Berita Batola

Awalnya Hobi, Kini Bonsai Beringin Pria Tamban Batola Ini Berikan Pendapatan

Berangkat dari hobi di bidang seni, Tarto (52) tekuni budidaya bonsai beringin dolar hingga kini di Kecamatan Tamban yang kini membeirkan pendapatan

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Hari Widodo
banjarmasinpost.co.id/muhammad tabri
Tarto (52), Pembudidaya bonsai beringin dolar di Desa Purwosari, RT 11, Kecanatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Berangkat dari hobi di bidang seni, Tarto (52) tekuni budidaya bonsai beringin dolar hingga kini di Kecamatan Tamban, Kabupaten Barito Kuala (Batola). 

"Awalnya memang hobi, tersalurkan melalui bonsai dan akhirnya menjadi penghasilan," tuturnya warga Desa Purwosari ini kepada Banjarmasinpost. 

Ia pun menceritakan, pertama memulai budidaya bonsai beringin pada 1989 silam. Memanfaatkan pohon beringin yang tumbuh liar di lahan rawa lingkungan ia tinggal. 

Tarto berpikir, di kawasan Tamban masih tergolong minim, bahkan belum ada pembudidaya tanaman hias tersebut. Ia pun tergerak memulai sekaligus menuangkan jiwa seninya. 

Baca juga: Dua Tahun Geluti Bonsai Kelapa di Tanahlaut, Satu Unit Dilepas Lasman Seharga Belasan Juta

Baca juga: Ubah Kebosanan Menjadi Duit, Pemuda Tapin Ini Raup Keuntungan dari Bonsai Kelapa

Tahun berangsur, usahanya mulai membuahkan hasil. Sejumlah peminat datang membeli koleksinya hingga ia harus menambah koleksi lebih banyak lagi. 

"Melihat peluang usaha ini layak dikembangkan, saya pun meneruskan hingga menjadi sumber pendapatan," ucap bapak berkacamata ini. 

Tarto pun menyampaikan, koleksinya kini mencapai 170 buah. Dengan harga yang cukup variatif untuk dipinang pelanggan. 

Untuk harga, ia menjual mulai dari Rp 50 ribu hingga jutaan rupiah per pohon. Tergantung umur dan pola yang dibentuk. 

Tarto sendiri tidak hanya melayani penjualan satu bonsai, namun juga menerima pesanan dalam bentuk partai. Tentunya dengan harga yang lebih terjangkau. 

Sejauh ini bonsai beringin Tarto cukup diminati pelanggan. Ada yang datang dari Banjarmasin, Banjarbaru hingga provinsi tetangga, Kalimantan Tengah. 

Dalam menjalankan usaha budidaya bonsai, hal tersulit bagi Tarto saat ini adalah kondisi cuaca yang tidak menentu. Karena saat proses okulasi akan sulit berhasil. 

"Ya sulitnya saat cuaca tidak menentu. Kadang hujan dan tiba-tiba panas. Itu sangat berpengaruh pada hasil okulasi," bebernya. Senin (13/12/2021). 

Mengantisipasi hal tersebut, ia pun kadang perlu langkah ekstra, yakni menutupnya dengan plastik pada bagian proses penempelan bibit daun. Jika tetap gagal, maka proses menumbuhkan daun kembali dari awal. 

Baca juga: Mahalnya Bonsai, Tanaman Hias Kerdil Ini Seharga Mobil

Baca juga: Termasuk Langka, Harga Bonsai Anggur Brasil Setara Satu Sepeda Motor

Sepanjang perjalanannya menggeluti budidaya tanaman pohon kariwaya ini, Tarto juga tidak pelit dalam berbagi ilmu dan pengalaman. 

Dengan senang hati ia memberi pendampingan bagi warga yang ingin mengikuti langkahnya dalam membudidayakan bonsai beringin. 

"Memang ada beberapa yang ikut nimbrung belajar budidaya bonsai ini. Alhamdulilah mereka juga berhasil," pungkas warga yang juga bisa membuat janur ini. (Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved