Kisah Para Pendaki Bukit dan Gunung
Kisah Pendaki Gunung di Kalsel, Puas Bisa Menaklukkan Medan Menuju ke Puncak
Meski tak gampang, pendaki gunung puas jika mampu menaklukkan medan untuk menuju puncak
Penulis: Salmah | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Mendaki gunung maupun bukit adalah salah satu kegiatan luar ruang yang cukup banyak digemari orang, terutama kalangan anak muda dan dewasa.
Meski tak gampang, namun mereka puas jika mampu menaklukkan medan untuk menuju puncak.
Salah seorang penggemar mendaki gunung, Shupy, warga Malkon Temon, Banjarmasin, mengungkapkan, mendaki gunung baginya merupakan suatu kegiatan untuk merelaksasikan diri dan memanjakan mata sembari berolahraga.
"Saya lupa persisnya tahun berapa mulai mendaki. Ya, sekitar SMP kelas 2 atau 3 di tahun 2009-2010," ujar pria yang berprofesi sebagai fisioterapis ini.
Baca juga: Pupur Bangkal Rahasia Kulit Halus, Masih Digunakan Perempuan di HST
Biasanya Shupy mendaki gunung bersama teman alumni sekolah atau kuliah, rekan kerja dan beberapa temannya di perguruan karate yang sehobi mendaki.
Biasanya mereka start sejak pagi, sore atau bisa juga malam, tergantung gunungnya, contohnya gunung Halau Halau, mulai pendakian harus pagi hari, karena memang terbilang tinggi yaitu 1,9 Km.
Gunung Halau Halau atau gunung Besar adalah gunung yang terletak di perbatasan tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Tanah Bumbu di Provinsi Kalimantan Selatan
"Kalau ke gunung Halau halau perlu waktu kurang lebih 3-4 hari termasuk nge-camp (berkemah) dan turun ke bawah. Sedangkan mendaki bukit biasanya hanya satu hari termasuk nge-camping," jelasnya.
Catatan pendakian Shupy, diakuinya tidak terlalu banyak, karena kegiatan itu hanya sebatas untuk refreshing dan memanjakan mata.
Baca juga: Jadi Relawan Damkar di Banjarbaru, Bahruddin Kadang Hadapi Kejadian Seperti ini
Bukit dan gunung yang didaki sebatas di Kalimantan Selatan saja.
"Bukit yang pernah didaki yaitu bukit Tahura, bukit Patra Bulu, bukit Birah, bukit Plawangan, bukit Hauk dan gunung Halau halau," jelasnya.
Awalnya pertama mendaki adalah bukit Tahura saat jalannya masih tanah gunung, bebatuan dan jalannya belum diaspal, jadi medannya agak susah apalagi saat hujan.
"Sampai puncak, begitu menyenangkan walau bercampur rasa lelah, letih, dan pegal, tetapi semuanya terselimuti dengan keindahan alam yang dapat kita nikmati di atas bukit atau gunung," tukasnya.
Sukanya dalam mendaki, bagi Shupy adalah mempunyai pengalaman baru, teman baru (jika bertemu pendaki lain) dan takjub melihat keindahan alam yang sudah diciptkan oleh Allah SWT.
"Dukanya adalah harus pulang dengan meninggalkan keindahan alam, meninggalkan teman baru dan masuk lagi ke pengaturan awal, rutinitas kota," pungkasnya.
(banjarmasin post.co.id/salmah saurin)