Selebrita

Tak Lagi Tinggal di Rumah Raffi Ahmad dan Nagita, Nisya Ahmad Kini Curhat Biaya Sekolah Anaknya

Nisya Ahmad kini tak lagi tinggal di rumah presenter Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Terungkap curhatnya soal biaya anaknya yang mau sekolah di London

Editor: Murhan
Kolase Tribun Style/Instagram @raffinagita1717
Raffi Ahmad janjikan THR untuk putri Nisya Ahmad. 

"Hal ini sangat penting dalam dunia global sekarang. Mayoritas mahasiswa kami berasal dari Belanda, kami pikir mereka pun bisa belajar banyak dari pelajar internasional," ucap Bos, Rabu (19/10/2016).

Lebih dari itu, perkuliahan di sana juga mengedepankan relevansi antara ilmu pengetahuan dan aplikasinya di dunia kerja. Selama tiga tahun berkuliah, Nadia sering diberikan kasus-kasus nyata oleh dosen di kelas.

"Kadang kami (mahasiswa) diminta mencari solusi dari kasus tersebut," ucapnya.

Mahasiswa internasional datang dari beragam tempat, kampus pun menjadi media memperluas pengetahuan tentang budaya. (M LATIEF/KOMPAS.com)

Relevansi antara ilmu dan penerapan pun kian mantap karena mahasiswa punya kesempatan bekerja di perusahaan di Belanda. Mahasiswa diminta melakukan internship biasa dan magang untuk kebutuhan skripsi.

Dalam skripsinya, ucap Nadia, mahasiswa tingkat akhir memang diwajibkan membahas tantangan yang dihadapi perusahaan tempat mereka magang. Dengan bantuan dosen pembimbing skripsi, mahasiswa itu dituntut pula mencari jawaban atas tantangan tersebut.

"Kami juga ditantang untuk mencari perusahaan tempat magang sendiri," tambah Nadia.

Perlu kerja keras

Tantangan untuk mahasiswa internasional, umumnya sudah dimulai dari perkara bahasa. Paparan materi dari dosen, proses diskusi di ruang kuliah, hingga penggarapan tugas pun memakai bahasa Inggris.

Tantangannya, penggunaan bahasa Inggris untuk kebutuhan kuliah berbeda dengan keperluan perbincangan sehari-hari. Kendala ini, aku Nadia, juga sempat menimpanya pada masa awal perkuliahan.

"Saya sudah terbiasa berbicara bahasa Inggris sebagai alat komunikasi sehari-hari dengan orang lain, tapi bukan untuk kebutuhan akademis," ujarnya.

Nadia bercerita, saat pertama kali masuk ke kelas untuk belajar akuntasi dalam bahasa Inggris, dia tak mengerti sama sekali. Semakin parah, saat itu dia merupakan satu-satunya mahasiswa asal Indonesia di kelas sehingga tak punya teman untuk berdiskusi menggunakan Bahasa Ibu.

"Kalau saya bertanya dalam bahasa Inggris (kepada teman sekelas) sama saja, saya tidak mengerti," kata Nadia.

Padahal, menurut dia, kebanyakan mahasiswa internasional lain memiliki paling sedikit satu teman dari negara sama. Mereka pun dapat berdiskusi dengan bahasa masing-masing. Sempat, hal ini membuat Nadia merasa kesepian.

"Tapi, akhirnya saya memutuskan untuk belajar lebih keras. Saya juga bertekad untuk mengubah diri sendiri. Saya memutuskan untuk menjadi diri yang baru di Saxion," kenang Nadia.

Sumber: TribunStyle.com
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved