Muktamar NU 2021
Gus Yahya Jabat Ketua Umum PBNU 2021-2026, Raih Suara Terbanyak Dibanding Said Aqil
Gus Yahya mampu mengumpulkan suara sebanyak 337, sedangkan Said Aqil Siradj mengumpulkan suara sebanyak 210.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Hasil pemilihan ketua umum PBNU untuk periode 2021-2026 sudah tuntas.
Voting suara yang dilaksanakan pada hari kedua Muktamar ke-34 NU, Yahya Cholil Staquf meraih suara terbanyak dibanding Said Aqil Siradj. Sedangkan yang dinyatakan batal sebanyak 1 suara.
Gus Yahya mampu mengumpulkan suara sebanyak 337, sedangkan Said Aqil Siradj mengumpulkan suara sebanyak 210.
Total suara yang masuk 548.
Perolehan didapat Yahya Cholil Tsaquf menjadikan dirinya bakal menjabat ketua umum PBNU untuk masa bakti 2021-2026.
Shalawat Nabi Muhammad menggema di acara perhitungan suara untuk pemilihan ketua umum PBNU masa bakti 2021-2026.
Diketahui, calon ketua umum PBNU untuk periode 2021 -2026 semakin mengerucut.
Baca juga: Calon Ketum PBNU Harus Didukung Minimal 99 Suara, Hasil Sidang Pleno 1 Muktamar NU
Baca juga: Pemilihan Ketua Umum PBNU Belum Selesai, Peserta Laksanakan Shalat Subuh di Lokasi Muktamar
Nama Yahya Cholil Staquf dan Said Aqil Siradj yang hanya bisa melaju ke pemilihan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul periode 2021-2026 dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung.
Keduanya, Yahya dan Said memenuhi syarat untuk bisa menjadi calon ketua umum PBNU.
Seperti diketahui untuk bisa maju ikut pemilihan ketua umum PBNU harua memenuhi syarat minimal dukungan 99 suara dari para pemilik suara.
"Sesuai dengan tatib yang kita sahkan bersama kemarin, berarti calon yang masuk dalam pencalonan ada dua calon yaitu Bapak KH Yahya Cholil Staquf dan Bapak KH Said Aqil Siradj," kata pimpinan sidang seperti dikutip dari tayangan YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Jumat (24/12/2021) pagi.
Berdasarkan hasil pemungutan suara yang dilakukan sejak Jumat dini hari, Yahya mengantongi 327 suara sedangkan Said memperoleh 203 suara.
Selain Yahya dan Said, suara juga mengalir ke tiga bakal calon lainnya yakni As'ad Said Ali (17 suara), Marzuki Mustamar (2 suara), dan Ramadhan Boayo (1 suara).
Dilansir kompas.com, sementara ada 1 suara yang dianggap abstain dan 1 suara lainnya dianggap batal.
Adapun setelah proses penjaringan bakal calon ketua umum selesai, tahapan berikutnya menunggu kesediaan dua calon tersebut untuk maju dalam pemilihan calon ketua umum.
Pemilihan calon ketua umum utamanya akan dilakukan melalui musyawarah mufakat. Jika tak tercapai, maka akan dilakukan voting kembali terhadap 519 pemilik hak suara yang terdiri dari Pengurus Wilayah NU (PWNU). dan Pengurus Cabang NU (PCNU)
Hingga Jumat (24/12/2021), proses pemilihan ketua umum PBNU di Lampung belum juga rampung.
Bahkan hingga memasuki shalat subuh, proses pemilihan ketua umum PBNU dalam Muktamar ke-34 PBNU belum memutuskan siapa yang menjadi ketua umum PBNU.
Baca juga: Sidang Pleno I Muktamar NU Diwarnai Kericuhan, Muktamirin Pertanyakan Legalitas Peserta
Peserta Muktamar NU 2021 sampai melaksanakan shalat subuh di lokasi pemilihan ketua umum PBNU.
Berdasarkan tayangan akun YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, sejumlah peserta muktamar tampak menunaikan salat subuh di sekitar panggung di depan arena muktamar di kampus Universitas Lampung.
Hingga sekitar pukul 05.00 WIB, proses pemilihan ketum PBNU baru menyelesaikan tahap pemungutan suara bakal calon ketua umum PBNU.
Pemungutan suara itu dilakukan untuk menyaring bakal calon ketua umum menjadi ketua umum dengan syarat mengantongi 99 suara.
Setelah memenuhi syarat tersebut, barulah terdapat calon ketua umum yang akan kembali berkontestasi memperebutkan kursi ketua umum PBNU.
Dilansir kompas.com,pemilihan ketua umum PBNU diupayakan dilakukan secara musyawarah mufakat, tetapi pemungutan suara akan dilakukan apabila musyawarah mufakat tidak tercapai.
Adapun Muktamar ke-34 NU telah menetapkan KH Miftachul Akhyar sebagai rais aam PBNU untuk periode 2021-2026.
Miftachul terpilih berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat tim Ahlil Halli Wal Aqdi (AHWA) yang terdiri dari 9 kiai sepuh NU.
"Alhamdulillah AHWA sepakat dengan musyawarah yang penuh dengan kesantunan itu, sepakat bahwa yang menjadi rais aam untuk PBNU 2021-2026 al mukaram Kiai Haji Miftachul Akhyar," kata anggota tim AHWA, Zainal Abidin, dikutip dari tayangan akun YouTube TVNU, Kamis.
Sejauh ini, terdapat tiga nama yang disebut-sebut akan maju sebagai calon ketua umum PBNU yakni Said Aqil Siradj, Yahya Cholil Staquf, dan As'ad Said Ali.
Pemilihan Ketum PBNU untuk periode 2021-2026 dilaksanakan dengan cara pemungutan suara dari para muktamirin yang memiliki hak suara.
Sebelum pengambilan suara dilaksanakan, dilakukan proses scanning data diri.
Baca juga: Jelang Muktamar NU ke-34 di Lampung, Ketua PWNU Kalsel Harapkan Kandidat Terbaik Terpilih
Sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU Maulana Mukhlis mengatakan sebelum pemilihan Ketum PBNU dilakukan proses persiapan.
"Jadi persiapan bakal calon diawali dengan verifikasi identitas para muktamirin," kata Maulana Mukhlis, Jumat (24/12/2021) dini hari.
Lanjutnya, verifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan barcode peserta Muktamar NU dan identitas peserta.
"Ini untuk memastikan memiliki hak suara," tukasnya.
Maulana Mukhlis menambahkan suasana pemilihan berlangsung lancar.
"Suasana sejuk sekali," tandasnya.
Dua Syarat
KH Miftachul Akhyar telah terpilih menjadi Rais Aam PBNU periode 2021-2026.
Namun sebelum resmi diumumkan sebagai menjadi Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar diberi dua syarat.
Sekretaris Panitia Lokal Muktamar NU Maulana Mukhlis mengatakan dalam pemilihan Rais Aam PBNU melalui rapat khusus 9 kiai sepuh yang tergabung dalam tim Ahlul Walii Wal Aqdi (AHWA).
Suasana kedatangan peserta Muktamar Ke-34 NU di Bandara Radin Inten II Lampung, Selasa (21/12/2021). (Tribun Lampung)
"Jadi ada 9 kiai, 7 di ruang VIP GSG dan 2 melalui Zoom dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Rapat khusus bersembilan tanpa diganggu," ungkap Maulana Mukhlis, Jumat (24/12/2021) dini hari.
Baca juga: Peserta Muktamar NU di Lampung Berkurang, Nama Said Aqil Siradj dan Yahya Cholil Staquf Mencuat
Maulana Mukhlis menuturkan saat pemilihan sempat terjadi saling lempar dan belum ada suara kesepakatan Rais Aam terpilih.
"Gak ada yang mau, awalnya Gus Mus tapi tidak bersedia lantaran masih ada yang sepuh (ditetuakan). Kemudian yang sepuh menolak karena masih ada yang muda energik. Rapat AHWA dipimpin Kiai Ma'ruf Amin. Tapi pada akhirnya menetapkan KH Miftachul Akhyar," jelasnya.
Kendati KH Miftachul Akhyar terpilih, Maulana Mukhlis mengungkapkan ada dua kesepakatan antara Rais Aam terpilih dengan AHWA.
"Kesepakatan rapat ada dua. Pertama Rais Aam tidak menjabat organisasi manapun dan itu samikna wa atokna. Kedua Rais Aam bakal menyetujui siapapun bakal calon Ketum PBNU terpilih," tegasnya.
Miftachul Akhyar mengatakan jika Rais Aam memiliki hak veto untuk menentukan bakal calon Ketum PBNU.
"Tapi sesuai dengan kesepakatan siapapun yang terpilih dia akan disetujui Rais Aam," tandasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/khatib-syuriah-pbnu-yahya-cholil-staquf.jpg)