BPDASHL Barito

Tambah Petani di Program Padat Karya Mangrove Kalsel untuk Percepat Proses Target Selesai

Setelah peluncuran beberapa waktu lalu, BPDASHL Barito sudah mengidentifikasi seluruh petani penerima, baik di kelompok dan individunya.

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID/NURHOLIS HUDA
Kepala BPDASHL Barito, Zainal Arifin, menjelaskan tentang perkembangan pelaksanaan program padat karya menanam mangrove di Kalimantan Selatan, Senin (21/9/2020). 

Editor: Alpri Widianjono

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Program padat karya menanam Mangrove di Kalimantan Selatan yang diamanahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) melalui Balai Pengelolaan DAS dan Pengelolan Hutan Lindung (BPDASHL) Barito, kini memasuki tahap penyusunan rancangan teknis kegiatan.

Setelah peluncuran beberapa waktu lalu, BPDASHL Barito sudah mengidentifikasi seluruh petani penerima, baik di kelompok dan individunya.

Setelah rancangan teknis (rantek) terbit, maka BPDASHL Barito menunggu rencana operasional yang diterbitkan oleh Kementerian LHK.

"Karena di dalam rencana operasional mengatur rincian terkait hal yang harus dilakukan dalam kegiatan atau petujuk pelaksanaan. Kemarin sudah terbit Harga Satuan Pokok Kegiatannya. Kemudian kami menunggu dasar pelaksanaan di lapangan," tandas Kepala BPDASHL Barito Zainal Arifin, Senin (21/9/2020).

Pada dasarnya BPDASHL Barito dengan koordinasi Dishut Kalsel serta Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) nya  sudah siap melakukan program ini di lapangan.

"Target kita nanti pertanggal 24 September sudah mulai pembayaran termin pertama, yakni terkait pembelian bibit, bahan bahan dan peralatan. Secara fisik semua lokasi kita sudah identifikasi dan verifikasi di total luasan 1.000 hektare," sebut Zainal Arifin.

Nantinya, dalam penananan mangrove di seribu hektar ini melibatkan 30 kelompok. "Sementara, di 17 desa yang mana lokasinya berada di wilayah 6 KHP, ditambah wilayah BKSDA, kami sudah lakukan inventarisasi soal ini," kata dia.

Dijelaskan Zainal, diharapkan target selesai disekitar akhir November 2020. "Strateginya bisa saja diperbanyak jumlah orangnya di satu kelompok tani mangrovenya. Misal yang tadinya 15 orang, bisa ditambah menjadi 30 orang. Hal ini dengan harapan bisa mengejar target waktu yang ada," beber Zainal Arifin.

Adapun soal ketersediaan bibit, Zainal Arifin, menegaskan bahwa cukup memenuhi. "Ada delapan persemaian bibit dan ini akan dioptimalkan, bisa disuplai untuk daerah yang kurang. Jika ditotal ada sekitar 3 jutaan bibit. Dan teman penangkar atau persemaian bibit, sudah menambah kuotanya dan kita minta mereka menambah," kata dia.

Masih dijelaskan Zainal, untuk program ini terdata ada 946 hektar masuk di luar kawasan hutan atau Areal Penggunaan Lain (APL).

"Ke depannya, kami harapkan ada cost sharing dari APBD dan sejenisnya untuk pemeliharaan lanjutan belum dianggarkan dan kami harapkan bisa ada bantuan sharing dari pemerintah daerah setempat untuk perawatannya. Sementara, kami utamakan pemberian insentif kepada masyarakat atau kelompok tani mangrove di sekitar pantai," tandas Zainal Arifin.

Zainal Arifin berharap adanya kerja bersama dalam program padat karya menanam mangrove ini bisa memulihkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di kala pandemi dan perbaikan ekosistem di wilayah sungai dan pantai. (AOL/*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved