Ekonomi dan Bisnis
Pupuk Mahal, Petani di Kabupaten Barito Kuala Ini Pilih Beralih dari Padi ke Berkebun Jeruk
Petani padi di Desa Karang Indah dan Sungai Kambat Kabupaten Barito Kuala (Batola) beralih dari padi yang tidak menguntungkan ke berkebun jeruk.
Penulis: Mukhtar Wahid | Editor: Alpri Widianjono
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARABAHAN - Petani di Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), melakukan tumpang sari jenis tanaman padi dan jeruk.
Penuturan Giarto, warga Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Batola, awalnya menanam padi dan jeruk.
Saat ini, Giarto menanam jeruk dan padi sistem tumpang sari di lahan pertanian miliknya.
Namun, biaya tanam padi cukup memberatkan. Sebabnya, dengan lahan tanam padinya tak sampai 1 haktare, tidak mendapat pupuk subsudi. Akhirnya, membeli Pupuk non subsidi.
Baca juga: Upaya Dinas Pertanian TPH Kabupaten Barito Kuala Mengatasi Pembatasan Pupuk Bersubsidi
Baca juga: Harga Pupuk Non Subsidi di Kalsel Merangkak Naik, Penjualan Masih Tetap Stabil
"Tidak seimbang antara biaya tanam padi dan jual hasil panen padi. Harga pupuk dan obat-obatanny mahal. Sedangkan harga jual hasil panen padi, hampir tidak ada kenaikan," keluhnya.
Di desanya, banyak petani menerapkan tumpang sari antara jeruk dan padi untuk mendapatkan jatah Pupuk Subsidi.
Namun, lanjut dia, pemerintah kini menyalurkan Pupuk Subsidi itu melihat bukan luas hektare lahan, tetapi dihitung dari luas lahan yang ditanami padi. Minimal 2 hektare akan bisa mendapat Pupuk Subsidi.
"Makanya, kalau dulu padi dan jeruk, kini dibalik menjadi tanam jeruk dan padi. Misalnya, satu hektare lahan dibuat bedengan untuk tanaman jeruk. Sisa lahannya untuk tanam padi," urai dia.
Baca juga: Pupuk dan Obat Pertanian Tersedia di Kios Resmi di Kabupaten Barito Kuala
Baca juga: Tidak Kebagian Pupuk Subsidi, Petani di Banjarbaru ini Pilih Oplos Pupuk Kandang
Baca juga: Pupuk Mahal, Warga Bedandan Batola Manfaatkan Limbah Sawit Jadi Media Tanam Cabai
Sementara itu, petani di Desa Sungai Kambat, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Batola, mengaku beralih dari menanam padi ke membudidayakan jeruk.
Itu karena hasil tanaman jeruk siam usianya tiga tahun sudah dapat dipanen dan untung lumayan. Pengumpul jeruk membeli secara langsung di lokasi pekebun di Desa Sungai Kambat.
"Uang dari panen jeruk itu untuk mengolah sawah padi. Tanaman padinya digarap petani lain dengan sistem bagi hasil dengan pekebun jeruk," ungkap Amat, petani jeruk di Sungai Kambat.
(Banjarmasinpost.co.id/Mukhtar Wahid)