Selebrita
Curhat Ariel NOAH Susahnya Didik Alleia Bareng Sarah Amalia, Ungkap Pertengkaran Efek Jurusan Kuliah
Meski bercerai, musisi Ariel NOAH dan mantan istrinya, Sarah Amalia tetap kompak mengasuh Alleia Anata Irham. Ini curhat Boril.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Meski bercerai, musisi Ariel NOAH dan mantan istrinya, Sarah Amalia tetap kompak mengasuh Alleia Anata Irham.
Diketahui, Ariel NOAH dan Sarah Amalia menikah pada 30 Januari 2005 di Surabaya.
Kala itu, sekitar tiga tahun pernikahan atau tepatnya pada 14 Februari 2008, Ariel NOAH mengajukan permohonan talak terhadap Sarah Amalia di pengadilan Agama Jakarta Barat.
Proses perceraian keduanya berlangung singkat karena sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak untuk berpisah secara baik-baik.
Baca juga: Fakta Sosok Steven Rumangkang yang Dijodohkan Angelina Sondakh, Pernah Jadi Suami Angel Karamoy
Baca juga: Tiru Didikan Gen Halilintar untuk Ameena, Atta Halilintar Bikin Aurel Ucap Istighfar: Gak Tega Deh
Akhirnya, pada 27 Mei 2008, Ariel NOAH dan Sarah resmi bercerai.
Ariel NOAH dan Sarah diketahui memiliki anak semata wayang bernama Alleia Anata.
Baru-baru ini, Ariel NOAH memuji Sarah Amalia saat mantan kekasih Luna Maya itu berbincang dengan Sean Gelael
Mulanya Ariel NOAH membahas soal hubungannya dengan Alleia.
Ariel NOAH mengaku sedang belajar menyesuaikan diri sebagai seorang ayah yang memiliki putri seorang remaja.
Ia masih memikirkan cara agar tidak terlalu kaku sebagai ayah, tapi juga tidak kelewatan batas berperan sebagai temannya Alleia.
Baca juga: Tepergok Melly Goeslaw, Bukti Celine Evangelista Tergila-gila pada Marshel Kian Menguat: Eh Malu
Baca juga: Nasib Hubungan Ayu Ting Ting dan Ivan Gunawan Efek Hadirnya Dedi Mulya Jadi Sorotan, Ini Pemicunya
"Anak gue tuh sebenarnya, agak susah, gue coba, kadang kan terlalu jadi teman (dengan anak) enggak pas juga. Terlalu jadi bapak enggak asik juga. Jadi mencoba ada di tengah agak susah," ungkap Ariel NOAH di YouTube KUY Entertainment, pada Rabu (11/5/2022), dikutip dari TribunJakarta.com.
Meski begitu, Ariel NOAH bersyukur, karena berkat peran dan didikan Sarah Amalia, Alleia memiliki sifat yang baik hati.
Ariel NOAH memuji kehebatan Sarah Amalia dalam mendidik anak.
"Alea itu, mamanya udah oke sih dari awal ngedidik dia, jadi gue tugasnya enggak terlalu berat. Jadi gue cuma kasih tahu konsekuensi, mimpi," akui Ariel NOAH.
Ariel NOAH lalu bercerita, Alleia memiliki ketertarikan di bidang seni.
Ia menyebut Alleia hobi dan pandai bernyanyi.
Namun, Ariel NOAH ternyata tak menghendaki Alleia menjadi seorang penyanyi seperti dirinya.
Baca juga: Kala Arya Saloka Tak Kembali, Ikatan Cinta Kini Kenalkan Pemain Baru untuk Amanda Manopo Cs
Baca juga: Suara Tangis Kiano Baim Wong Menggelegar di Mall, Paula Dapati Kondisi Kepala sang Anak
"Gue bilang sama dia, kalau suka nyanyi, dijadiin hobi aja enggak usah kerjaan. Sejauh ini dia senang seni, dia bisa nyanyi, tapi dia senang sama fashion, desain baju," pungkas Ariel NOAH.
Perihal cita-cita Alleia, Ariel NOAH punya sedikit cerita menarik.
Ia menjelaskan Alleia kini tengah terlibat sedikit konflik dengan Sarah Amalia.
Hal itu lantaran Sarah Amalia ingin Alleia berkuliah jurusan bisnis, namun remaja tersebut memilih jurusan fashion designer.
"Kemarin itu agak bertengkar sedikit, berselisih pendapat. Jadi mamanya bilang 'mending kuliahnya ambil bisnis aja deh'. (Alea jawab) 'enggak, mau fashion desain'. Itu yang masih sampai sekarang belum selesai," ungkap Ariel NOAH.
Menengahi perselisihan tersebut, Ariel NOAH berusaha bersikap santai.
"Gue bilang 'masih dua tahun lagi kan? Udah tahun depan aja diomongin lagi'," kata Ariel NOAH sambil tertawa.
Sementara itu mendukung minat anaknya dalam bidang fashion, Ariel NOAH beberapa waktu lalu mengajak Alea ke Paris untuk menonton pertunjukkan Fashion Week In Paris.
"Makanya pas acara itu (paris fashion week) (Alea) gue ajak. Sampai di sana dia lebih tahu daripada gue. Gue enggak tahu apa-apa, soal itu sih gue angkat tangan. Gading lebih tahu itu," imbuh Ariel NOAH.
Baca juga: Gerebek Rumah Raffi Ahmad dan Nagita, Ridwan Kamil Malah Dapati Fakta Kondisi Karyawan RANS Kini
Baca juga: Ngaku Suka Dijodohkan dengan Arsy, King Faaz Ungkap Fakta Soal Putri Ashanty dan Anang Hermansyah
Agar Tetap Kompak Sebagai Orangtua Setelah Bercerai
Salah satu efek terberat perceraian orangtua akan dirasakan oleh anak. Itu sebabnya kini banyak yang berusaha menjaga hubungan baik dengan mantan suami atau istri demi pengasuhan anak.
Istilah tersebut dinamakan dengan "keluarga binuklir", yakni orangtua yang tinggal di rumah terpisah namun masih satu keluarga.
Menurut terapis keluarga dan profesor emerita di University of Southern California, Constance Ahrons yang menciptakan istilah tersebut, dalam keluarga semacam itu anak-anak diasuh oleh dua pasang orangtua.
Diharapkan tumbuh kembang anak tidak terganggu dengan pola asuh semacam ini dibandingkan dengan mereka yang bermusuhan, bahkan berebut hak asuh anak.
Demi anak, orangtua bisa mengusahakan perceraian yang "membahagiakan". Untuk mencapainya, diperlukan syarat berikut ini:
1. Bedakan masalah pasangan dengan pengasuhan
Ketika kamu menikah dan punya anak, maka kamu punya dua peran: sebagai pasangan dan orangtua. Sehingga setelah bercerai kita pun harus membuat perbedaan peran, terutama ketika akan berdiskusi dengan mantan tentang kepentingan anak.
Ahrons mengatakan, sering terjadi ketika awalnya membahas anak lalu berakhir dengan pertengkaran tentang sesuatu di pernikahan mereka. Dibutuhkan kerja keras untuk menghindarinya.
"Orangtua seharusnya menentukan apa yang akan dibahas saat itu, misalnya tentang anak, untuk menjaga percakapan tidak melebar ke mana-mana," katanya.
Membagi dua isu tersebut juga menjaga anak terlindungi dari masalah pasangan. Yang sering terjadi anak dilibatkan dalam pertengkaran tersebut.
Dalam survei yang dilakukan Popsugar terhadap 70 pembaca yang orangtuanya bercerai, banyak yang berharap mereka tak mengetahui perdebatan orangtuanya.
"Tak peduli berapa pun usia anak, mereka punya hak untuk tidak terlibat dalam perselisihan orangtua," kata Diana M. Adams, seorang pengacara yang menangani persetujuan hak asuh anak dan membantu sejumlah keluarga melalui perceraian kolaboratif.
Ketika menghadapi perceraian, carilah orang dewasa lain, bukan curhat ke anak, untuk membicarakan mengenai mantan pasangan.
2. Membuat persetujuan
Langkah selanjutnya adalah membuat semacam persetujuan dan aturan untuk bekerjasama mengurus anak-anak. Persetujuan tersebut membuat kedua belah pihak terikat.
Ahrons mengatakan, ketika pasangan suami istri bercerai, mereka idealnya mengatur segala detail. Misalnya, membagi kapan anak akan tinggal bersama masing-masing orangtuanya dan menanggung biaya kebutuhan anak.
"Selama proses perceraian, penting untuk memikirkan tentang pengambilan keputusan ke depan terkait hal-hal penting anak dan bagaimana kedua belah pihak bisa menyelesaikan masalah tanpa harus kembali ke pengadilan," ujar Adams, yang juga menyusun dokumen legal untuk banyak pasangan.
3. Berbagi hak asuh anak
Anak yang orangtuanya bercerai dan tidak berbagi hak asuh cenderung lebih marah dengan perceraian orangtuanya dan kurang bahagia.
Rumah orangtua yang mendapat hak asuh resmi bisa menjadi rumah utama anak, sementara rumah orangtua lainnya bisa dikunjungi kerika akhir pekan atau sesekali ketika akan makan malam bersama.
4. Pertimbangan kebutuhan anak sesuai usia
Cara lainnya agar anak lebih mudah menerima perceraian orangtua adalah tetap memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan usia. Misalnya, hingga usia anak 3 tahun biasanya anak tidak ingat bahwa kedua orangtuanya itu pernah bersama jadi mereka mudah beradaptasi.
Namun, jika usia anak sedikit lebih dewasa, menghadapi perceraian orangtua cenderung lebih sulit bagi mereka.
Pada survei pembaca Popsugar, responden di bawah usia 13 tahun cenderung lebih marah pada perceraian kedua orangtuanya ketimbang responden remaja atau dewasa muda.
Anak-anak remaja juga menghadapi tantangan unik. Ahrons mengatakan, remaja saat ini cenderung fokus pada diri mereka sendiri dan lebih narsis. Sehingga ketika orangtua mereka datang dan mengacaukannya, mereka akan sangat marah.
Menurut Ahrons, perceraian ketika anak memasuki masa transisi, seperti saat akan memasuki bangku kuliah, sebaiknya dihindari. Sebab anak cenderung berpikir apakah orangtuanya selama ini bersandiwara karena ia melihat mereka baik-baik saja.
5. Pertimbangkan ketika akan memperkenalkan pasangan baru
Sebaiknya tunggu setidaknya enam bulan hingga satu tahun sebelum memperkenalkan anak pada siapapun. Sebab, kondisi tersebut akan membuat anak merasa kehilangan terlalu cepat.
Selain itu, ketika akan memperkenalkan pasangan baru, pastikan kamu memberitahu mantan pasangan tentang rencana tersebut.
"Salah satu sumber rasa sakit dan instabilitas pada anak dari perceraian orangtua adalah ketika mereka harus membuka pintu untuk pasangan baru orangtua mereka," kata Adams.
Menurut survei, mereka yang punya hubungan positif dengan orangtua tirinya telah menjalani pendekatan perlahan di awal. Orangtua yang menghormati kebutuhan anak, dengan tetap menjaga hal-hal terkait mantan pasangannya, cenderung mendapatkan persetujuan anak untuk pasangan baru.
6. Atasi dengan baik perceraian karena perselingkuhan
Menjaga hubungan baru adalah hal sulit, namun akan jauh lebih menantang jika pernikahan berakhir karena adanya perselingkuhan. Biasanya pengasuhan bersama juga akan lebih sulit.
"Mereka mungkin merasakan rasa marah, dendam dan terhina ketika harus melalui perceraian tersebut dan membuat keputusan bersama tentang pembagian sumber finansial atau jadwal kunjungan," kata Adams.
Situasi ini akan sangat menyakitkan untuk pihak yang dikhianati. Namun, karena mereka masih perlu menjalani perceraian kolaboratif, lebih baik mereka menyimpan amarah dan dendam agar tidak timbul rasa sakit lebih atau trauma.
7. Jangan bertengkar setiap kali bertemu
Ketika sudah bercerai, biasanya akan ada saja potensi konflik bersama mantan pasangan. Situasi itu akan membuat anak kesal.
Jadi, alih-alih menunjukkan pertengkaran, lebih baik menghindari interaksi langsung. Misalnya, membagi tugas mengantar-jemput anak (satu orangtua mengantar dan satu lagi menjemput).
"Anak-anak tak perlu orangtuanya menjadi sahabat. Tapi mereka tidak mau merasa takut tentang apa yang terjadi ketika kalian bertemu," kata Ahrons.
8. Jangan menyimpan masalah di bawah permukaan
Bahkan pada pernikahan tanpa drama sekalipun, perceraian bisa membawa masalah tak terlihat. Terutama jika ada masalah komunikasi sebelumnya.
Pada tipe pernikahan seperti itu, masalah di bawah permukaan seringkali memicu amarah yang lebih besar ketika perceraian. Misalnya saja perbedaan pandangan tentang uang, masalah asuh anak, atau keseimbangan kerja dan rumah.
Mantan pasangan yang menghadapi masalah ini seringkali menjadi lebih tidak stabil setelah perceraian dilakukan. Bahkan ketika masalah utama telah diselesaikan atau diputuskan, amarah masih bisa tersisa.
Namun, alih-alih berpura-pura segala hal baik-baik saja, orangtua sebaiknya memperbolehkan anak-anak menghadiri sesi terapi untuk membicarakan masalah mereka sehingga mereka pun bisa menghadapi situasi sulit tersebut.
9. Jangan mengubah mantan pasangan
Kunci dari perceraian yang bahagia adalah menerima mantan pasangan sebagaimana diri mereka.
"Lihatlah mantan pasangan sebagaimana anak-anak melihatnya," kata Hayes, yang bercerai dengan dua anak.
Ini akan mencegah orangtua untuk berbicara negatif tentang satu sama lain. Hayes bahkan sebisa mungkin mencoba menyampaikan hal-hal baik tentang mantan suaminya kepada anak-anak mereka.
Ketika ia tak lagi mencintai sang mantan suami dalam konteks tradisional, tetap ada hubungan unik antara keduanya.
"Dia adalah ayah dari anak-anakku dan kami sudah melalui semuanya bersama. Dia menjadi cinta dalam hidupku untuk 15 tahun dan akan selamanya ada di hidupku, jadi aku harus menerima kondisi saat ini," kata Hayes.
10. Jangan tempatkan diri di situasi tidak aman
Terkadang, perceraian bahagia artinya adalah membuat batasan. Jika ketika masih menikah Anda adalah pasangan yang banyak konflik, jangan diulangi setelah bercerai.
Dalam banyak kasus, tak masalah untuk tidak memprioritaskan hubungan dengan mantan pasangan. Misalnya, ketika mantan pasangan sering bersikap kasar, sebaiknya menjauh.
Menjadikan masa setelah perceraian menjadi masa bahagia anak
Proses perceraian kolaboratif mempertimbangkan kebutuhan di masa depan pada keluarga binuklir. Ini diharapkan mampu memberikan situasi yang lebih baik pada anak meskipun orangtua tidak lagi bersama.
Orangtua pada umumnya ingin anak-anak mereka hidup bahagia dan memiliki masa depan yang bahagia ketika dewasa.
Terlepas dari tantangannya, menjaga hubungan keluarga tetap baik setelah pernikahan adalah hal yang memungkinkan. Misalnya, duduk bersama mantan pasangan ketika menyaksikan anak mengikuti lomba sepakbola.
Baca juga: Karyawan Raffi Ahmad dan Nagita Akhirnya Bongkar Kisah Sedih Bekerja di RANS, Ini Perlakuan sang Bos
Baca juga: Sepatu yang Dipakai Syahrini Mejeng di Singapura Disorot, Istri Reino Kenang Jambul Khatulistiwa
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post
Artikel ini telah tayang di Grid.id dengan judul: Ariel NOAH Mendadak Puji Sarah Amalia yang Diceraikannya 14 Tahun Lalu, Mantan Luna Maya Singgung Cara Mendidik Anak: Gue Tugasnya Enggak Terlalu Berat
