutnya dan ternyata anak-anak juga akhirnya masuk dalam jerat tadi.
Anak-anak utamanya remaja dalam fase pembelajaran dengan rasa ingin tahu yang tinggi, mereka ingin mengenal rokok itu sendiri dan mereka tidak mendapatkan edukasi yang maksimal oleh pemerintah, baik itu melalui dinas kesehatan, kementrerian kesehatan maupun program lainnya atau melalui kurikulum di sekolah.
Alhasil mereka mendapatkan dampak negatif yaitu tidak terfasilitasi edukasi tentang rokok tadi. Hingga akhirnya seseorang menjadi perokok coba-coba dan terjerumus menjadi baby smokers.
Ini sangat disayangkan, pemerintah harus tegas dengan berupaya menyusun kurikulum yang terstruktur dan berkesinambungan, mulai dari pendidikan dini sampai pendidikan tinggi untuk terus menerus mengedukasi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan untuk mengenal tanda bahaya dari rokok, sehingga mereka tidak terjerumus dalam langkah yang lebih jauh lagi.
"Jangan sampai orang terdekat kita menjadi korban dari bahaya rokok. Kita bisa juga menggalakan upaya promosi kesehatan dengan cara menyebarluaskan info terkait bahaya rokok," jelasnya.
"Semua orang sebenarnya bisa berhenti merokok, asal ada keinginan dan upaya yang serius," tekan Alfian.
Sementara itu, Sri Annisa berharap ada lebih banyak orang lagi yang terlibat dalam menggaungkan perubahan ke arah yang lebih positif, mereka yang terus menebarkan nilai-nilai kebaikan untuk sesama dan untuk Indonesia yang lebih baik kedepannya.
(banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)