Masjid Jannatul Mawa Balangan
Wisata Kalsel : Masjid Jannatul Mawa, Tawarkan Estetika Kubah Miniatur Pesawat
Masjid Jannatul Mawa merupakan peninggalan dari seorang ulama ternama di Kabupaten Balangan, yakni Datu Kandang Haji
Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, PARINGIN - Terlihat lebih megah dari kondisi sebelumnya, begitulah hasil renovasi dari satu masjid tertua di Kabupaten Balangan, yakni Masjid Jannatul Mawa di Desa Buntukarau, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan, Kalsel.
Masjid tersebut merupakan peninggalan dari seorang ulama ternama di Kabupaten Balangan, yakni Datu Kandang Haji yang makamnya kini berada di Desa Telukbayur, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan.
Kaum Masjid Jannatul Mawa, H Rusdi menceritakan perihal sejarah masjid tersebut.
Tidak diketahui pasti tahun pembangunan untuk masjid ini. Namun sejarah beredar, usia masjid sudah mencapai 200 tahun.
Baca juga: Wisata Kalsel, Datu Kandang Haji Bangun Tiga Masjid di Kabupaten Balangan
Baca juga: Kalselpedia, Bentuk Asli Masjid Keramat Pelajau di Kabupaten HST Dipertahankan
Bersama dengan Ketua Pengurus Masjid Janntul Mawa, Syaifullah, H Rusdi juga menceritakan proses pemindahan masjid ini.
Dimana sebelumnya, masjid tersebut berdiri di daerah lain yang dikenal sebagai Kampung Tembok Lama.
"Kalau dulu transportasi atau lintasan di sungai, jadi masjid berada di pinggir sungai dan seiring berjalannya waktu, menyasar ke jalan raya dan akhirnya di pindah ke Desa Buntu Karau ini," ucap Syaifullah menambahkan keterangan Rusdi.
Masjid Jannatul Mawa dikenal dengan keunikan desainnya. Dimana ada tiga petaka yang menjadi desain awal dari masjid tersebut. Bentuknya pun cukup unik karena berbeda dari masjid pada umumnya.
Apabila kebanyakan masjid menggunakan tulisan Allah dan Muhammad untuk kubah yang terpasang, Masjid Jannatul Mawa menempatkan desain pesawat dihias bulan dan bintang pada bagian kubahnya dan dikenal sebagai petaka masjid.
Baca juga: KalselPedia, Masjid Keramat Pelajau di Kabupaten HST yang Berhubungan dengan Kerajaan Demak
Petaka masjid tersebut sejak awal tidak pernah dirubah oleh pengurus. Namun selalu dilakukan perbaikan apabila didapati ada yang rusak.
"Karena ini peninggalan orang jaman bahari, jadi kami tetap menjaga peninggalan mereka," terang Syaifullah. (banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti)