Selebrita

Naskah Teks Proklamasi yang Dibaca Tiap Hari Kemerdekaan Indonesia, Cek Sejarah Sambut HUT ke-75 RI

Setiap upacara bendera dalam HUT Kemerdekaan Indonesia, Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI selalu dibacakan, termasuk 17 Agustus 2020.

Penulis: Kristin Juli Saputri | Editor: Murhan
Kemdikbud
Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945. 

Tanggal 15 Agustus 1945, terjadi desakan serta ancaman oleh kalangan pemuda dan mahasiswa agar proklamasi segera dilakukan tanpa campur tangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Seorang tokoh pemuda, yaitu Wikana sempat mengancam Soekarno akan ada pertumpahan darah apabila proklamasi tidak segera dilaksanakan.

Kendati dipaksa, Soekarno tetap teguh dengan pendiriannya untuk melaporkan proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI.

Soekarno, Hatta, dan Subardjo sempat melakukan konfirmasi berita kekalahan Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945 ke Laksamana Maeda.

Namun karena Maeda belum percaya sepenuhnya maka pada tanggal 16 Agustus 1945 di tempat lain para pemuda telah menghasilkan suatu keputusan untuk dilaksanakan.

*Peristiwa sebelum pembacaan Proklamasi oleh Ir Soekarno menjadi bagian dari Sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda dan kalangan mahasiswa ini kemudian membuat keputusan di dalam rapat dini hari untuk mengambil Soekarno dan Hatta dan membawanya ke luar Jakarta.

Pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, Soekarno dan Hatta diambil dari rumahnya masing-masing untuk dibawa ke Rengasdengklok.

Di tempat lain, pada tanggal 16 Agustus 1945 di asrama Pembela Tanah Air (PETA) juga turut diselenggarakan upacara penurunan bendera Hinomaru dan diganti dengan bendera Merah Putih.

Kemudian, pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 di Kawedanan Rengasdengklok, berdasarkan kesaksian Soejono Hadipranoto selaku Camat Rengasdengklok (1945-1947), di daerah tersebut juga dilakukan kegiatan penurunan bendera Hinomaru dan diganti dengan bendera merah putih.

Kegiatan penurunan dan penggantian bendera yang terjadi di Rengasdengklok ini disebut sebagai kegiatan 'Pra-Proklamasi'.

*Soekarno Hatta Dibawa ke Rengasdengklok

Pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, golongan muda bersepakat untuk membawa Soekarno-Hatta ke luar kota dengan tetap melanjutkan tuntutannya agar proklamasi segera dilaksanakan.
Dengan kendaraan berlapis baja, turut ikut serta Fatmawati Soekarnoputeri dan anak Soekarno, Guntur.

Pengambilan Soekarno dan Hatta dipimpin oleh seorang Sodanco bernama Singgih.

Rengasdengklok adalah kota kecil yang terletak di kilometer 15 arah utara Kota Kedunggede, Karawang, yang berada di Jalan Raya Jakarta-Cirebon.

Soekarno dan Hatta ditempatkan di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa.

Dipilihnya rumah Djiaw karena tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok.

Sepanjang pagi di tanggal 16 Agustus 1945, Soekano dan Hatta menghadapi tuntutan dan keinginan para pemuda dan mahasiswa.

Para pemuda dan mahasiswa ini mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Sebelumnya, Soekarno sempat ragu terkait berita kekalahan Jepang dan teguh untuk membicarakannya terlebih dahulu dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia (PPKI) pada tanggal 16 Agustus 1945.

Namun demikian, berdasarkan kesaksian Singgih, diterangkan saat berdua dengan Soekarno, bahwa proklamasi kemerdekaan (kata Soekarno) akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945.

*Achmad Subarjo Jemput Soekarno Hatta

Ketika Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok, Achmad Subardjo yang mewakili kalangan tua bersama dengan Wikana yang mewakili kalangan muda sedang berada di Jakarta.

Mereka berdua terlibat perundingan dan telah sepakat agar proklamasi diselenggarakan di Jakarta.

Kedua orang ini kemudian berangkat ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

Sesampainya di Rengasdengklok, Achmad Subardjo mengutarakan maksudnya untuk mengambil kembali Soekarno-Hatta untuk dibawa ke Jakarta.

Para pemimpin Pembela Tanah Air (PETA) keberatan dengan maksud Achmad Soebardjo untuk menjemput Soekarno dan Hatta.

Namun, Soebardjo kemudian memberi kepastian kepada para pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam kesatuan militer ini bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan diselenggarakan besok (pada 17 Agustus 1945) paling lambat pukul 12.00 WIB.

Berkat pernyataan Soebardjo, para pemuda dan mahasiswa itupun kemudian melepas Soekarno dan Hatta.

*Persiapan Persenjataan

Setelah melepaskan Soekarno dan Hatta, para pemuda dan mahasiswa ini kemudian melakukan persiapan persenjataan guna membantu pelaksanaan proklamasi sesuai janji Subardjo.

Chaerul Saleh dipilih menjadi koordinator kelompok mahasiswa yang kembali menyusun rencana ulang pasca rapat bersama pemuda lainnya di Jalan Prapatan 10 pada tanggal 14 Agustus 1945.

Chaerul Saleh berunding dengan Latief Hendraningrat yang sedang bertugas sementara sebagai Daidanco menggantikan Kasman Singodimedjo yang saat itu pergi ke Bandung.

Kedatangan Rombongan di Jakarta

Pukul 21.00 WIB tanggal 16 Agustus 1945, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta.

Mereka langsung menuju ke rumah Mohammad Hatta.

Semua anggota PPKI sebagian besar sudah datang di Jakarta karena semula Soekarno berencana mengadakan rapat PPKI pada 16 Agustus 1945.

Anggota PPKI ini kemudian ditelepon untuk rapat pada pukul 00.00 WIB dinihari di Hotel Des Indes.

Namun demikian, pihak hotel menolak.

Subardjo kemudian mengusulkan agar rapat PPKI diadakan di rumah Laksamana Maeda.

*Penyusunan Proklamasi di Rumah Maeda

Pada saat itu, waktu telah memasuki tanggal 17 Agustus 1945 dini hari yang bertepatan pada bulan Ramadan.

Di rumah Laksamana Maeda, kelompok ini kemudian merumuskan naskah proklamasi.

Maeda yang saat itu berada di rumah memilih untuk tidur di lantai dua rumahnya.

Pada dini hari ini, Soekarno menuliskan konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan RI di atas secarik kertas dengan dibantu oleh Mohammad Hatta dan Achmad Subardjo.

Kalimat pertama adalah “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” yang berasal dari usulan Subardjo.

Kalimat terakhir “pemindahan kekuasaan” berasal dari Mohammad Hatta.

Naskah proklamasi disusun di ruang tengah, kemudian setelah selesai dibawa keluar.

Di luar ruangan terdapat sejumlah tokoh baik dari kalangan muda maupun kalangan tua yang sedang menunggu.

Dalam proses penandatangan naskah proklamasi sempat ada bahasan yang cukup lama karena ada usulan agar yang menandatangani naskah proklamasi adalah semua anggota yang hadir malam itu.

Hal itu disebabkan karena mengacu pada penandatanganan deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat.

Sukarni, seorang tokoh muda mengusulkan dua nama saja yaitu Soekarno dan Hatta.

Alasan Sukarni adalah karena Soekarno dan Hatta adalah sudah merupakan tokoh Indonesia dan dikenal sebagai pemimpin bangsa.

Pada saat itu, waktu sudah dini hari, para anggota sepakat atas naskah dan tanda tangan yang dibubuhkan.

Selanjutnya, dipanggilah Sayuti Melik, suami dari S.K. Trimurti yang diminta untuk mengetik hasil tulisan tangan Soekarno.

Mesin ketik tidak ada saat itu di dekat pertemuan tokoh-tokoh tersebut.

Kemudian pembantu rumah Maeda bernama Ny. Satsuki Mishima yang ada di situ dan merupakan satu-satunya perempuan saat itu diminta untuk meminjam mesin tik di kantor Militer Jepang.

Ny. Satsuki Mishima juga turut membuatkan nasi goreng kepada Soekarno, Hatta dan Soebardjo yang saat itu akan melaksanakan sahur (karena saat itu bulan puasa).

Mesin ketik pun datang, Sayuti Melik langsung melakukan tugasnya.

Terdapat tiga perubahan yang dalam naskah yang telah dibuat.

Kata pertama adalah 'tempoh' menjadi 'tempo'.

Kata kedua adalah 'wakil-wakil bangsa Indonesia' diganti menjadi 'atas nama bangsa Indonesia'.

Kata ketiga adalah cara penulisan tanggal yang semula 'Djakarta, 17-8-05' menjadi 'Djakarta, hari 17, boelan 8, tahoen 05'.

Setelah perubahan itu, naskah proklamasi kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.

Angka '05' dalam teks proklamasi adalah singkatan angka tahun 2605 yaitu tarikh Sumera yang sama dengan 1945 Masehi (merujuk Prof. Nugroho Notosusanto).

Sumber Literatur :

St. Sularto & D. Rini Yunarti, "Konflik Di Balik Proklamasi: BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan", (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010)

Banjarmasinpost.co.id/Kristin Juli Saputri/Editor : Murhan

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved