Berita Banjarbaru

Akurasi Hasil Swab Test Membingungkan, Anggota DPRD Banjarbaru Ini Sebut Sering Bias

Anggota DPRD Banjarbaru H. Takyin Baskoro Akurasi peralatan yang digunakan RT-PCR akhir-akhir ini banyak dipertanyakan. Hasilnya sering bias

Penulis: Khairil Rahim | Editor: Hari Widodo
Dinkes Banjarbaru untuk BPost
Ilustrasi-Staf DPRD Banjarbaru menjalani test swab pasca tiga anggota DPRD Banjarbaru terkonfirmasi positif Covid-19. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Anggota DPRD Banjarbaru H. Takyin Baskoro ikut menjadi korban ketidakjelasan hasil uji usap atau swab test di rumah sakit daerah (RSD) Idaman Banjarbaru.

Dari tes di RSD Idaman yang hasilnya diteliti Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kalimantan Selatan (Kalsel)  menyatakan positif sementara hasil laboratorium swasta justru negatif.

Baskoro mengaku sama dengan empat anggota DPRD Bananrbaru lainnya Emi Lasari, Nurkhalis Anshari, Neni Hendriyawaty dan M. Isa Anshary mereka melakukan tes PCR karena kontak erat dengan salah satu pejabat di Diskominfo Banjarbaru yang meninggal akibat Covid 19.

Oleh karena itu, Baskoro meminta perlunya evaluasi dan supervisi pada jasa layanan RT- PCR Covid 19 di semua lembaga yang ada terkait dengan manajemen kompetensi Sumber daya manusia (SDM).

Baca juga: Hasil Swab Test RSD Banjarbaru Bikin 5 Anggota DPRD Banjarbaru Ini Bingung, Minta Alat Dikalibrasi

Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di Banjarbaru Terus Meningkat, Darmawan Jaya Sebut Imbas Swab Test Setiap Hari

Baca juga: Update Covid-19 di Tabalong: Lonjakan Kasus Corona Kembali Terjadi, Swab Test 39 Orang Positif

"Akurasi peralatan yang digunakan RT-PCR bekerja nonstop setahun lebih dan akhir-akhir ini banyak dipertanyakan masyarakat karena hasilnya sering bias antara lembaga satu dengan lembaga yang lain," kata dia.

Selain itu politisi Nasdem ini meminta Satgas Covid-19  harus serius menyikapi fenomena kebiasaan data PT PCR jangan sampai menimbulkan kegaduhan dan ketidakadilan karena ketidakjelasan status.

Legalitas lembaga-lembaga PCR yang ada walaupun secara medis perbedaan itu dibenarkan akan tetapi perbedaan sekarang ini sudah pada taraf meresahkan.

Sebelumnya lima anggota DPRD itu dibuat bingung dengan hasil tes usai menjalani uji usap atau swab test di rumah sakit daerah (RSD) Idaman dengan .

Saat test di RSD Idaman mereka dinyatakan positif terpapar Covid 19.

Merasa tidak yakin kelimanya lalu kembali menjalani tes swab PCR mandiri di laboratorium swasta dan hasilnya justru berbeda.

"Iya Ada perbedaan hasil. Jadi membingungkan," kata Nurkhalis Anshary tadi malam.

Emi Lasari menambahkan mereka berempat melakukan swab PCR di RSD Idaman pada 31 Maret. Lalu
Di Laboratorium Swasta pada 2 April.

"Agar lebih yakin saya Swab Antigen 28 Maret, 1 april dan 5 April dengan hasil negatif semua," ujar dia.

Politisi Partai amanat nasional (PAN) ini menduga ini disengaja untuk mempositifkan orang.

Emi dan kawan kawan ikut tes swab karena melakukan kontak erat dengan salah satu pejabat di Diskominfo Banjarbaru yang meninggal.

"Akibat kejadian ini lalu saya timbul pikiran macam macam apa ini sengaja mempositifkan orang untuk memanfaatkan anggaran Covid 19," kata dia.

Emi menjelaskan usai dinyatakan positif tes PCR di RSD Idaman pada 31 Maret, besoknya dia melakukan swab antigen yang keakuratannya mendekati hasil swab PCR.

"Saya tes di laboratorium Banjarbaru hasilnya negatif bahkan virus hanya terlihat 0,04 persen. Sementara untuk vonis positif minimal 25 persen," sebut dia.

Emi lalu kembali melanjutkan swab PCR di laboratorium Banjarmasin hasilnya pun negatif.

Atas hasil berbeda ini Emi lalu mempertanyakan ke Kepala Dinas Kesehatan Banjarbaru Rizana Mirza yang justru memvonis dia positif sesuai hasil tes di RSD Idaman.

"Ada surat lembaga DPRD yang dikeluarkan pasca kelima anggota dewan ini di nyatakan positif yang isinya untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.Yang artinya ini hanya merujuk pada hasil PCR BBTKL," tambah dia.

Emi pun bingung indikasi apa sehingga dia dinyatakan positif sementara dua baik tes lain hasilnya negatif.

"Yang saya ingin tanyakan bagaimana SOP nya memutuskan saya positif jika acuannya hasil tes RSD Idaman bearti laboratorium tempat saya tes tidak sah ya," ujar dia.

Baca juga: GTPP Covid-19 Tabalong Kembali Kirimkan 172 Spesimen Swab Test Hasil Tracking

Emi pun curiga hasil beda ini akibat  alat tes PCR di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Kalimantan Selatan yang lama tidak diperbaharui.

"Kita minta alat di BBTKL di kalibrasi dan di lakukan pengecekan tingkat akurasinya. Agar tdk terjadi kesalahan hasil yang bisa membuat orang sehat di nyatakan positif," kata Emi.
(Banjarmasin post.co.id/Khairil Rahim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved