Berita Kalteng
Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Ini Saran Kepala Dinkes Kalteng
Menurut Kadinkes Kalteng. faktor penyebab kematian ibu atau bayi adalah yang berhubungan dengan komplikasi masa kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Penulis: Fathurahman | Editor: Alpri Widianjono
Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, PALANGKARAYA - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengahterus berupaya menekan angka kematian ibu (AKI).
Caranya, rutin memberikan pengetahuan kepada remaja putri dan ibu terkait upaya yang harus dilakukan terutama saat proses kandungan hingga kelahiran anak.
Data hingga saat ini, secara nasional angka kematian ibu masih tinggi, yaitu mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kematian bayi baru lahir, yaitu 15 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Hal ini terkait berbagai faktor risiko yang berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung dari kematian ibu, maupun bayi.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, dr Suyuti, dalam pertemuan penguatan penyeliaan fasilitatif kesehatan Ibu dan Anak (KIA), mengungkapkan, faktor penyebab langsung kematian ibu adalah yang berhubungan dengan komplikasi masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas.
Baca juga: Kepala BPBPK Kalteng Berharap Forum Pengurangan Risiko Bencana Terbentuk Hingga Desa
Baca juga: Wali Kota Palangkaraya Fairid Naparin Ajak Semua Pihak Cegah Penyebaran Covid-19
Baca juga: Kabupaten Kotim Tertinggi Penyebaran Covid-19 di Kalteng, Positif Bertambah 28 Orang
Baca juga: Terjaring Operasi Yustisi, 1.028 Pelanggar Protokol Kesehatan di Palangkaraya Bayar Denda Rp100 ribu
Baca juga: Satgas Covid-19 Kalteng Antisipasi Kerawanan Penularan Corona Saat Libur Akhir Tahun
Baca juga: Petugas Awasi Penerapan Protokol Kesehatan Kawasan Wisata Palangkaraya
"Komplikasi ini seperti adanya perdarahan, infeksi akibat trauma persalinan, persalinan macet atau persalinan lama dan abortus spontan maupun abortus tidak aman ataupun berisiko," ujarnya, Selasa (1/12/2020).
Sedangkan faktor penyebab tidak langsung kematian ibu, yaitu faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu yang sedang hamil. Seperti, terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran.
Faktor yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan, persalinan dan nifas seperti terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan.
Termasuk, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam penanganan kegawatdaruratan. "Artinya masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan," ujarnya.
Upaya intervensi dan terobosan dari pemerintah dalam rangka menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi adalah dengan penetapan kabupaten dan Kota se Kalteng sebagai lokus penurunan AKI dan AKB . Di antaranya, berupa peningkatan kapasitas Nakes dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Selain itu, peningkatan manajemen program pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir termasuk aspek supervisi, monitoring dan evaluasi.
Juga, Advokasi lintas program, lintas sektor dan organisasi profesi untuk mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
"Selain itu, berupaya meningkatkan peran serta masyarakat, serta pemenuhan sarana pendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir," ujarnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Faturahman)
