Berita Batola
Panen Jagung Hibrida Melimpah, Petani Batola Harapkan Alat Pengering
dari belasan hektare lahan yang ditanami berbagai varietas jagung, petani di Batola menghasilkan 5 hingga 6 ton jagung kering
Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Hasil panen petani jagung Hibrida yang melimpah di Desa Sido Makmur, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala membuka peluang usaha yang menjanjikan.
Pasalnya, dari belasan hektare lahan yang ditanami berbagai varietas jagung, mampu menghasilkan rata-rata 5 hingga 6 ton jagung kering per hektare.
Dengan masa tanam empat hingga enam bulan.
Harga jual di pasaran pun terbilang bagus, per kilo berkisar Rp3.500 hingga Rp4.000 dan tidak perlu risau mencari pembeli.
Baca juga: Sukses Tanam Jagung Berbagai Varietas, Aksi Petani Batola ini Patut Ditiru
Baca juga: Puluhan Desa di Batola Kelola Keuangan Desa Melalui Bank Kalsel
Karena beberapa perusahan pakan ternak sudah siap menampungnya.
"Kami rutin menjual biji jagung kering ke beberapa perusahaan pakan ternak yang ada di Kabupaten Tanah Laut," ungkap Anton, petani Jagung di Sido Makmur. Minggu (27/6/2021).
Ia pun menambahkan, suksesnya bertani jagung hingga pemasaran mampu menambah penghasilan yang memuaskan, di samping untuk modal dan biaya perawatan.
Berkaca pada pengalaman beberapa panen terakhir, Anton yang juga ketua Poktani Tani Mukti ini mengharapkan adanya adanya fasilitas penunjang agar harga jual jagung tidak jatuh drastis.
"Kita berharap adanya alat pengering biji jagung, agar ketahanan untuk disimpan lebih lama," tukasnya.
Ketahanan biji jagung kering normalnya hanya bertahan sekitar satu bulan, namun jika dengan alat pengering bisa mencapai enam bulan lamanya.
Baca juga: Warga Antusias Ikuti Gebyar Vaksinasi Covid 19, Kapolresta Banjarmasin Beri Apresiasi
Baca juga: Pembacokan Kalsel, Korban Warga Kotabaru Perlu Transfusi, Polisi Donorkan Dua Kantong Darah
Hal ini berkenaan dengan sering terjadinya masa panen yang bersamaan dengan petani di daerah lain di Kalsel, sehingga menyebabkan harga jual tertekan turun.
Dengan adanya alat pengering, kemungkinan bisa menahan untuk tidak dijual hingga harga benar-benar layak, atau bisa membuka berpeluang untuk memasarkan ke luar daerah Kalsel.
Menanggapi permintaan petani ini, Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Batola, Ghozali Ansyah mengatakan, pihaknya akan mengupayakan realisasi pada 2022 mendatang.
"Sebelumnya petani diminta menyampaikan pengajuan melalui Poktan atau Gapoktan kepada dinas terkait untuk pengadaan alat pengering tersebut," tandas Ghozali.
Pihaknya pun akan terus mengupayakan untuk membantu keperluan ini, guna mencapai kesejahteraan masyarakat petani.
( Banjarmasinpost.co.id/MuhammadTabri)