Liku liku Panipahan Tanahlaut
Panipahan di Tanahlaut Harus Berkilo-kilometer Jauhnya Mencari Nipah, Hari Gelap Masih Susuri Sungai
Untuk mendapatkan penghasilan yang banyak, perajin nipah di Tanahlaut keluar masuk hutan, susuri sungai berkilo-kilo meter jauhnya mencari daun nipah
Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Tak mudah mencari daun pohon nipah, bahan utama atap nipah.
Pasalnya, selain lokasinya umumnya jauh dari permukiman, aktivitas ini juga menyita waktu serta tenaga.
Guna mendapatkan penghasilan yang lebih banyak, perajin atap nipah mesti mencari daun pohon rawa tropis itu.
Pasalnya jika membeli, tentu ada cost tambahan.
Perajin atap nipah di Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel), yang kerap mencari daun nipah di hutan antara lain Rawiyah.
Baca juga: Liku-liku Panipahan Tanahlaut, Turun-temurun Puluhan Tahun, Bertahan hingga Sekarang
Baca juga: Kisah Panipahan di Tanahlaut, Susuri Sungai hingga di Kampung Tetangga, Kadang Bertemu Buaya Besar
Warga Desa Panjaratan, Kecamatan Pelaihari ini telah terbiasa melakoni aktivitas itu sejak semasa remajanya.
Bersama sang suami, Rawiyah mesti keluar masuk hutan di luar kampung yakni di Desa Tabanio, Kecamatan Takisung.
Jaraknya lumayan jauh.
Waktu tempuhnya sekitar satu jam setengah menaiki kelotok.
Ongkos bahan bakar minyak (BBM) premium paling tidak Rp 20 ribu pulang pergi.
Daun Nipah Kini Hanya Digunakan untuk Kandang Ternak, Tahan hingga Tiga Tahun |
![]() |
---|
Perajin Nipah di Tanahlaut Masih Bertahan hingga Sekarang, Namun Tinggal Beberapa Orang |
![]() |
---|
Kisah Panipahan Tanahlaut, Perairan Rawa Kerap Ada Buaya, Warga Terbiasa Hidup Berdampingan |
![]() |
---|
Kisah Panipahan di Tanahlaut, Susuri Sungai hingga di Kampung Tetangga, Kadang Bertemu Buaya Besar |
![]() |
---|
Liku-liku Panipahan Tanahlaut, Turun-temurun Puluhan Tahun, Bertahan hingga Sekarang |
![]() |
---|