Selebrita

Dianggap Bulan Sial dan Kemalangan, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Keutamaan dan Hikmah Safar

Ustadz Adi Hidayat menjelaskan keutamaan dan hikmah bulan safar. Bulan ini dipenuhui banyak mitos terkait kesialan dan kemalangan.

Penulis: Mariana | Editor: Murhan
Youtube Adi Hidayat Official
Ustadz Adi Hidayat beri penjelasan soal Bulan Safar. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Hitungan hari memasuki bulan kedua kalender Islam, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan keutamaan dan hikmah Bulan Safar.

Pendakwah Ustadz Adi Hidayat juga menerangkan asal muasal penamaan bulan Safar dalam kalender Islam.

Tak hanya itu, penceramah yang disapa UAH mengungkapkan keterkaitan nama Safar dengan bulan pertama Muharram.

Di tahun ini bulan Safar 1444 Hijriyah dimulai bertepatan pada Senin (29/8/2022).

Baca juga: Amalan Khusus di hari Jumat, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Kemuliaannya

Banyak kabar beredar bulan Safar membawa sial bagi umat Islam, lantas apakah keutamaan dan hikmahnya?

Ustadz Adi Hidayat menuturkan safar berarti dua makna kosong dan menguning.

"Dulu di zaman jahiliyah kenapa dinamakan bulan safar, karena di bulan kedua ini orang-orang pergi merantau, ada yang pergi ke Syam, Syiria untuk berdagang, termasuk Nabi Muhammad SAW pernah pergi ke Syam," jelas Ustadz Adi Hidayat dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Mirza ra.

Ia melanjutkan, karena orang-orang beranjak dari Mekkah seakan Mekkah banyak yang meninggalkan dan menjadi tempat yang kosong.

Alasan penduduk Mekkah pergi keluar adalah untuk mencari emas ketika kembali yang berwarna kekuning-kekuningan, itulah kemudian bulan ini dinamakan bulan Safar.

"Ketika masa Islam nama ini dipertahankan setelah Al-Muharram yakni Safar, sebab untuk memberikan keterikaitan makna dengan yang pertama," paparnya.

Sebagaimana diketahui, di bulan Muharram adalah momentum hijrah meninggalkan segala sesuatu keburukan, maka yang haram sudah tidak ada tempat dalam diri.

"Anda tinggalkan dusta, yang buruk di mata, buruk di lisan, buruk di tangan dan kaki, kalau sudah tidak ada tempat untuk yang haram maka akan memunculkan hal-hal yang menyenangkan dan baik-baik dalam hidup," urai Ustadz Adi Hidayat.

Kalau yang haram sudah ditinggalkan maka yang baik-baik akan muncul, hal ini memicu kaum muslim hanya suka melihat dan melakukan yang baik dan halal dari Allah itu pertanda ada kebaikan dalam diri.

Dalam membersihkan hati dan pikiran yang carut-marut, maka hendaknya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pendekatan diri kepada Sang Pencipta di antaranya meningkatkan amal ibadah dan bertaubat kepada Allah SWT.

Ustadz Adi Hidayat menerangkan cara membersihkan hati dan pikiran sekaligus meluruskan niat, setidaknya ada lima hal yang dapat diterapkan dan dicontohkan kepada anak-cucu.

"Yang pertama banyak membaca dan mengkaji Alquran, fungsi membaca dan memahami bacaan Quran salah satunya membersihkan penyakit di dalam jiwa kita," jelas pendakwah yang karib disapa UAH dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Ingat Akhirat.

Selain obat fisik ada obat jiwa, yang memang sudah tidak bisa ditangani oleh makhluk, ini disebut puncak segala penawar dinamakan dengan Syifa.

Alquran adalah penghilang penyakit-penyakit di dalam jiwa sekaligus mampu menyembuhkan penyakit fisik yang sudah tidak bisa ditangani obat.

Dalil Alquran adalah obat atau penawar penyakit hati ialah Surat Al-Isra Ayat 82

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Arab-Latin: Wa nunazzilu minal-qur`āni mā huwa syifā`uw wa raḥmatul lil-mu`minīna wa lā yazīduẓ-ẓālimīna illā khasārā

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

"Di antara ayat-ayat Quran, yang sering dibaca, dipahami dengan baik, dan diamalkan kandungannya maka jadi penawar bagi penyakit-penyakit jiwa, yang sering meresap ke dalam diri," terangnya.

Sekaligus menjadi rahmat atas setiap aktivitas yang dijalani sehari-hari. Orang yang hafal Quran rata-rata sulit lupa karena ingatannya terbuka.

Ada tiga amalan yang sifatnya unik dan pahalnya besar, ibadah yang dilakukan tidak melahirkan rasa bosan, tapi cepat mendatangkan rasa kantuk adalah baca Quran.

"Yang kedua, satu amalan yang dilakukan saat bersamaan mengingat suatu yang lupa sekaligus melupan sesuatu yang diingat, yakni shalat, saat bertakbir seharusnya ingat jumlah rakaat, namun bisa lupa dan di saat bersamaan bisa mengingat sesuatu yang lupa misalnya lupa menaruh kunci jadi ingat kembali," urainya.

Dan yang ketiga, amalan yang semuanya bagus bila dilakuan merekatkan yang renggang sekaligus merenggangkan sesuatu yang rekat, adalah nikah.

Selanjutnya adalah memperbanyak shalat malam, misalnya Tahajud, untuk mebersihkan jiwa dan pikiran.

Dalilnya Surah Al-Muzammil ayat ke-6

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Arab-Latin: Inna nāsyi`atal-laili hiya asyaddu waṭ`aw wa aqwamu qīlā

Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.

Berikutnya yang dapat diamalkan yakni memperbanyak puasa. Di antara fungsi puasa adalah memperbaiki perilaku yang tidak baik, dan membersihkan penyakit jiwa yang buruk.

Lalu memperbanyak istighfar dan bertaqorub kepada Allah SWT, khusunya di pnghujung malam menjelang waktu fajar atau disebut sahar.

Dan yang terakhir, memilih teman yang baik dan berkumpul dengan orang-orang shaleh.

Simak video selengkapnya: KLIK

Mitos Bulan Safar dalam Islam

Dalam khazanah Islam, bulan yang termasuk banyak peristiwa bersejarah terjadi adalah Safar. Safar adalah bulan kedua setelah bulan Muharram pada sistem penanggalan Hijriyah.

Meskipun Safar dikenal sebagai bulan keislaman, namun tak jarang terdapat berbagai kalangan yang salah dalam memaknai bulan tersebut. Bahkan terdapat anggapan bahwa Safar, dapat mendatangkan suatu kesialan.

Masyarakat Arab jahiliyyah dulu, mempercayai Safar sebagai bulan penuh kesialan, kemalangan dan hal-hal buruk lainnya.

Mereka percaya bahwa pada bulan tersebut, akan datang berbagai kemalangan yang dapat menimpa siapa saja. Kepercayaan tersebut bahkan tetap ada sampai masa Rasulullah SAW.

Safar sendiri dalam bahasa Arab berarti “kosong”, makna ini merujuk pada kebiasaan masyarakat Arab dulu yang terbiasa berpergian meninggalkan rumah untuk mengumpulkan makanan ataupun untuk keperluan perang.

Akan tetapi sebagian orang Arab dulu mengartikan Safar juga sebagai sejenis penyakit dalam perut, berbentuk ulat besar yang mematikan. Karena kepercayaan itu pulalah orang Arab dulu menganggap Safar sebagai bulan sial atau bulan nahas.

Melansir situs MUI yang mengutip dari buku karangan H A Zahri berjudul “Pokok-Pokok Akidah yang Benar”, kepercayaan bahwa Safar mendatangkan kesialan dapat disebut juga sebagai jenis khurafat atau mitos.

Yakni secara bahasa artinya cerita bohong dan secara istilah khurafat berarti cerita rekaan atau khayalan. Kepercayaan tersebut bahkan dibantah langsung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang berbunyi:

“Tidak ada kesialan karena ‘adwa (keyakinan adanya penularan penyakit), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada hammah (keyakinan jahiliyah tentang rengkarnasi) dan tidak pula Safar (menganggap bulan Safar sebagai bulan haram atau keramat).” (HR Bukhari)

Muhammad Khoirul Huda dalam bukunya Ilmu Matan Hadis, menyitir Abu ‘Ubaid bahwa melalui hadits di atas, Rasulullah SAW sedang berupaya mengkritik keyakinan khurafat kaum jahiliyyah.

Yaitu keyakinan bahwa kesialan, keburukan nasib, dan mara bahaya disebabkan sesuatu di luar takdir Allah seperti karena pengaruh hama/wabah (‘adwa), maupun musim atau waktu tertentu seperti Safar.

Kepercayaan semacam itu bukanlah bagian dari ciri orang beriman, yakni orang yang memahami bahwa segala rahasia dari peristiwa-peristiwa itu hanya ada dalam genggaman Allah SWT, dan tidaklah suatu peristiwa itu terjadi melainkan karena rencana-Nya.

Bukanlah keyakinan seorang mukmin pula untuk membenci Safar, ataupun enggan menyambutnya, ataupun menahan diri dari urusan hidup seperti pada hari-hari dan bulan lain biasanya.

(Banjarmasinpost.co.id/Mariana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved