Berita Internasional
Pesawat Antonov An-28 Rusia yang Hilang di Siberia Ditemukan, Begini Nasib Para Penumpangnya
Insiden pesawat jatuh kembali terjadi di Rusia. Kali ini menimpa sebuah pesawat penumpang , Pesawat Antonov An-28. Begini nasib para penumpangnya
BANJARMASINPOST.CO.ID, RUSIA - Insiden pesawat jatuh kembali terjadi di Rusia. Kali ini menimpa sebuah pesawat penumpang , Pesawat Antonov An-28.
Namun, nasib mujur masih mengikuti para awak dan penumpang pesawat tersebut.
Sempat hilang di Siberia, luar kota Tomsk pada Jumat (16/7/2021), pesawat akhirnya ditemukan di hari yang sama setelah pilot bersusah payah melakukan pendaratan. Seperti diberitakan media pemerintah yang dilansir Independent.
Meski demikian investigasi terkait insiden itu tetap dilakukan pihak berwenang.
Diketahui, insiden pesawat penumpang di Rusia ini merupakan peristiwa kedua kalinya di bulan ini.
Sebelumnya pesawat AN-26 terbang dari kota utama Kamchatka Petropavlovsk-Kamchatsky ke kota pesisir Palana ketika menghilang dan gagal mendarat sesuai jadwal, Selasa (6/7/2021).
Baca juga: Pesawat Rusia Berpenumpang 28 Orang Tabrak Tebing, Begini Nasib Para Penumpangnya
Baca juga: WHO Masukkan Mutasi Virus Corona Varian Baru dari Rusia Dalam Daftar Pemantauan Ekstra
Seperti diberitakan dari Tribunnews.com dengan judul Pesawat Rusia yang Hilang di Siberia Ditemukan, Semua Penumpang Dilaporkan Selamat,
Terkait insiden Antonov An-28, Kementerian darurat menyebut ada yang selamat di antara 17 orang yang naik pesawa itu.
Tetapi kementerian tidak menyebutkan angka pastinya, menurut Reuters.
Meski begitu, Sputnik dan kantor berita RIA menyebut semua penumpang selamat.
Kantor berita TASS mengutip sumber yang mengatakan di antara 17 orang yang ada di dalam pesawat, ada 4 anak-anak dan 3 anggota awak.
Antonov An-28, yang merupakan milik maskapai penerbangan Siberian Light Aviation, akan pergi ke Tomsk dari kota Kedrovy.
Pesawat itu sempat hilang dari radar di distrik Bakcharsky di Tomsk, ungkap layanan darurat seperti dikutip oleh Sputnik.
Layanan darurat kemudian meluncurkan operasi pencarian untuk pesawat itu.
Gubernur wilayah Tomsk Sergei Zhvachkin mengatakan dua helikopter dikirim untuk mencari pesawat tersebut.
Para pejabat mengatakan bahwa awak pesawat tidak melaporkan masalah apa pun sebelum pesawat hilang.
Tetapi suar darurat pesawat itu padam, sebuah indikasi bahwa pesawat itu melakukan pendaratan paksa atau jatuh, menurut The Associated Press.

Kecelakaan Pesawat Antonov An-26
Insiden ini terjadi hanya kurang dari dua minggu setelah pesawat Antonov An-26 yang membawa 28 orang, termasuk enam awak, jatuh di timur jauh Rusia.
Para pejabat mengatakan tidak ada yang selamat dari insiden itu.
Pesawat turboprop bermesin ganda Antonov An-26, yang beroperasi sejak 1982, jatuh di Semenanjung Kamchatka yang terpencil di timur jauh Rusia pada Selasa (6/7/2021).
Pesawat itu terbang dari kota utama Petropavlovsk-Kamchatsky di Kamchatka ke kota pesisir Palana.
Dikutip dari Al Jazeera, pesawat itu membawa 28 orang, yang terdiri dari enam awak dan 22 penumpang, termasuk dua anak-anak.
Kepala pemerintah daerah di Palana, Olga Mokhireva, termasuk di antara penumpang, kata pemerintah Kamchatka.
Semua yang ada di dalam pesawat dianggap tewas.
Dugaan sementara pesawat itu jatuh saat hendak mendarat dalam cuaca buruk.
Beberapa jam setelah pesawat hilang dari radar, tim pencari menemukan puing-puing di tebing pantai dekat Palana dan di Laut Okhotsk.
Kementerian Darurat mengatakan, sembilan jenazah korban telah ditemukan, di mana satu korban telah diidentifikasi.
"Saat ini, sembilan mayat telah ditemukan," kata cabang regional kementerian darurat dalam sebuah pernyataan pada Rabu (7/7/2021).

Lebih dari 50 orang menyisir pantai Laut Okhotsk saat operasi pencarian dan penyelamatan berlanjut, tetapi kabut, angin kencang, dan ombak menyulitkan upaya mereka.
Kementerian darurat Rusia mengatakan pihaknya berencana untuk mengerahkan penyelam dan helikopter Mi-8.
Menteri Transportasi Vitaly Savelyev juga diperkirakan akan menuju ke Palana pada Rabu (7/7/2021).
Pihak berwenang di Kamchatka menyatakan tiga hari berkabung setelah kecelakaan itu.
Adapun para pejabat mengatakan, keluarga para korban akan menerima santunan lebih dari 3,5 juta rubel, yaitu sekira Rp 684 juta.
Santunan itu mencakup kompensasi dari maskapai, pembayaran asuransi dan subsidi dari pemerintah daerah.
Para pejabat mengatakan pesawat milik sebuah perusahaan bernama Kamchatka Aviation Enterprise itu dalam kondisi baik dan telah melewati pemeriksaan keselamatan.
Komite Investigasi Rusia, yang menyelidiki kejahatan dan insiden besar, mengatakan sedang mencari tiga penyebab potensial kecelakaan itu.
Tiga penyebab potensial yang dimaksud, yakni kondisi cuaca buruk, malfungsi teknis, atau kesalahan pilot.
Standar keselamatan penerbangan Rusia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir tetapi kecelakaan mematikan, terutama yang melibatkan pesawat yang menua di daerah yang jauh, tidak jarang terjadi.
Pesawat An-26, yang diproduksi dari tahun 1969 hingga 1986 selama era Soviet dan masih digunakan di beberapa negara untuk transportasi sipil dan militer, telah terlibat dalam beberapa kecelakaan baru-baru ini.
Pada 2012, sebuah pesawat Antonov An-28 menabrak gunung saat terbang dengan rute yang sama dengan penerbangan Selasa.
Sebanyak 14 orang berada di dalamnya dan 10 di antaranya tewas.
Penyelidik mengatakan kedua pilot mabuk pada saat kecelakaan itu.
Daftar Kecelakaan Pesawat AN-26
Sementara itu dilansir dari kompas.com, Pesawat AN-26, yang diproduksi dari 1969 hingga 1986 selama era Soviet. Jenis ini masih digunakan di seluruh bekas Uni Soviet untuk transportasi sipil dan militer.
Pesawat jenis itu pun telah terlibat dalam sejumlah kecelakaan dalam beberapa tahun terakhir, menurut laporan AFP.
Empat orang tewas pada Maret ketika sebuah Pesawat AN-26 yang digunakan oleh militer Kazakhstan jatuh saat mendarat di sebuah bandara di kota terbesar di negara itu, Almaty.
Pada September 2020, 26 orang tewas di Ukraina ketika sebuah pesawat militer An-26 jatuh di kota timur laut Kharkiv selama penerbangan pelatihan.
AN-26 juga terlibat dalam kecelakaan militer Rusia dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Maret 2018, 39 orang tewas ketika sebuah pesawat angkut AN-26 jatuh saat mendarat di sebuah bandara di Suriah.
Setahun sebelumnya, seorang tentara tewas ketika sebuah AN-26 jatuh dalam penerbangan pelatihan di dekat kota Saratov, Rusia tengah.
Rusia telah meningkatkan catatan keselamatan lalu lintas udaranya dalam beberapa tahun terakhir. Namun perawatan pesawat yang buruk dan standar keselamatan yang lemah dituding masih tetap terjadi.
Terbang di Rusia juga bisa berbahaya, terutama di wilayah terpencil dari negara yang luas itu, dengan kondisi cuaca yang sulit seperti Kutub Utara dan jauh ke wilayah timurnya.
Baca juga: Syarat Naik Pesawat Bagi WNA di Indonesia, Wajib Vaksin Dosis Lengkap dan PCR
Baca juga: Mei 2021, Penumpang Pesawat di Kalsel Turun 13,46 Persen
Kecelakaan pesawat penumpang besar terakhir terjadi pada Mei 2019. Saat itu sebuah Sukhoi Superjet milik maskapai penerbangan Aeroflot jatuh dan terbakar di landasan pacu bandara Moskwa, menewaskan 41 orang.
Rusia juga kerap mengalami insiden udara non-fatal yang mengakibatkan penerbangan harus dialihkan atau melakukan pendaratan darurat. Biasanya itu terjadi karena masalah teknis.
Pada Agustus 2019, sebuah penerbangan Ural Airlines yang membawa lebih dari 230 orang melakukan pendaratan ajaib di ladang jagung Moskwa, setelah sekawanan burung tersedot ke dalam mesin tak lama setelah lepas landas.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Rica Agustina)