Berita Batola

Kapasitas TPA Tabing Rimbah Batola Sudah Tak Mumpuni, Kirim ke Banjarbaru Biaya Membengkak

Kapasitas TPA Tabing Rimbah, Mandastana, Batola sudah tidak ideal dengan tumpukan sampah yang menggunung

Penulis: Muhammad Tabri | Editor: M.Risman Noor
banjarmasinpost.co.id
Tumpukan sampah setinggi 12 meter di TPA Tabing Rimbah yang sudah terbilang kurang ideal untuk pengelolaan, hingga diperlukan penambahan sel penampungan baru 

"Setelah langkah ini rampung berikutnya akan diajukan ke Kementerian melalui Balai Pelaksana Wilayah," terang Supardi.

Tumpukan sampah setinggi 12 meter di TPA Tabing Rimbah yang sudah terbilang kurang ideal untuk pengelolaan, hingga diperlukan penambahan sel penampungan baru, Minggu (21/8/2022).
Tumpukan sampah setinggi 12 meter di TPA Tabing Rimbah yang sudah terbilang kurang ideal untuk pengelolaan, hingga diperlukan penambahan sel penampungan baru, Minggu (21/8/2022). (banjarmasinpost.co.id)

Terkait melimpahnya produksi sampah di Batola dari pantauan yang ada di TPA Tabing Rimbah dikarenakan masyarakat tidak begitu jeli dalam memilahnya.

Pengalaman ini dituturkan Muh, petugas yang bekerja di kawasan TPA Tabing Rimbah saat dijumpai reporter Bpost, Minggu (21/8) pagi.

"Nampaknya pengelolaan sampah rumah tangga masih kurang selektif dan tidak dipilah. Semua dibuang dan akhirnya mempercepat penumpukan," ujar Muh.

Warga asal Karawang Jawa Barat ini pun mengatakan, dari ribuan ton sampah yang ia sortir selama ini, masih banyak sampah yang bernilai ekonomis dan dibuang begitu saja.

Menurut Muh, seharusnya sampah telah dipilah sebelum dibuang, termasuk sampah organik yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alami. Sehingga volumenya berkurang dan tidak sebanyak yang biasa diangkut.

Di samping itu, ia juga menyayangkan produksi sampah berupa plastik yang mendominasi, selain tidak dihargai untuk diuangkan, sampah yang satu ini sukar terurai bahkan dengan waktu yang lama.

Terpisah, diungkapkan Mety Monita, Kabid Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup Batola, hingga saat ini
Produksi sampah di Batola keseluran mencapai 80 per hari. Sedangkan yang terkelola hanya sekitar 30 hingga 40 ton, dengan pengangkutan dari 12 kecamatan.

"Sejauh ini hanya 30 sampai 40 ton itu yang terkelola, karena kita keterbatasan armada dan petugas di lapangan," ujar Mety.

Ia pun membeberkan, penyumbang sampah terbanyak masih didominasi dari Kecamatan Alalak, terutama kawasan Handil Bakti. Ia pun memberikan gambaran, dari 30 ton sampah yang diangkut, 20 ton berasal dari Kecamatan Alalak.

Hal ini dinilai sepadan dengan padatnya penduduk yang ada di perbatasan Banjarmasin ini, belum lagi ditambah pengoperasian rumah makan dan lainnya.

"Jadi untuk Kecamatan Alalak, delapan dari 14 armada truk itu fokus pengangkutannya dari sana, sisanya banyu menyebar di 11 kecamatan," ucapnya.

Menyikapi kondisi ini Mety pun berharap, selain armada pengangkut, petugas kebersihan juga idealnya ditambah. Karena jelas pengelolaan sampah masih belum maksimal, meskipun harus menyesuaikan lagi dengan anggaran yang ada. (banjarmasinpost.co.id/muhammad tabri)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved