Berita Banjarbaru
Hujan Intensitas Tinggi Picu Banjir di Kalsel Ternyata Dampak La Nina, Begini Penjelasan BMKG
La Nina yang terjadi di Oktober 2020 ini berdampak terjadinya hujan dengan intensitas tinggi yang memicu terjadinya banjir
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Hujan dengan intensitas tinggi yang memicu terjadinya banjir di sejumlah Kabupaten di Balangan hinggga HST Provinsi Kalimantan Selatan tak lepas dari dampak La Nina yang terjadi di Oktober 2020 ini.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Banjarbaru Goeroeh Tjiptanto menuturkan, Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) pada Oktober ini telah menunjukkan kondisi La Nina.
"Beberapa institusi memprediksi La Nina lemah moderat sampai dari Akhir oktober ini
hingga Maret hingga Mei 2021," tuturnya.
Lebih jauh dia memaparkan, catatan historis menunjukkan La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi jumlah curah hujan bulanan di Indonesia hingga 40 persen di atas normalnya.
Namun, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.
Baca juga: Curah Hujan Tinggi Dampak La Nina, Kepala BPBD HSU Ingatkan Warga Bantaran Sungai Waspada Banjir
Baca juga: HSU Waspada Hujan Berkepanjangan, Dampak La Nina
Pada Bulan Oktober-November, peningkatan curah hujan bulanan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan Selatan dan hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.
“Selanjutnya pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara, dan Papua,” kata Goeroeh.
Sedangkan pada Oktober ini, dia mengungkapkan, Kalsel diperkirakan memasuki musim hujan.
Peningkatan curah hujan, seiring dengan awal musim hujan disertai peningkatan akumulasi curah hujan akibat La Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana hidro-meteorologis. Seperti banjir dan tanah longsor.
Baca juga: Waspada Anomali Cuaca La Nina, BPBD Kalsel Lakukan Pemetaan Daerah Rawan Bencana
Dia berharap agar para pemangku kepetingan dapat lebih optimal melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir. Misalnya dengan penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air yang berlebih.
“Masyarakat diimbau terus memperbaharui perkembangan informasi dari BMKG dengan memanfaatkan kanal media sosial infoBMKG atau langsung menghubungi kantor BMKG terdekat,” urainya.(banjarmasinpost.co.id/nurholis huda)
