Berita HSS

Tak Ada Alat Pengering, Stok Padi di Penggilingan Padi Terbesar di HSS Terancam Membusuk

Stok beras yang melimpah di penggiling padi H Salam terancam membusuk karena ketiadaan mesin pengering

Penulis: Hanani | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/hanani
Stok beras di gudang penggilingan padi H Salam, Desa Mandala Kecamatan Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan, Jumat (6/11/2020). Musim hujan, usha penggiligan padi ini kesulitan melakukan pengeringan, karena tak memiliki mesi pengering. 

Editor : Hari Widodo

BANJARMASINPOST.CO.ID, KANDANGAN - Pandemi Covid-19 tak memengaruhi ketersediaan pangan di Banua Anam, khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

Tiap musim panen, stok beras pun berlimpah. Hal tersebut diakui pemilik usaha penggiligan padi berlisensi milik H Abdul Salam, di Desa Mandala, Kecamatan Telaga Langsat HSS.

Ratusan ribu ton gabah yang dibeli langsung dari petani, memadati gudang sekaligus tempat penggilingan tersebut.

 Namun, karena faktor cuaca dimana hujan yang intens turun, membuat padi yang sudah dibeli dari petani berupa gabah kering panen terancam membusuk.

Baca juga: Lahan Padi Terendam di Martapura Timur Kabupaten Banjar, Petani Terpaksa Panen Lebih Awal

Baca juga: Warga Jingah Bujur Kabupaten HSU Terpaksa Manfaatkan Bahu Jalan untuk Jemur Padi

Baca juga: Fakultas Kehutanan ULM Latih Petani Desa Pemangkih Bikin Pot Tanam Organik dari Sekam Padi

“Di gudang kami ada 25 ton yang belum  bisa dijemur, karena keburu musim hujan. Saya tak bisa berbuat apa-apa, karena tak punya mesin pengering,”kata H Salam kepada banjarmasinpost.co.id, Jumat (6/11/2020).

 Kondisi tersebut membuatnya rugi lebih dari Rp 10 juta. Namun, Salam mengatakan hanya pasrah.

Menurutnya, dia bersama kelompok tani sebenarnya sudah mengajukan proposal untuk bantuan mesin pengering padi, yang harganya sulit dijangkau tersebut.

“Sebenarnya sudah disetujui pemerirntah daerah, tapi belum bisa direalisasi karena anggaran pemerintah terfokus ke penanganan covid-19. Semoga saja 2021 mendatang bisa direalisasi,”katanya.

 Penggilingan padi milik H Salam, salah satu usaha yang bekerjasama dengan Perum Bulog, baik dalam bentuk PSO (Public Service Obligation) maupun komersil.

Menurut H Salam untuk harga gabah kering panen di tingkat petani pihaknya membeli lebih mahal dari standar harga Bulog yaitu Rp 4.800 per kilogram. Sedangkan standar harga Bulog Rp 4.300 per kilogram.

 Untuk harga beras medium yang sudah digiling, Rp 6.500 dan Rp 7.500 per liter. Sedangkan harga beras premium bervariasi tergantung di wilayah daerah masing-masing, dengan harga di atas beras  tersebut.

“Jadi Bulog itu membeli dengan PSO dan Komersil tadi,”katanya.  Disebutkan, musim panen, biasanya antara April sampai Mei  tiap tahunnya.

 Namun, adapula petani yang bisa panen dua kali dalam setahun, seperti petani di Kecamatan Telaga Langsat.

Baca juga: Panen Tak Diborong Tengkulak, Babinsa Cek Penggilingan Padi di Daha Utara Kabupaten HSS

“Jadi untuk ketersediaan stok pangan di Banua ANam, menurut saya lebih dari cukup memenuhi kebutuhan msyarakat,”kata H Salam.

Penggilingan milik H Salam sendiri salah satu penggilingan padi terbesar di wilayah HSS.  Selain memasok beras untuk dilayah Kalsel, juga ke wilayah Kalteng. (banjarmasinpost.co.id/hanani)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved