Religi
Daftar Amalan di Malam Nisfu Syaban Dijelaskan Ustadz Adi Hidayat, Shalat Malam Hingga Dzikir
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan Allah memberikan perhatian khusus pada malam Nisfu Sya'ban.
Penulis: Mariana | Editor: M.Risman Noor
BANJARMASINPOST.CO.ID - Satu malam pertengahan di Bulan Sya'ban akan segera tiba dikenal malam Nisfu Sya'ban.
Biasanya umat muslim yang memanfaatkan malam Nisfu Sya'ban untuk memperbanyak amal.
Umum dijumpai umat Islam di malam Nisfu Syaban mendatangi mesjid-mesjid maupun mushalla untuk menunaikan shalat fardhu dan sunnah berjamaah dilanjutkan membaca dzikir.
Lalu, apa saja amalan di malam Nisfu Sya'ban yang bisa dikerjakan umat Islam?
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan Allah memberikan perhatian khusus pada malam Nisfu Sya'ban.
Baca juga: Fadhilah Membaca Yasin di Malam Nisfu Syaban, Ustadz Abdul Somad Berikan Penjelasan
Baca juga: Jadwal Puasa Ramadhan 1443 H Telah Ditetapkan Muhammadiyah, Kemenag Gelar Sidang Isbat 1 April 2022
"Bahwa Nabi SAW menyampaikan Allah SWT mengamati, bahasanya mengamati kepada hamba-Nya di malam pertengahan (nisfu) Sya'ban," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube DUNIA - MANCING.
Ia menambahkan dalam hadist shahih riwayat Abu Musa Al Asy'ari itu, Allah akan mengampuni hamba-Nya yang memohon ampunan sekalipun sebanyak bulu domba di suku kalb.
Meski demikian, Ustadz Adi Hidayat menuturkan tidak disebutkan amalan khusus di malam Nisfu Sya'ban.
"Dan amalannya, Nabi tidak menyebutkan spesifik", terang Ustadz Adi Hidayat.
Sehingga tidak ada amalan khusus di malam Nisfu Sya'ban.
Sebagaimana para sahabat yang banyak melakukan berbagai amalan di malam nisfu Sya'ban.
"Ada yang kemudian shalat, shalatnya ya qiyamul lail, ya tahajjud. Ada pula yang banyak beristighfar, macan-macam. Dan tidak ada amalan spesifik di malam Nisfu Sya'ban," imbuhnya.

Meski tidak spesifik, amalan yang dapat dilaksanakan di malam Nisfu Sya'ban antara lain:
1. Memperbanyak shalat
Terdapat beberapa sholat sunnah yang bisa dikerjakan pada malam Nisfu Sya'ban, yakni sholat qiyamul lail, sholat tahajud, dan sholat witir.
Qiamul lail adalah sholat di malam hari. Namun, berdasarkan pengertian fiqih, sholat qiyamul lail merupakan sholat yang dikerjakan pasca sholat Isya dan sunnahnya tanpa diawali dengan tidur terlebih dahulu.
Sholat qiyamul lail dapat dikerjakan sebanyak dua rakaat, empat rakaat, atau seterusnya.
Baca juga: Qadha Ramadhan Digabung Puasa Nisfu Syaban, Buya Yahya Ungkapkan Cukup Satu Niat
Sholat qiamul lail ini di luar malam Nisfu Syaban ini dianjurkan apabila tidak bisa bangun di malam hari, dan bdapat dikerjakan sebelum tidur serta ditutup dengan witir.
Tetapi pada malam Nisfu Sya'ban setelah melaksanakan Sholat Sunnahnya lalu tidur dan malamnya bangun lagi untuk sholat tahajud maka ini diperbolehkan.
Setelah mengerjakan sholat qiyamul lain maka dapat ditutup dengan mengerjakan sholat witir sebanyak satu rakaat atau tiga rakaat.
2. Berinteraksi atau membaca Alquran
Berinteraksi dengan Alquran dapat dilakukan dengan melakukan tilawah Alquran, membaca, menghafal, memahami, dan murojaah atau mengulang.
Pada saat membaca atau murojaan Alquran dipahami lalu diresapi isi kandungannya hingga mendapati makna yang terkandung di dalamnya seperti menerangkan tentang ayat-ayat surga atau neraka lalu diamalkan.
3. Memperbanyak doa dan istighfar
Pada malam istimewa Nisfu Sya'ban yang memang dikenal sebagai pengampunan dosa, maka dapat dimanfaatkan dengan memperbanyak doa dan mengucap istighfar mengharapkan ampunanNya.
Ustadz Adi Hidayat berpesan dengan adanya hadist-hadits palsu, seperti menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan melakukan ibadah 100 rakaat maka jangan dilakukan.
"Jangan melakukan sesuatu yang tidak ada dasar dalilnya." pungkas Ustadz Adi Hidayat.
Baca juga: Bau Mulut Bikin Pede Anjlok, dr Zaidul Akbar Bagikan Solusi Alami Gunakan Bahan di Dapur
Rahasia dan Makna Bulan Sya'ban
Bulan Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam sistem penanggalan Islam, berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.
Sama halnya bulan-bulan lainnya, di bulan Sya'ban umat muslim juga dianjurkan memperbanyak amalan dan ibadah kepada Allah SWT.
Sebagaimana yang dilakukan dan dianjurkan Nabi Muhammad SAW, dengan membiasakan diri meningkatkan ibadah di bulan Sya'ban.
Apa rahasia dan makna bulan Sya'ban?
Ustadz Adi Hidayat menceritakan sebuah hikayat tentang awal mula bulan Sya'ban.
Sejak zaman Jahiliyah masyarakat Arab tempo dulu berusaha untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang menyebar ke se;uruh tempat di wilayah padang pasir untuk mencari sumber air.
Kemudian menyiapkan tempat-tempat tertentu, penampungan-penampungan air sebagai persiapan menuju bulan kesembilan yang terik dan panas membakar sehingga berpotensi menjadikan sumur-sumur air menjadi kering dan aktivitas juga menjadi terbatas.
Ustadz Adi Hidayat menuturkan, bulan kesembilan itulah saat panas terik memancar disebut dengan Ramadhan, masyarakat menyebut dengan Ramadhan dari kata Ramadha yang berarti terik panas membakar.
"Jika kita ingin jadikan bentuknya superlative, lebih meningkat lagi, lebih membakar lagi maka tambahkan Alif dan Nun di ujungnya, maka masyarakat menyebutnya dengan Ramadhan, bulan, masa, waktu yang sangat terik membakar yang sangat panas membakar," terang Ustadz Adi Hidayat dilansir Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Adi Hidayat Official.
Karena itulah sebulan sebelumnya masyarakat tersebut kemudian membagi tugas per kelompok-kelompok.
Pengelompokan-pengelompokan untuk menyebar disebut dengan tasya'ub namanya, keadaannya disebut dengan Sya'ban.
"Maka di bulan Sya'ban bulan yang kedelapan, masyarakat itu bertugas berpencar mencari sumber-sumber air untuk ditampung dan dikumpulkan sebagai persiapan di bulan yang kesembilan yaitu bulan Ramadhan," urainya.
Di masa Islam, nama-nama bulan ini dipertahankan dalam perjalanan di tahun Hijriah dari mulai Al muharram atau Muharram sampai dengan bulan Dzulhijah, dari bulan pertama sampai dengan bulan yang kedua belas.
Menariknya pada bulan Sya'ban sampai dengan bulan Ramadhan ada pergantian kembali ada pelebaran dari makna yang dulu maknanya lebih kepada menunjukkan suasana, iklim, cuaca, yang panas membakar, yang terik luar biasa.
Ustadz Adi Hidayat menjabarkan, secara metafora makna itu dibawa dalam nilai-nilai syariat, nilai pendidikan spiritual, orang-orang yang saat Ramadhan mau meningkatkan amalnya, membangun ketaatan, meninggalkan maksiat, bertaubat kepada Allah.
"Maka Ramadhan akan memberikan panas terik membakar dosa-dosanya, menggugurkan kesalahan-kesalahannya, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan Taqarrub yang sangat indah sehingga berpeluang diterima amal, diberikan kemuliaan, dan mungkin juga bisa berpotensi wafat dalam keadaan khusnul khatimah dan kembali menjadi hamba yang sholeh," paparnya.
Untuk itu perlu persiapan, tidak semua orang yang sampai ke bulan Ramadhan boleh jadi mendapatkan peningkatan taqwa, dapat manfaat dari taubatnya, bisa terdorong untuk meningkatkan ketaatan, belum tentu kalau dia tidak sungguh-sungguh, kalau dia tidak serius.
Karena itu ayat puasa ketika dihadirkan di ayat 183 di surat Al-Baqarah itu, di penghujung Allah akhiri dengan kalimat la'allakum tattaqụn agar umat muslim mampu meningkatkan taqwa.
Surat Al Baqarah ayat 183
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ - ١٨٣
Yā ayyuhallażīna āmanụ kutiba 'alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba 'alallażīna ming qablikum la'allakum tattaqụn
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Namun apakah semua yang puasa bisa meningkat taqwa? Ustadz Adi Hidayat menjawab belum tentu, karena la'allakum dikenal dengan huruf yang menunjukkan terpenuhinya satu harapan dengan syarat kesungguhan, keseriusan untuk mewujudkannya.
Di antara keseriusan itu maka citranya secara metafora diambil dari bulan sebelumnya bulan Sya'ban, bulan kedelapan saat banyak orang di masa pra Islam mengumpulkan air untuk persiapan bulan kesembilan maka air berikutnya yang kita siapkan menuju Ramadhan adalah air-air spiritual.
"Air-air yang bukan hanya melapangkan dahaga, menghilangkan haus, tapi air yang bisa menumbuhkan nilai-nilai ketaatan, yang bisa menggemburkan kembali, menyuburkan kembali hati-hati yang kering. Karena itulah banyak ayat dalam Al Qur'an yang menyebut tentang air, kata Alma yang mewakili air saja setidaknya disebutkan 63 kali dalam Al Qur'an," tutur Ustadz Adi Hidayat.
Ustadz Adi Hidayat mengatakan, jika tidak dimulai dari bulan Sya'ban, tidak mudah untuk menjalani Ramadhan, karena itu ia mengimbau memanfaatkan bulan Sya'ban untuk mengumpulkan banyak air spiritual, berlatih ibadah, meningkatkan ketaatan sehingga nanti mampu terbiasa saat masuk bulan Ramadhan.
Sehingga itulah rahasia dan makna di balik bulan Sya'ban yakni mampu menumbuhkan nilai-nilai ketaatan paada diri umat muslim.
"Jadi rasulullah mengajarkan kepada kita untuk beradaptasi puasa terlebih dahulu, tingkatkan amal sholeh, cari air spiritual sejak bulan Sya'ban," kata dia.
Sehingga ketika terkumpul semua bekal-bekal spiritual itu, maka siap kita manfaatkan di bulan Ramadhan, siap digunakan untuk bulan Ramadhan.
Nabi Muhammad SAW bahkan pernah disebutkan menunaikan puasa di Sya'ban seutuhnya atau sepenuhnya.
Ada juga yang menafsirkan Nabi SAW kadang-kadang berpuasa, ini menunjukkan kesan memperbanyak latihan, memperbanyak mendekat kepada Allah SWT.
"Semoga dengan itu dapat menghantarkan kesiapan pada bulan Ramadhan untuk membangun ketaatan, mendekatkan kepada Allah SWT dan membakar semua dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat," tukasnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)