Selebrita

Dewi Lestari Bagikan Tips Hadapi Writer's Block

Penulis buku Dewi Lestari alias Dee Lestari, menilai istilah writer's block jargon terlalu cepat digunakan oleh para penulis ketika alami kesulitan.

Gramedia.com
Dewi lestari atau dee lestari. Dewi Lestari Bagikan Tips Hadapi Writer's Block 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Menjadi seorang penulis ternyata perlu strategi. Hal itulah yang ingin dibagikan penulis novel yang sarat pengalaman, Dewi Lestari.

Mantan anggota Trio Rida Sita Dewi itu mengerti betul banyak penulis yang menemui kondisi kebuntuan saat membuat karya.

Namun, menurut Dewi Lestari yang nama penanya Dee Lestari itu, istilah writer's block jargon terlalu cepat digunakan oleh para penulis ketika mengalami kesulitan.

Giring Ganesha Maju Pilpres 2024, Cynthia Riza Sudah Bayangkan Dijaga Paspampres

Ucapan Syukur Adhisty Zara Usai Aktif Lagi di Media Sosial

"Padahal kalau kita lihat lebih dalam lagi, saya merasa kesulitan penulis itu biasanya berasal dari dua hal, jenuh dan kesulitan teknis," kata Dewi Lestari dalam konferensi pers virtual kompetisi Kwikku.com, sabtu (29/8/2020).

Kata Dewi Lestari, dua faktor ini kadang-kadang suka tercampur aduk dan penulis menyebutnya sebagai writer's block.

"Sehingga ada semacam sakralitas kalau ada writer's block, 'Oh saya harus berhenti, berarti saya enggak bisa nerusin, berarti karya ini enggak bagus', dan sebagainya," tutur Dewi Lestari.

Dewi lestari atau dee lestari
Dewi lestari atau dee lestari (Gramedia.com)

Dee, panggilan akrab Dewi Lestari berpendapat, jika ditelusuri lebih dalam, biasanya yang membuat penulis mentok pada perkembangan karya adalah karena jenuh.

"Kalau jenuh, kuncinya break dulu lah istirahat sebentar enggak melakukan nulis dulu. Mungkin nonton atau baca buku, mencari stimulasi dari karya-karya kreatif lain," ucapnya.

Maka itu, baginya penting untuk mencari tahu penyebab writer's block di masing-masing penulis.

Sementara itu, Dewi Lestari berujar, terkadang penulis belum paham bahwa yang dialami ketika karyanya mandek adalah kesulitan teknis.

"Ini kembali lagi kalau strukturnya ada yang bolong atau plotnya ada yang enggak logis," ujar Dewi Lestari.

Di sisi lain, Dewi Lestari mengatakan biasanya ia membuat batas waktu sendiri untuk membuatnya lebih semangat menyelesaikan sebuah karya.

* Karya-karya Dewi Lestari alias Dee Lestari

Sementara itu dikutip dari Gramedia.com, Dewi Lestari atau lebih dikenal dengan nama pena Dee Lestari sudah tak diragukan lagi sebagai salah satu penulis ternama di Indonesia.

Karya-karyanya selalu habis dibeli pembaca setianya. Setiap buku yang ia telurkan kerap terpajang di jajaran buku-buku best seller.

Mulai dari seri Supernova hingga karya terbarunya, Aroma Karsa, selalu menyedot perhatian di dunia sastra.

Bahkan beberapa karyanya dipilih untuk diadaptasi menjadi film layar lebar, seperti Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, Perahu Kertas, Filosofi Kopi, Rectoverso dan juga Madre.

Sementara itu dikutip dari Wikipedia, sebelum Supernova keluar, tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah sering menulis.

Tulisan Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul "Sikat Gigi" pernah dimuat di buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter, sebuah media berbasis budaya yang independen dan berskala kecil untuk kalangan sendiri.

Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul "Ekspresi" ke Majalah Gadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia berhasil mendapat hadiah juara pertama.

Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung berjudul "Rico the Coro" yang dimuat di majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2 Bandung, ia pernah menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.

Novel pertamanya yang sensasional, Supernova 1: Kesatria, Putri, & Bintang Jatuh, dirilis pada 16 Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta.

Buku Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ), Truedee Books, 2001
Buku Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ), Truedee Books, 2001 (Gramedia.com)

Bulan Maret 2002, Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Bahasa Inggris untuk menembus pasar internasional dengan menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke bahasa Inggris.

Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books.

Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto lewat karya Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill The Radio, Sutardji Calzoum Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember.

Sukses dengan novel pertamanya, Dee meluncurkan novel kedua seri Supernova, yaitu Supernova 2: Akar pada 16 Oktober 2002.

Novel ini sempat mengundang kontroversi karena dianggap melecehkan umat Hindu.

Umat Hindu menolak dicantumkannya lambang Omkara/Aum yang merupakan aksara suci Brahman Tuhan yang Maha Esa dalam Hindu sebagai kover dalam bukunya.

Akhirnya disepakati bahwa lambang Omkara tidak akan ditampilkan lagi pada cetakan ke-2 dan seterusnya.

Pada bulan Januari 2005 Dee merilis novel ketiga dari seri Supernova, yaitu Supernova 3: Petir.

Kisah di novel ini masih terkait dengan dua novel sebelumnya. Hanya saja, ia memasukkan 4 tokoh baru dalam Petir. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut.

Lama tidak menghasilkan karya, pada bulan Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya yaitu Rectoverso yang merupakan paduan fiksi dan musik.

Pesan Maia Estianty Pada Atta Halilintar yang Akan Persunting Aurel Hermansyah, Singgung Restu Ibu

Dulu Kejar-kejar Ayu Ting Ting, Kini Ivan Gunawan Akui Lebih Pilih Ruben Onsu Ketimbang Ibu Bilqis

Tema yang diusung adalah Sentuh Hati dari Dua Sisi.

Recto Verso merupakan pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tetapi sesungguhnya satu kesatuan. Saling melengkapi.

Buku Rectoverso terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling berhubungan. Tajuk dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya.

Laman khusus mengenai ulasan buku Rectoverso ada di www.dee-rectoverso.com

Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. Tahun 2012, Dee kembali mengeluarkan novel keempat seri Supernova yang berjudul Supernova 4: Partikel dengan tokoh utama Zarah.

Oktober 2014, Dee menerbitkan novel lanjutan novel seri Supernova yang berjudul Supernova 5: Gelombang dengan tokoh utama Alfa.

Pada tanggal 26 Februari 2016, novel terakhir seri Supernova dengan judul Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi (IEP) telah beredar di toko buku di Indonesia, di mana sebelumnya Dee menjualnya dengan sistem pre order IEP bertandatangan yang dilangsungkan selama 19 hari.

Akibat yang harus ia tanggung adalah menandatangani ribuan buku IEP pesanan pembaca setianya, atau yang biasa disebut Addeection. (*)

Editor : Anjar Wulandari

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tips Hadapi Writer's Block ala Dewi Lestari"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved