PT PLN Persero UID KSKT
Berkah Kerajinan Purun, IKM Binaan PLN Lesatkan Omset hingga 50 Persen
Manajemen PT PLN Persero UID KSKT beri memfasilitasi pelatihan kepada perajin di Kampung Purun Banjarbaru dan pendampingan pemasaran online.
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Purun adalah sejenis rumput anggota famili teki-tekian (Cyperaceae), tumbuhan Purun tumbuh liar di rawa-rawa dan yang sering dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman.
Masyarakat di lahan gambut Kalimantan Selatan telah menggunakan purun sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan dengan produk yang dihasilkan antara lain tas, bakul, tikar, topi, keranjang, dan lain sebagainya.
Kampung Purun yang berada di Kota Banjarbaru memiliki potensi alam berupa tumbuhan purun yang sangat melimpah.
Masyarakat sekitar mampu memabfaakan rumput liar itu menjadi produk bernilai ekonomi.
Bahkan, sebagai produk khas daerah yang bisa menembus sektor pariwisata nasional hingga mancanegara, jika dikelola dengan baik.

Hal ini sejalan dengan komitmen PLN Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (UID Kalselteng) terhadap pembangunan berkelanjutan dengan memberikan manfaat pada ekonomi, sosial, lingkungan.
Perusaahaan melalui Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), hadir untuk mendukung program pemerintah.
Utamanya, memberikan ruang bagi kaum perempuan guna mendapatkan pekerjaan yang dapat memberi dampak peningkatan ekonomi dan kesejahteraan, melalui Program TJSL Pengembangan Kampung Purun.
Salah satu Ketua Kelompok perajin di Kampung Purun Al Firdaus, Siti Mariana, menceritakan, pendampingan yang diberikan PLN dimulai sejak 2019.
Mulai dari pengadaan peralatan, sebutnya, hingga memfasilitasi pelatihan kreasi olahan purun.
Imbasnya, perajin di Kampung Purun berhasil mengembangkan usahanya dengan memproduksi tas kekininan, sandal, kotak hantaran dan lain sebagainya.
"Pendampingan PLN sangat terasa terutama dari sisi manajemen usaha. Branding produk-produk kami lebih kuat, makin ragam kreasi bisa bikin tas kekinian yang disukai anak-anak muda juga dan bisa dibawa jalan-jalan," cerita Siti sambil semringah.
Dia juga mengungkapkan, Kelompok Perajin Al Firdaus berhasil mencatatkan pendapatan bersih di angka Rp 10 jutaan per bulan.
Namun di masa pandemi Covid-19 tahun 2020, omset penjualan terjun bebas. Awalnya bisa menjual 2.000 pcs per bulan, hanya dapat menjual separuhnya dengan pendapatan turun di angka rata-rata Rp 4 juta per bulan.
“Pada 2020, pemasaran kami menurun karena adanya Covid-19. Biasanya per bulan bisa jual 2.000 pcs, menurun menjadi 1.000 pcs,” ujar Siti.