Harga Bitcoin
Harga Bitcoin Hari Ini 10 Januari 2021, Mulai Bangkit Setelah Terpuruk di Level US$ 40.000
Harga Bitcoin bangkit dan menembus US$ 42.000 pada Senin (10/1), setelah sempat jatuh ke level US$ 40.000 sehari sebelumnya.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Sempat terpuruk di level US$ 40.000 sehari sebelumnya, hari ini harga bitcoin bangkit dan mampu menembus US$ 42.000 pada Senin (10/1/2022).
Hal yang sama dialami aset kripto lain seperti Ethereum dan sebagian besar mata uang kripto yang masuk 20 besar daftar cryptocurrency teratas di dunia.
Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Senin (10/1) pukul 13.32, Harga Bitcoin ada di US$ 42.172,82 atau naik 0,68% dibanding posisi 24 jam sebelumnya.
Harga Ethereum di saat yang sama naik 1,32% ke posisi US$ 3.176,52 dan Shiba Inu naik 0,57% menjadi US$ 0,00002861. Sementara harga Terra melonjak 6,79% ke US$ 73,64.
Baca juga: Promo Alfamart Hari Ini hingga 15 Januari 2022, Sawer Extra Murah Dapat Potongan Harga dan Poin
Baca juga: Telur dan Cabai di Kalsel Mulai Turun, Giliran Harga Ayam Naik Signifikan
Harga Bitcoin dan sebagian besar mata uang kripto turun minggu lalu pasca rilis risalah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dari pertemuan Desember tahun lalu.
The Fed mengisyaratkan, mereka akan memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang proyeksi sebelumnya.
Dilansir kontan.co.id, harga Bitcoin jatuh ke level US$ 40.505,3 pada Minggu (9/10), level terendah sejak 21 September tahun lalu, sebelum rebound ke level US$ 42.000.
Tetapi, masih belum pasti, apakah pemulihan akan berlangsung karena volume perdagangan spot Bitcoin di bursa terpusat utama pada Senin (10/1) naik tipis, menurut data yang CoinDesk himpun.
Harga Bitcoin turun selama enam hari berturut-turut sebelum akhir pekan, dan penurunan meningkat setelah risalah The Fed.
“Risalah mengonfirmasi bias hawkish yang kuat dengan pasar sekarang memperkirakan peluang 90% dari kenaikan (suku bunga) The Fed pada Maret nanti,” tulis QCP Capital, Senin (10/1), seperti dikutip CoinDesk.
“Dalam gambaran yang lebih besar, sepertinya level tertinggi sepanjang masa Bitcoin dan Ethereum akan tetap dibatasi untuk sebagian besar tahun 2022 sebagai akibat dari pengetatan bank sentral,” ujar QCP Capital.
Mengutip The Motley Fool, inilah 5 mata uang kripto yang punya masa depan cerah dibanding Shiba Inu, seperti dilansir dari Kontan.co.id:

1. Ethereum
Ethereum (ETH) tidak diragukan lagi adalah cryptocurrency paling mapan dalam daftar ini, dan juga yang menghasilkan buzz paling nyata di dunia. Itu karena blockchain Ethereum adalah tulang punggung keuangan terdesentralisasi (DeFi).
DeFi menggunakan kontrak pintar pada blockchain yang berfokus secara finansial untuk menyelesaikan transaksi yang mungkin akan diperlambat atau dihentikan oleh lembaga keuangan.
Kontrak pintar ini, yang merupakan protokol yang dirancang untuk memverifikasi, menegakkan, dan memfasilitasi kesepakatan antara dua pihak, adalah inti dan jiwa dari apa yang mendorong Ethereum.
2. Stellar
Jaringan pembayaran berbasis Blockchain Stellar (XLM) adalah cryptocurrency lain yang diyakini punya masa depan cerah.
Dengan menggunakan infrastruktur saat ini, pembayaran lintas batas dapat memakan waktu hingga satu minggu untuk divalidasi dan diselesaikan. Dengan Stellar, mata uang fiat dapat dikonversi ke Lumens (XLM, token protokol jaringan), ditransfer ke belahan dunia lain, dan dikonversi kembali ke mata uang fiat asli dalam hitungan detik.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Masih Mahal, Pemilik Kedai Gorengan Pelaihari ini Pasrah Pendapatan Susut
Biaya untuk menyelesaikan transaksi? Hanya 0,00001 XLM, yang menghasilkan US$ 0,0000038 per transaksi. Dibutuhkan lebih dari 263.000 transaksi hanya untuk mendapatkan biaya US$ 1.
3. Solana
Mata uang digital lain dengan potensi unggul Shiba Inu dalam jangka panjang adalah Solana (SOL).
Seperti Ethereum, blockchain Solana adalah tentang menggabungkan kontrak pintar dan memungkinkan pengembang untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApp). Tetapi tidak seperti Ethereum, Solana membawa sejumlah keuntungan penting ke meja di depan efisiensi.
Protokol proof-of-history Solana, yang menetapkan peristiwa sebagai benar tanpa memerlukan validator untuk berbicara satu sama lain, secara dramatis meningkatkan kecepatan proses transaksi. Saat Ethereum memproses sekitar 13 transaksi per detik, Solana dapat menangani 50.000 atau lebih transaksi per detik.

4. Nano
Untuk sesuatu yang benar-benar di luar radar, carilah Nano (NANO) yang bisa sepenuhnya mengungguli Shiba Inu dalam jangka panjang. Nano adalah mata uang digital terbesar ke-117 berdasarkan kapitalisasi pasar (US$ 820 juta, per 2 November).
Tujuan dari blockchain yang berfokus secara finansial adalah untuk mempercepat waktu penyelesaian pembayaran, secara dramatis mengurangi biaya, dan mendemokratisasi proses untuk memungkinkan semua orang berpartisipasi.
Inilah tepatnya yang dilakukan Nano dengan blockchain block-lattice-nya. Daripada memiliki satu blockchain, setiap pengguna di Nano memiliki blockchain mereka sendiri yang dapat mereka tambahkan tanpa harus bersaing dengan pengguna lain.
Hal ini membuat jaringan Nano dapat diskalakan dan sangat efisien -- rata-rata transaksi diselesaikan dalam waktu kurang dari satu detik.
Baca juga: Indonesia Produsen Minyak Goreng, Kok Harga Bisa Lebih Murah Malaysia
5. Cardano
Terakhir, namun tentu tidak kalah pentingnya, Cardano (ADA) tampaknya memiliki masa depan yang jauh lebih cerah daripada Shiba Inu.
Meskipun Cardano telah mengalami penundaan pengembangan, pengembangnya telah menetapkan visi yang jelas tentang langkah-langkah yang akan mereka ambil untuk meningkatkan dan mengembangkan jaringan.
Pada musim panas 2020, pemutakhiran Shelley dirilis, yang meningkatkan jumlah node yang dapat dijalankan oleh peserta jaringan.
Mengikuti Shelley, jumlah transaksi di blockchain Cardano telah meningkat dari sekitar 2.000 per hari menjadi lebih dari 100.000 per hari.