Kudeta Myanmar
4 Tewas Ditembak, Demo Kudeta Myanmar Membesar, Ratusan Ribu Orang Tak Takut Ditembak Militer
Korban tewas pertama adalah Mya Thwate Thwate Khaing (20), perempuan muda yang ditembak di bagian kepala.
Editor : Didik Trio Marsidi
BANJARMASINPOST.CO.ID, YANGON - Total sudah empat orang penentang kudeta militer Myanmar ditembak mati, termasuk tiga orang pada hari Sabtu pekan lalu.
PBB mengecam junta militer setempat atas penggunaan kekerasan mematikan terhadap massa.
Korban tewas pertama adalah Mya Thwate Thwate Khaing (20), perempuan muda yang ditembak di bagian kepala.
Dia sempat bertahan hidup sepuluh hari sebelum akhirnya meninggal pada Jumat pekan lalu.
Baca juga: Demonstran Myanmar Maju Tak Gentar Meski Ancam Militer Makin Kuat, Warga Serukan Mogok Massal
Baca juga: Militer Myanmar Makin Sadis, Kerahkan Kendaraan Lapis Baja Tembaki Rakyatnya yang Lagi Demo
Baca juga: Seorang Wanita Ditembak di Kepala, PBB: Muncul Bukti Foto Aksi Polisi Myanmar Tembaki Demonstran
Sosoknya menjadi simbol nasional perlawanan rakyat terhadap junta militer Myanmar.
Saat ini ratusan ribu pedemo turun ke jalan untuk menentang kudeta Myanmar pada Senin (22/2/2021).
Mereka tak gentar meski militer mengancam akan menembak siapa pun yang dianggap membuat kericuhan.
Peringatan militer Myanmar dikeluarkan setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati akhir pekan lalu.
Penggunaan kekuatan mematikan itu pun dikecam PBB pada Senin, dan Uni Eropa mengumumkan sudah sepakat untuk menjatuhkan sanksi pada militer Myanmar.
Sementara itu Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Inggris telah menjatuhkan sanksi ke para jenderal yang sekarang memerintah Myanmar.

Demo Myanmar besar-besaran terjadi sejak militer melakukan kudeta pada 1 Februari, dengan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi ditahan untuk mengakhiri 10 tahun masa demokrasi.
Setelah berlangsung tiga minggu tanpa henti, para pedemo Myanmar pun mulai kehilangan kesabaran.
"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan kehilangan nyawa," demikian bunyi ancaman militer di stasiun tv negara, MRTV.
Mereka juga memperingatkan agar pengunjuk rasa tidak menghasut kerusuhan dan bertindak anarkis.

Namun, massa demo anti- kudeta Myanmar tak peduli dengan ancaman itu. Ratusan ribu orang berunjuk rasa pada Senin (22/2/2021) di Yangon, kota terbesar dan pusat komersial Myanmar.