Selebrita
Kondisi Ruben Onsu Setelah Dihimpit Dua Penyakit Ini, Diminta Segera Dokter Yang Lain di Singapura
Demi bisa kembali pulih dan membaik lagi, Ruben Onsu suami Sarwend diharuskan terbang ke Singapura. Ayah sambung Betrand Peto sedih.
BANJARAMASINPOST.CO.ID- Ruben Onsu, suami Sarwendah, menderita dua penyakit sekaligus empty sella syndrome dan penyempitan sumsum tulang belakang.
Ayah sambung Betrand Peto ini harus rutin melakukan cek darah untuk mengetahui kondisi sakit parahnya itu.
Dan kini kondisi Ruben Onsu masih dalam proses pemulihan sehingga diharpkan kesehatannya membaiik.
Ruben Onsu pun kini harus mendapatkan perawatan intensif.
Baca juga: Permintaan Tak Terduga Paula Verhoeven untuk Kado Ultah dari Baim Wong, Ayah Kiano Sempat Bingung
Baca juga: Paras Putra Nassar yang Kini Diasuh Muzdalifah Ramai Dibandingkan, Efek Falhan Mulai Tumbuh Remaja
Bahkan saat ini Ruben Onsu dikabarkan harus melakukan rujukan ke dokter lain di Singapura.
Ruben Onsu membeberkan kondisi fisiknya yang tengah menjalani pemulihan, Ia diharuskan melakukan rujukan lagi ke dokter yang berbeda di Singapura.
Demi bisa kembali pulih dan membaik lagi, Ruben Onsu diharuskan terbang ke Singapura.
"Hasil terbaru saya harus ada satu ke dokter yang lain di Singapura," ujar Ruben Onsu dikutip Sripoku.com dari kanal YouTube Indonosiar, Kamis (22/9/2022).
Hal itu menjadi keputusan dokter Singapura lantaran melihat hasil check up darah Ruben Onsu.
"Harus rujukan lagi ke dokter dari hasil cek darah," jelasnya.
Selama proses pemulihan, Ruben Onsu masih terus melakukan aktivtas.
Kendati begitu, Ia tetap menjalankan proses pemulihan dengan dokter Singapura.
"Baru kemarin tektokan, kirim hasil cek darah, dokter disana minta update keadaan darahnya," ungkapnya.
Baca juga: Paras Putra Nassar yang Kini Diasuh Muzdalifah Ramai Dibandingkan, Efek Falhan Mulai Tumbuh Remaja
Baca juga: Titik Terendah Saat Hidup Bareng Enji Baskoro Dibongkar Ayu Ting Ting, Bilqis Jelas Kena Imbasnya

Tak hanya menderita empty sella syndrome, Ruben Onsu juga divonis mengidap penyempitan sumsum tulang belakang.
Sehingga Ia harus rutin melakukan cek darah untuk mengetahui kondisi sakit parahnya itu.
Hal itu menjadi kewajiban Ruben Onsu untuk bisa kembali pulih dan membaik lagi.
"Jadi ada tahap berikutnya, minimal pantauan dari dokter itu penting, minimal membaik gitu," ucapnya.
Diharuskan rutin cek darah ternyata membuat Ruben Onsu merasakn trauma yang serius.
Ia mengaku kerap takut dan khawatir saat kondisi darahnya di cek.
Pasalnya tak hanya satu kantong, darah Ruben Onsu harus diambil 15 kantong.
"Cuma yang paling deg-degan itu ketika diminta check up, sekali diambil darahnya itu 15 botol," jelasnya.
Lantas hal itu membuat Ruben Onsu trauma karena darah yang diambil dalam jumlah banyak.
"Jadi saya trauma juga, hah diambil 15, berkurang lagi darah gue, jadi ada rasa khawatir," lanjutnya.
Ruben Onsu mengungkapkan darah yang diambil harus secara rutin setiap satu bulan sekali.
Namun, jika kondisinya memburuk, Ia diharuskan untuk pengambilan darah per dua minggu.
"Kalau ke dokter itu sebulan sekali tu pasti ambil darah," jelasnya.
"Kecuali ketika hasilnya kurang bagus, paling dokter minta lebih cepat lagi, di dua minggu," tambahnya.
Hal itu dilakukan Ruben Onsu untuk bisa kembali sehat dan sembuh dari sakit yang diderita.
Pengaruh Sugesti pada Manjur Tidaknya
Apa yang kita tanamkan pada alam bawah sadar atau biasa disebut sugesti, ikut memengaruhi pada manjur tidaknya obat yang diminum.
Ada sebagian pasien yang merasa lebih baik setelah minum obat tertentu meski sebenarnya obat tersebut tidak bekerja. Kondisi itu disebut juga dengan "efek plasebo".
Sebaliknya, ada juga pasien yang mengalami gejala-gejala dan efek samping obat hanya karena mereka diberitahu akan kemungkinan efek samping obat. Hal ini disebut "efek nocebo".
Karena itulah para petugas kesehatan disarankan untuk memilih kata-kata dengan tepat saat berbicara dengan pasien.
"Ini bukan hanya karena kekuatan kata negatif yang dipakai dokter dan perawat, tapi juga kekuatan pikiran negatif dan ketakutan pasien," kata Dr.Winfried Hauser, kandidat profesor bidang pengobatan psikosomatk dari Jerman.
Hauser meneliti tentang "efek nocebo" itu dengan melibatkan 50 pasien yang menderita nyeri punggung. Secara random mereka dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberitahu bahwa tes peregangan yang akan dilakukan bisa meningkatkan rasa nyeri punggung mereka.
Sementara itu kelompok kedua diberitahu bahwa tes yang akan dilakukan tidak ada efek sampingnya. Ternyata kelompok yang diberitahu tentang efek samping mengeluhkan rasa nyeri dan hasil tesnya kurang baik.
Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang mengira mereka diberi obat yang punya efek samping, meski sebenarnya tidak ada, merasakan efek samping itu.
Pasien sangat mudah menerima sugesti negatif, terutama pasien dalam kondisi yang agak berat seperti pasien yang akan operasi, sakit parah, atau korban kecelakaan.
"Orang yang berada dalam situasi ekstrem biasanya berada dalam kondisi trance natural sehingga sangat mudah disugesti," tulis para peneliti dalam jurnal Deutsches Arzteblatt International.
Untuk itulah para petugas kesehatan diminta lebih berhati-hati dalam memilih kalimat saat menyampaikan suatu kondisi kepada pasiennya. Selain itu Hauser berpendapat bahwa pasien mungkin tidak membutuhkan informasi terlalu banyak tentang hal negatif yang mungkin terjadi.
"Sebaiknya jumlah informasi negatif dikurangi," katanya.
Akan tetapi hal itu dikhawatirkan melawan etika kedokteran. "Jika dokter tidak menjelaskan tentang efek samping, bisa dianggap tidak transparan dan tidak etik," kata Ted Kaptchuk, dari Harvard Medical School menanggapi hasil penelitian ini.
Hauser mengatakan bahwa pasien sendiri seharusnya juga mewaspadai adanya efek nocebo ini dan menyugesti diri sendiri secara positif. "Jika Anda memutuskan untuk menjalani suatu terapi pengobatan, yakinkan diri bahwa ini akan berhasil," katanya
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post
Artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Harus ke Dokter, Ruben Onsu Beberkan Kondisinya Saat Ini, Hasil Cek Darah Jadi Pemicu : Deg-degan,