Sport
Regenerasi Tersendat, Pelti Kalsel Masih Berburu Penggganti Dadang AR
Banyak menjadi pertanyaan mengapa prestasi petenis Kalimantan Selatan terutama prestasi atlet seniornya mengalami kendala regenerasi.
Penulis: Khairil Rahim | Editor: M.Risman Noor
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Banyak menjadi pertanyaan mengapa prestasi petenis Kalimantan Selatan terutama prestasi atlet seniornya mengalami kendala regenerasi.
Usai era petenis Dadang AR tenis Kalsel selalu saja terganjal saat bertanding di ajang nasional senior. Hal itu juga terjadi di ajang Pra kualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) tenis.
Diajang Pra PON di Sumatera Selatan tahun lalu Kalsel masuk di pool B bersama Sumsel, Jambi, Sumbar, dan Maluku dan gagal merebut tiket ke PON Papua.
Regenerasi setelah penerus Dadang AR sedikit tersendat. Saat kemampuan Dadang sudah lewat tidak ada yang meneruskan tongkat estapet.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (PELTI) Kota Banjarmasin Ade Dasfial mengakui memang usai era Dadang AR yang pernah juara ajang Merucibiana tenis se-Asia tenggara belum ada yang bisa menggantikan prestasi yang sama.
Padahal selama ini Pelti Banjarmasin mempunyai sistem pembinaan sebagai master plan rencana strategis atau rencana perasional yang dijadikan dasar organisasi itu untuk mencapai tujuan organisasi.
Awalnya kata Ade harapan sempat disematkan pada Muhammad Rifqi Fitriadi. Namun sayang ketika mulai matang, Rifqi memilih hijrah ke Jawa Timur dan menjadi atlet sana.
Di Jawa Timur prestsi Rifqi meningkat tajam setelah meraih medali emas ganda putra PON 2016 Jawa Barat ini, dia menjadi bagian tim Indonesia di Davis Cup 2017 lalu menjadi skuat Indonesia di ajang Asian Games 2018.
Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Newcastle vs Manchester United, Cavani Batal Debut di Liga Inggris
Baca juga: Jadwal Liga Inggris Chelsea vs Soton Live NET TV, Ada Everton vs Liverpool & City vs Arsenal di Mola
Selain Rifqi kata Ade harapan juga sempat digantungkan pada petenis binaan Pelti Banjarmasin. Namun usianya yng masih muda sehingga belum mampu menembus peringkat 10 besar nasional.
Ade menambahkan mudahnya atlet pindah akibat tergiur fasilitas pun menjadi kendala dalam hal pembinaan tenis Banjarmasin.
"Saat sudah terlihat matang ada daerah yang mengiming-imingi fasilitas lebih dibanding di daerah ini hal ini tentu saja membuat petenis tergiur untuk pindah," sebut dia.
Memang hal ini tidak bisa langsung akibat kesalahan atlet sendiri sebab dia pun meningkatkan karier mengingat fasilitas bertanding kemanapun siap dilakukan daerah lain.
"Sebab tidak hanya tingkat nasional tingkat Kalsel pun petenis petenis muda yang dibina di Banjarmasin justru ada yang tiba-tiba mengambil untuk bertanding di daerah lain," ujarnya.
Agar kejadian ini tidak terulang Ade berharap program untuk petenis senior Banua lebih kepada pemberian fasilitas dan akses agar dapat mengikuti berbagai turnamen tenis tingkat asional bahkan internasional.
Tujuannya agar petenis Kalsel bisa memperbaiki peringkat dunia dan semakin semangat untuk bisa bertahan di daerahnya.
Begitu juga dengan petenis pemula, Banjarmasin merupakan gudang atlet tenis di Banua rutin menelurkan petenis andal. Harus mendapat dukungan dari pengurus, pemerhati, mantan petenis dan pemerintah agar bisa difasilitasi.
