Selebrita
Raffi Ahmad Kuak Pemicu Sakit Indra Bekti, Ayah Rafathar: Keplitek
Raffi Ahmad bicara soal sakit yang dialami Indra Bekti. Raffi Ahmad akhirnya bicara soal sakit yang dialami Indra Bekti. ayah Rafathar jaga kesehatan.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Presenter Raffi Ahmad akhirnya bicara soal sakit yang dialami Indra Bekti.
Raffi Ahmad akhirnya bicara soal sakit yang dialami Indra Bekti. atas penyakit yang diderita Indra Bekti itu.
Kini, ayah Rafathar itu pun mulai menjaga kesehatannya meski jadwal syuting padat.
Seperti diketahui, Indra Bekti jalani perawatan intensif di rumah sakit karena mengalami pendarahan otak.
Manajernya belum lama ini mengungkapkan bahwa Indra Bekti adalah pekerja keras atau workaholic sehingga menjadi satu di antara penyebab dia kelelahan.
Berkaca pada hal itu, Raffi yang dikenal gila kerja pun takut hal buruk juga terjadi pada kesehatannya.
Baca juga: Ini Sosok Ahmad Surjahaminata Kakek Raffi Ahmad, Jenderal Polisi yang Jadi Suami Mami Popon
Ditambah umurnya yang saat ini sudah tidak muda lagi.
Kini ia berusaha untuk menyeimbangkan waktu bekerja dan istirahat.
"Ya pastinya (dijadikan pelajaran). Pastilah kalau teman-teman pekerja keras memang risikonya itu kan kesehatan," kata Raffi Ahmad ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/1/2023).
"Makanya kesehatannya harus diseimbangkan dengan apa yang kita kerjakan sehari-hari, makanan, banyak istirahat, dan lain-lain," lanjutnya.
Saat ini Raffi menyebut lebih memprioritaskan kesehatannya, walaupun jadwal syuting sangat padat.
"Sekarang aku juga udah mau di atas 35 nih jadi seenggaknya tidurnya harus dijaga, makanan juga aku udah mulai diatur porsinya. Karena kan udah nggak muda kayak dulu lagi," ujar Raffi Ahmad.
"Kayak misalnya jatuh keplitek aja udah dua minggu sembuhnya. Jadi kesehatan harus dijaga," ungkapnya lagi.
Sebelumnya, Roy selaku manajer Indra Bekti mengatakan sang artis mengalami pendarahan otak.
Terkait ini, rupanya Indra Bekti sudah mengeluh kesakitan sejak satu minggu terakhir.
"Memang dalam obrolan beberapa hari ini, seminggu ini mengeluh pusing. 'Roy pusing Roy', ada pusing. Dia sempat tensi, tensinya gitu," kata Roy saat dikonfirmasi, belum lama ini.
Walaupun sakit, Indra Bekti masih tetap semangat untuk memaksakan bekerja dan seolah-olah tidak menderita sakit apapun.
"Cuma dia kan loyal terhadap pekerjaan. Jadi, enggak mau izin, tetap kerja padahal mungkin butuh istirahat kali ya," ucap Roy.
Roy pribadi menyayangkan kenapa Indra Bekti memaksakan diri bekerja dalam kondisi sakit.
Masih Berduka
Para sahabat terkejut ketika mendengar kabar Indra Bekti dilarikan ke rumah sakit karena alami pendarahan otak. Raffi Ahmad satu di antaranya.
Namun suami Nagita Slavina itu belum sempat untuk menjenguk Indra Bekti.
"Aku juga nggak tahu Bekti terakhir bagaimana. Kaget aja tiba-tiba dia sakit," kata Raffi Ahmad ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/1/2023).
Terlebih Raffi Ahmad baru saja berduka atas meninggalnya sang nenek atau akrab disapa Mamih Popon.
Diketahui, Mamih Popon tutup usia belum lama ini pada 31 Desember 2022.
Kendati demikian, ayah dua anak itu berjanji akan segera menjenguk Indra Bekti dalam waktu dekat.
"Belum sempat ke sana karena nenek aku juga baru meninggal, aku baru sampai Jakarta hari ini jadi masih ada beberapa keluarga juga yang datang kan," tutur Raffi Ahmad.
"Nanti pasti akan ke sana (jenguk Bekti) tapi tunggu masalah keluarga selesai dulu," pungkasnya.
Ini Berbagai Dampak Buruk Workaholic
Workaholic seringkali dianggap sebagai hal yang membanggakan bagi seorang pekerja.
Mereka yang tergolong workaholic merasakannya sebagai pencapaian apabila mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya untuk bekerja.
Seringkali durasi bekerja dikaitkan dengan loyalitas pekerja terhadap tempat kerjanya.
Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu workaholic di beberapa kantor atau perusahaan, terutama di kota-kota besar.
Padahal, menurut studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) bekerja terlalu lama atau lebih dari 55 jam seminggu berdampak negatif bagi kesehatan.
Bahaya workaholic untuk kesehatan
Durasi bekerja yang normal sebenarnya sekitar 40 jam saja per minggu.
Tapi faktanya, banyak pekerja melampui batasan normal ini dengan berbagai sebab.
Menurut penelitian, bekerja lebih dari 55 jam dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, suatu kondisi nyeri dada berulang atau ketidaknyamanan dan stroke.
Orang-orang yang workaholic cenderung mengalami peningkatan kadar kortisol atau hormon stres.
Hal ini bisa berakibat pada kabut otak, tekanan darah tinggi, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya.
“Ini seperti mobil yang mencoba berjalan dengan jumlah bahan bakar yang sangat terbatas di dalam tangki,” kata psikolog Clevelad Clinic, AS Dr. Adam Borland.
Selain merasa kelelahan, orang yang terlalu banyak bekerja akan mengalami:
1. Durasi tidur berkurang
Kurangnya tidur bisa menjadi salah satu tanda seseorang terlalu banyak bekerja.
Hal ini tidak boleh dibiarkan sebab tidur bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Mengorbankan waktu tidur demi pekerjaan dapat memengaruhi cara kita saat mengatasi stres, memecahkan masalah, atau pulih dari penyakit.
2. Tidak makan di siang hari
Padatnya rutinitas pekerjaan seringkali membuat orang lupa makan siang.
Padahal, melewatkan makan dapat menyebabkan kadar gula darah turun, energi rendah, dan kemungkinan makan makanan yang tidak sehat di kemudian hari.
3. Tidak berolahraga
Olahraga tidak sekadar dapat menjaga kebugaran tubuh, tapi juga mampu mengatasi stres.
Disarankan agar berolahraga intensitas sedang selama 150 menit atau 75 menit aktivitas aerobik setiap minggu.
Cara ini dapat membantu mencegah depresi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan kolesterol.
Manfaart lainnya membantu mengontrol gula darah, mengurangi risiko penyakit jantung, dan diabetes.
Jadi jangan biarkan kebiasaan "gila kerja" menghalangi kita tidak melakukan olahraga apapun.
4. Mengabaikan relasi dan hubungan
Menjadi workaholic bisa merusak hubungan kita dengan seseorang, apalagi jika sudah memiliki kekasih.
Padahal memiliki koneksi secara sosial juga dapat membantu mengatasi kesepian, mempertajam ingatan dan keterampilan kognitif, dan meningkatkan rasa kebahagiaan dan kesejahteraan.
5. Mengonsumsi narkoba atau alkohol
Dr. Borland mengatakan, narkoba dan alkohol seringkali menjadi pelarian bagi orang yang terlalu stres dan sibuk bekerja.
Penyalahgunaan zat terlarang ini padahal berbahaya karena dapat menyebabkan penurunan produktivitas.
Efek lainnya termasuk meningkatan cedera fisik saat bekerja, dan memengaruhi kemampuan untuk berkonsentrasi dan fokus.
Tanda-tanda rusaknya work life balance
Orang yang workaholic rentan mengalami stres dalam pekerjaannya.
Jika berlebihan, dan terbiasa bekerja lebih dari 55 jam, ia mungkin mengalami burnout.
Kondisi tersebut menandakan rusaknya work life balance yang dibarengi dengan berbagai gejala lainnya, antara lain:
- Berhenti merawat diri sendiri
- Tidak fokus pada kesehatan mental
- Pekerjaan tidak lagi terasa berarti
- Terus-menerus khawatir tentang kinerja pekerjaan
- Kesulitan menetapkan batasan antara rumah dan kantor
- Merasa kesepian.
“Llbih banyak tekanan yang diberikan pada orang-orang di angkatan kerja dan tidak ada cukup jam atau karyawan untuk mengambil jumlah pekerjaan yang diperlukan,” kata Dr. Borland.
“Akibatnya, tingkat stres orang sangat tinggi.”
(Banjarmasinpost.co.id/Tribunnews.com)
Laku Keras Walau Dibanderol Puluhan Juta, Kuota Umrah Bareng Celine Evangelista Ludes dalam Sekejap |
![]() |
---|
Satu Cuitan Nyinyir Ditandai, Ruben Onsu Jawab Tudingan Jadi Biang Kerok Perceraian dengan Sarwendah |
![]() |
---|
Buntut Panjang Riwayat Penyakit Kanker, Komedian Nunung Rogoh Kocek Rp40 Juta Sebulan: Itu Wajib |
![]() |
---|
Sudah Langganan Tampil Berdua, Sarwendah Bereaksi Didoakan Berjodoh dengan Giorgio Antonio: Diaminin |
![]() |
---|
Padahal Menghuni Rumah Mewah, Penampakan Menu di Meja Makan Orang Tua Lesti Kejora Jadi Sorotan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.