Berita Batola
Cerita Pembersih Rotan di Tamba Jaya Kabupaten Barito Kuala, Upah Per Batang Rp 100
Para Pekerja Pembersih rotan di Desa Tamba Jaya, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Batola, Provinsi Kalsel, mendapat upah Rp 100 per batang.
Penulis: Muhammad Tabri | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Jari kedua tangan nampak berkerut dan agak membiru. Namun, tetap tangkas bergerak, menarik dan menggosok batang demi batang Rotan yang masih tertutup lapisan tipis.
Sesekali gelak tawa menyertai, ditengah obrolan ibu-ibu yang berlangsung di sisi anak Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan. Lokasinya berbatasan dengan Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sekilas, begitulah keseharian para Pekerja Pembersih rotan di Desa Tamba Jaya, Kecamatan Kuripan, Kabupaten Batola, Provinsi Kalsel.
Pekerjaan musiman yang mereka sebut mangungkuruk ini telah berlangsung sekitar 30 tahunan, sejak produksi bahan baku Rotan ramai dilakukan di kawasan tersebut.
Diceritakan Galuh, warga Belawang, Kecamatan Palingkau, Kabupaten Kapuas, dirinya sudah mengerjakan pembersihan Rotan dengan berendam di air ini sejak 20 tahun lalu.
Baca juga: Padi Menguning dan Rusak, Petani di Kabupaten Barito Kuala Bingung
Baca juga: Rumah Nyaris Ambruk di Banjarmasin, Bangunan Dua Lantai di Jalan Mahatama Raya Ini Miring
Baca juga: Pemerintah Kabupaten Banjar Minta Kementerian PUPR Selidiki Kegagalan Bangunan Alfamart Gambut
Pekerjaan ini dinilainya untuk mengisi waktu luang, sellain bertani, guna menambah penghasilan keluarga.
"Kerjaan ini musiman. Kalau bos rotan memberitahu ada rotan datang, kami turun untuk mengerjakan pembersihan tahap awal ini," ucap Galuh yang masih dengan topi tanggui di kepala.
Per hari, Galuh mengaku bisa membersihkan 600 hingga 700 batang Rotan dari pagi hingga menjelang sore. Dengan bayaran Rp 100 per batang.
Proses mangungkuruk tidak mudah. Ada dua tahap. Pertama, batang Rotan dimasukkan ke kungkuruk (alat dengan pelat besi tipis melengkung bergagang kayu). Kedua, batangan Rotan digosok dengan spon pembersih arang panci.
"Biasanya kami tidak di Desa Tamba Jaya sini saja. Agak ke hulu arah Sungai Barito ini ada dua sentra pengolahan Rotan lagi, yaitu di Belawang dan Muara Pulau," tutur Galuh.
Baca juga: Bocah 2 Tahun Tenggelam di Tapin Kalsel Ditemukan Meninggal, Jasadnya 15 Meter dari Titik Nol
Baca juga: Serang Dua Orang di Tabalong Kalsel dengan Belati, Pria Alalak Batola Diringkus Petugas Gabungan
Baca juga: Presiden Jokowi Larang Ekspor CPO, Pabrik Minyak Goreng di Kotabaru Kalsel Ini Hentikan Produksi
Selanjutnya, rotan dibersihkan dengan istilah maruntih, yaitu menggilas batang rotan dengan roda kayu yang telah didesain khusus untuk memecah lapisan tipis pada batang rotan hingga ke kulit terakhir.
Untuk maruntih, dilakukan para kaum lelaki karena memerlukan tenaga untuk menarik rotan melewati dua roda runtihan.
"Sehari dapat 400 hingga 500 batang maruntih. Upahnya, Rp 100 per batang," ujar Amang, buruh runtih di sentra rotan Desa Tamba Jaya, Minggu (24/4/2022).
Sama halnya mengangkuruk, maruntih juga terdapat dua tahapan. Selain menggilas dengan roda, batang rotan masing-masing sepanjang empat meter lebih digosok dengan spon pembersih panci.
Sekali menarik saat maruntih, Amang mengaku hanya per lima batang rotan. Ritme tersebut ia jaga agar tidak terlalu menguras tenaga.

"Ya santai saja. Sebenarnya bisa 10 batang dalam sekali menarik. Cuman, bagian perut cepat ketarik dan sakit," ungkap bapak yang sudah paruh baya ini.
(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Tabri)