Vaksin Booster

Vaksin Booster Covid-19 Dilakukan Tahun 2022, Selain Dibiayai Pemerintah Juga ada Non-APBN

Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan skenario pemberian vaksin booster Corona mulai Januari 2022.

Editor: M.Risman Noor
BANJARMASINPOST.CO.ID/MAN HIDAYAT
Vaksin booster untuk tenaga kesehatan di Futsal Adhyaksa Kejaksaan di Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu), Provinsi Kalimantan Selatan, Kamis (19/8/2021). 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Vaksin booster di tahun 2022 sudah mulai disiapkan pemerintah.

Ada dua skenario direncanakan pemerintah untuk vaksin booster Covid-19 tahun 2022 mendatang.

Selain menggunakan dana APBN, nantinya juga ada non-APBN.

Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan skenario pemberian vaksin booster Corona mulai Januari 2022.

Budi menyebut ada dua skenario vaksin booster yakni dibiayai APBN dan non-APBN.

Hal itu disampaikannya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (14/12/2021).

"Untuk vaksinasi booster tahun depan kita akan bagi dua skenario, untuk vaksinasi lansia dan PBI non-lansia, itu akan ditanggung negara," ujarnya.

Sementara itu untuk non-APBN, vaksin booster tersedia di perusahaan farmasi yang langsung dijual ke masyarakat.

Baca juga: Gerai Vaksin Presisi di Kabupaten HSS Bertabur Doorprize

Baca juga: Gerai Vaksin Covid-19 Digeber di Pasar Pelaihari, ini Jumlah Dosis yang Disiapkan

"Sedangkan untuk yang mandiri dan non-lansia itu akan kita buka agar perusahaan-perusahaan farmasi bisa mengimpor vaksinnya dan langsung menjual ke masyarakat sehingga terjadi keseimbangan di pasar dan akses di masyarakat pilihannya akan lebih banyak," ujar Budi.

Budi mengatakan, vaksin booster yang dibiayai negara diberikan kepada 83,1 juta orang.

"Sedangkan vaksin booster yang non-APBN akan diberikan kepada 125,2 juta atau sekitar 139 juta vaksin," ucapnya.

Dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Menkes Jelaskan Skenario Pemberian Vaksin Booster Mulai Januari 2022, Moderna Inc targetkan suntikan booster vaksin Covid-19 untuk tangkal varian Omicron siap Maret 2022, Rabu (1/12/2021).

Melansir Reuters, Presiden Moderna, Stephen Hoge mengatakan saat ini booster tengah diuji dan perusahaan siap mengajukan otorisasi penggunaaan vaksin ke pemerintah AS.

Hoge yakin suntikan booster akan menjadi cara tercepat mengatasi penyebaran virus.

Saat ini varian Covid-19 terus bertambah. Terbaru Omicron yang terdeteksi di Afrika Selatan.

Perusahaan juga sedang mengerjakan vaksin multi-valent yang akan mencakup hingga empat varian virus corona yang berbeda termasuk Omicron.

"Kami sudah memulai program itu," katanya kepada Reuters.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mengatakan pada hari Rabu, Amerika Serikat mengidentifikasi kasus COVID-19 varian Omicron pertamanya di California.

Sekelompok orang berbaris untuk menjalani tes Covid-19 di Times Square pada 05 Desember 2021 di New York City. Dengan ditemukannya virus corona jenis omicron yang baru ditemukan, pejabat kesehatan mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi atau booster dan melakukan tes Covid.
Sekelompok orang berbaris untuk menjalani tes Covid-19 di Times Square pada 05 Desember 2021 di New York City. Dengan ditemukannya virus corona jenis omicron yang baru ditemukan, pejabat kesehatan mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi atau booster dan melakukan tes Covid. (Spencer Platt/Getty Images/AFP)

Saat ini para ahli tengah meneliti lebih lanjut apakah Omicron lebih menular atau menyebabkan penyakit lebih parah daripada varian lain, dan apakah Omicron dapat lolos dari antibodi vaksin yang sudah ada saat ini.

Berdasarkan panduan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA), uji klinis tahap menengah memakan waktu tiga hingga empat bulan.

"Booster khusus Omicron, secara realistis segera tersedia sebelum Maret, mungkin kuartal kedua," kata Hoge, dengan catatan, FDA tidak mengubah panduannya untuk proses otorisasi.

Dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Moderna Targetkan Vaksin Booster untuk Omicron Siap Maret 2022, ditemukannya varian baru Covid-19 bernama Omicron menjadikan negara Inggris mengambil sikap lebih waspada.

Varian baru Omicron diketahui terdeteksi di negara Afrika Selatan.

Mengantisipasi penyebaran varian baru Omicron, sejumlah negara melakukan langkah ketat pencegahan.

Baca juga: Geber Vaksinasi di Tapin, BIN Kalsel Kembali Salurkan 3.000 Dosis Vaksin

Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan negaranya akan mengintensifkan kampanye vaksinasi dosis penguat (booster) sebagai tanggapan terkait munculnya varian baru virus corona (Covid-19) Omicron yang berpotensi lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.

"Interval minimal untuk vaksin booster harus dikurangi setengahnya, dari enam bulan menjadi tiga bulan," kata Javid kepada Parlemen Inggris pada Senin kemarin.

Ia pun mengutip saran baru yang disampaikan Komite Gabungan untuk Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI) pemerintah negara itu.

Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (30/11/2021), suntikan booster harus diperluas untuk mencakup semua orang dewasa.

JCVI sebelumnya menyarankan booster diberikan kepada mereka yang berusia 40 tahun ke atas.

Perubahan strategi ini diumumkan karena jumlah infeksi Omicron yang terdeteksi di Inggris telah berkembang menjadi 11 kasus pada Senin kemarin.

Pelaksanaan vaksinasi booster untuk nakes di Halaman Dinkes Banjarmasin.
Pelaksanaan vaksinasi booster untuk nakes di Halaman Dinkes Banjarmasin. (Banjarmasinpost.co.id/Frans Rumbon)

Dilansir dari Tribunnews.com dengan judul Waspada Meluasnya Varian Omicron, Inggris Intensifkan Program Vaksin Booster, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa Omicron mungkin berpotensi lebih menular dan kebal terhadap vaksin dibandingkan varian yang diketahui sebelumnya.

Varian ini kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada awal bulan ini dan mencapai beberapa negara Eropa pada akhir pekan lalu.

"Dalam perlombaan antara vaksin dan virus ini, varian baru mungkin telah memberikan virus tambahan," tegas Javid.

Ia pun memperkirakan adanya peningkatan kasus dalam 'beberapa hari mendatang'.

Munculnya varian virus corona B.1.1.529 omicron saat ini menjadi kekhawatiran dunia. Produsen vaksin Moderna dan Pfizer pun bakal menyiapkan vaksin khusus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, varian virus corona Omicron yang sangat bermutasi kemungkinan akan menyebar secara internasional dan menimbulkan risiko lonjakan infeksi yang sangat tinggi.

Baca juga: Gerai Vaksin Kecamatan Lampihong Balangan Dibuka, Peserta Vaksin Diberi Sembako Usai Disuntik

Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)

Mengantisipasi peningkatan jumlah kasus seiring menyebarnya varian omicron yang pertama kali dilaporkan minggu lalu, WHO mendesak 194 negara anggotanya untuk mempercepat vaksinasi kelompok prioritas tinggi.

Dilansir dari Kontan.co.id, Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengatakan kemunculan Omicron menunjukkan betapa "berbahaya dan genting" situasinya.

"Omicron menunjukkan mengapa dunia membutuhkan kesepakatan baru tentang pandemi," katanya pada awal pertemuan para menteri kesehatan yang diperkirakan akan meluncurkan negosiasi tentang kesepakatan semacam itu.

Kesepakatan global baru, yang diharapkan pada Mei 2024, akan mencakup isu-isu seperti berbagi data dan urutan genom virus yang muncul, dan vaksin potensial apa pun yang berasal dari penelitian.

Bos perusahaan farmasi Moderna memprediksi bahwa vaksin yang saat ini tersedia akan menjadi kurang efektif dalam menghadapi virus corona varian Omicron.

Direktur RSUD dr H Soemarno Sostroadmodjo Kualakapuas, dr Agus Waluyo saat mendapatkan vaksin ketiga booster.
Direktur RSUD dr H Soemarno Sostroadmodjo Kualakapuas, dr Agus Waluyo saat mendapatkan vaksin ketiga booster. (RSUD Kapuas)

Melansir Financial Times, Selasa (30/11/2021), varian Omicron diketahui memiliki jumlah mutasi lebih tinggi pada protein spike dan menyebar dengan cepat di Afrika Selatan.

CEO Moderna Stephane Bancel mengatakan, hal itu menunjukkan bahwa vaksin yang beredar saat ini mungkin perlu dimodifikasi tahun depan.

"Semua ilmuwan yang saya ajak bicara mengatakan 'ini tidak bagus',” kata Bancel kepada Financial Times, dalam sebuah wawancara di kantor pusat Moderna di Cambridge, Massachusetts, seperti dilansir Kompas.com.

Bancel mengatakan, para ilmuwan khawatir karena 32 dari 50 mutasi pada varian Omicron berada pada protein spike, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia.

Dia mengatakan, protein spike menjadi fokus vaksin yang tersedia saat ini untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia dalam memerangi Covid-19.

Baca juga: Bantu Pemda Capai Target Vaksinasi, Diskopdag Tala Bersama PMI Bakal Segera Sasar Pasar Kecamatan

Menurut Bancel, kebanyakan ahli berpikir bahwa varian yang sangat bermutasi seperti Omicron tidak akan muncul selama setidaknya satu atau dua tahun lagi.

Protein lonjakan Omicron dengan mutasi baru terlihat dalam warna merah, biru, emas dan hitam. (Pusat Penelitian Virus di Universitas Glasgow)

Moderna dan Pfizer saat ini tengah mengerjakan vaksin baru yang dirancang untuk menargetkan varian Omicron.

Bancel mengatakan, data yang menunjukkan keampuhan vaksin yang saat ini tersedia dalam melawan varian Omicron akan tersedia dalam waktu dua minggu.

Namun, dia mengingatkan bahwa akan memakan waktu beberapa bulan sebelum vaksin khusus Omicron dapat diproduksi dalam skala besar.

“Moderna dan Pfizer tidak bisa memproduksi satu miliar dosis minggu depan. Itu tidak mungkin. Tapi bisakah kita memproduksi miliaran dosis pada musim panas? Tentu," kata dia.

Bancel memperkirakan, Moderna dapat memproduksi total 2 miliar-3 miliar dosis vaksin yang dirancang untuk melawan Omicron pada 2022.

Namun demikian, menurut Bancel, akan berisiko untuk mengalihkan seluruh kapasitas produksi Moderna ke dosis khusus Omicron pada saat varian lain masih beredar.

Oleh karena itu, dia menyarankan, pemberian booster yang lebih kuat kepada lansia atau orang dengan sistem kekebalan yang terganggu untuk sementara waktu. (Kompas.com/Kontan.co.id)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved